Bab 3. Merubah Perasaan

1125 Kata
Happy Reading Maureen melihat sang ayah tengah berbincang dengan sosok pria yang dulu sangat dibencinya. Kedua pria itu menoleh saat menyadari jika Maureen sudah berada di ambang pintu. Maureen menatap Rafka dengan hati yang berdegup kencang. Sosok pria di depannya itu terