Bab 2. Lahir Kembali

1198 Kata
Happy Reading. "Sayang, kamu sudah bangun? Gimana kepalamu? Apa masih pusing?" tanya Kendra berjalan cepat dengan raut wajah yang panik. "Itu kenapa kamu bawa pisau?" Kendra berhenti mendekat saat melihat Maureen memegang pisau seakan benda itu ingin dihunuskan padanya. Maureen tersadar dan langsung menyimpan kembali pisau itu. "Tadi aku ingin mengupas buah," jawab Maureen datar. "Ah, aku bisa membalas dendam dengan cara lain. Cara yang lebih kejam dan akan membuatmu dan selingkuhanmu menderita, Kendra," batin Maureen. Kendra langsung bernapas lega, dia pun berjalan mendekat kembali ke arah kekasihnya itu. Maureen menatap Kendra dengan tatapan horor, kepalanya masih terasa sakit saat Kendra memukulnya dan itu sangat terasa nyata. Bahkan Maureen seakan bisa merasakan suntikan bius itu di lengannya yang masih terasa nyeri. Maureen beringsut mundur, sungguh dia tidak bisa percaya pada pria di hadapannya ini sekarang. Kendra bingung melihat Maureen yang menghindar saat dia akan memegangi tangannya. "Kenapa Maureen? Kamu masih pusing?" Maureen diam saja, matanya masih menelisik penampilan Kendra yang masih menggunakan kemeja putih itu. Samar-samar dia ingat, penampilan Kendra yang seperti ini, seperti de Javu dan hal itu membuat Maureen memejamkan matanya guna menghalau rasa sakit di kepalanya. Maureen ingat saat itu dia dan Kendra baru saja kencan dan kemeja itu bahkan Maureen yang memilihkan. Ah, lebih tepatnya Maureen yang membelikan untuk Kendra dan Maureen merengek meminta Kendra untuk menemaninya nonton di bioskop karena mumpung Kendra libur. Dia tidak ada jaga di UGD dan Maureen juga libur. Saat selesai nonton, Maureen dan Kendra memutuskan pulang, tetapi saat akan pulang Maureen merasa kepalanya begitu sakit. Dia demam dan Maureen sudah merasakan itu dua hari yang lalu. "Kamu harus banyak istirahat, kepalamu pasti masih sakit?" Maureen membuka matanya saat mendengar ucapan Kendra. Semuanya persis seperti ini. Ucapan Kendra dan gestur tubuh pria itu. Apakah dia benar-benar kembali ke masa lalu. Maureen benar-benar belum bisa mencerna semua ini, dia masih bingung dengan situasi yang terjadi. Kalau memang benar dia kembali ke masa lalu, berarti Tuhan telah mendengar doanya yang terakhir kali. Dia meminta keadilan dengan membalas dendam kepada Kendra dan Nita. "Aku mau istirahat, tolong tinggalkan aku sendiri, Ken," lirih Maureen dengan suara serak. Kendra sedikit terkejut dengan sikap Maureen yang seperti ini. Biasanya Maureen akan bersikap manja dan ingin dia selalu menemaninya, tetapi kenapa Maureen memintanya pergi. "Aku bisa jaga kamu semalaman, sayang." Maureen menggeleng, dia tidak mau menatap wajah Kendra. Jika melihat wajah itu, entah kenapa Maureen merasa sakit hati. Masih teringat dengan jelas bagaimana Kendra mengkhianatinya. Bahkan pria itu rela melukainya demi sang selingkuhan. Padahal selama beberapa bulan dia menjadi dokter pribadi Nita, Maureen begitu menyayangi wanita itu. Maureen sudah menganggap Nita sebagai adiknya sendiri karena Kendra mengatakan jika Nita adalah adik sepupunya yang sebatang kara. Kedua orang tuanya telah meninggal dan hal itu semakin membuat Maureen merasa iba pada Nita. Akan tetapi, ternyata Nita adalah kekasih Kendra, keduanya bahkan sudah memiliki hubungan jauh sebelum Maureen dan Kendra jadian. Sepertinya kembali ke masa lalu bisa membuat Maureen sadar jika selama ini dia memang sangat bodoh. Maureen terlalu mencintai Kendra dan sangat tergila-gila pada lelaki itu. Tetapi, nyatanya Kendra hanya memanfaatkan dirinya dan perasaannya. "Aku ingin sendiri, sebaiknya kamu pulang," ujar Maureen lagi. "Kenapa? Tidak biasanya—" "Please Kendra, aku saat ini hanya ingin istirahat dan sendiri," sela Maureen. Kendra mengerutkan keningnya, seolah dia tidak terima diusir Maureen seperti ini. Kendra jelas ingat jika Maureen tidak bisa ditinggal begitu saja kalau keadaannya sedang sakit. Bukankah Maureen sangat mencintainya bahkan terkesan bucin. Huh, sepertinya Kendra harus bersabar. Dia tidak boleh membuat Maureen marah atau rencananya tidak akan bisa terlaksana. Maureen ini dokter spesialis nefrologi dan Kendra saat ini sangat membutuhkan wanita itu. "Baiklah, aku akan pulang. Kalau ada apa-apa kamu hubungi aku, ya? Aku akan datang secepatnya," jawab Kendra mengalah. Dia tidak mau Maureen akan marah jika dia bersikeras. Maureen ini memiliki sifat yang keras kepala dan kalau sudah seperti ini Kendra hanya bisa mengalah. Akhirnya pria itu memutuskan untuk keluar dari kamar Maureen meskipun kakinya terasa berat untuk melangkah. Selama sebulan mereka berpacaran, baru kali ini Kendra melihat sorot mata Maureen yang sangat beda dari biasanya. "Ah, mungkin karena dia tengah demam," batin pria itu. Setelah Kendra menutup pintu kamar, Maureen langsung duduk dan menekuk lututnya. Sungguh dia tidak menyangka jika akan kembali ke beberapa bulan belakang sebelum dia terlalu lama menjalin hubungan dengan Kendra. Tiba-tiba ponselnya berdering, Maureen melihat ayahnya menelepon. Wanita itu mengangkat panggilan dengan jantung yang berdetak kencang. Kalau tidak salah memang ayahnya waktu itu menelepon hanya untuk mengatakan jika Rafka telah kembali dan besok Maureen harus menemuinya. Rafka adalah dokter spesialis penyakit dalam dan pria yang telah dijodohkan untuknya. Dia juga seorang CEO perusahaan ternama di Indonesia. Rafka pria yang dingin dan arogan, Maureen sangat tidak menyukai pria itu, sehingga dia lebih sering mengabaikan Rafka dan memilih mengejar cinta Kendra. "Halo, Pa. Ada apa?" "Maureen, kamu lagi di apartemen? Kenapa suara kamu serak? Apa kamu sedang sakit?" Pertanyaan dari ayahnya secara beruntun seperti ini membuat mata Maureen berkaca-kaca. Di kehidupan sebelumnya Maureen dan Revan sang ayah sering bertengkar dan hubungan mereka sangat buruk. Revan menentang hubungan Maureen dengan Kendra dan hal itu semakin membuat Maureen membenci sang ayah karena merasa jika Revan tidak menyayanginya. Sudah sebulan lebih Maureen tidak bertemu dengan ayahnya dan mendiamkan. Akan tetapi, sekarang dia sadar jika sebenarnya Revan begitu sayang padanya dan kemarahan sang ayah yang menentang hubungannya dengan Kendra ada benarnya. "Pa, aku baik-baik saja. Hanya baru bangun tidur jadi serak begini." Maureen saat ini menahan tangisnya karena bisa bicara baik-baik dengan sang ayah. Biasanya mereka selalu bersitegang dan berakhir dengan kemarahan Maureen. "Ah, syukurlah kalau kamu baik-baik saja." Hening sesaat. "Pa?" "Maureen, sebenarnya Papa juga ingin mengatakan padamu jika Rafka telah kembali. Kamu bisa kan menemui dia?" Jantung Maureen serasa melompat dari tempatnya. Kata-kata ini sama persis seperti yang diucapkan sang ayah di kehidupan dulu. Saat itu Maureen langsung menolak dan menutup panggilannya. Maureen tahu jika dia dan Rafka sudah dijodohkan semenjak mereka kuliah dan Maureen tidak menyukai Rafka Rafafdhan Aldebaran. "Baik, Pa. Kapan Rafka kembali?" "Nak, apa kamu benar ingin menemui Rafka? Bagaimana kalau ke rumah Papa, kita akan bertemu di sana." *** Maureen memutuskan untuk cuti sehari dengan alasan sakit. Padahal dia sudah mempersiapkan dirinya untuk bertemu dengan Rafka. Di kehidupan kali ini, dia memutuskan untuk bersikap baik pada pria itu bahkan membalas cintanya. Ya, Maureen tahu kalau Rafka sebenarnya memiliki perasaan cinta untuknya, tetapi pria itu rasa menyembunyikan semuanya dengan sikap dingin dan tidak tersentuh. Akan tetapi, Rafka sebenarnya memiliki cinta tulus untuknya. "Udah cantik, pasti Rafka tambah klepek-klepek deh sama aku," gumam Maureen saat memandang dirinya di depan cermin. Setelah itu dia memutuskan untuk langsung pergi ke rumah sang ayah yang hanya berjarak 20 menitan saja. Perasaan gugup menyelimuti Maureen, entah kenapa dia menjadi seperti ini. Maureen hanya ingat jika dulu dia sangat membenci Rafka sangat besar dan sekarang setelah dia hidup kembali beberapa bulan ke belakang, Maureen akan memberikan cintanya pada pria itu. Setelah sampai di depan rumah sang ayah, Maureen langsung masuk dan melihat sang ayah tengah berbincang dengan seseorang. "Dokter cantik sepertiku nggak boleh jadi milik Kendra yang hanya bisa mengkhianatiku, aku harus jadi miliknya." Mauren bermonolog sendiri. Menarik napas panjang sebelum kembali melanjutkan langkah kakinya yang sempat terhenti. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN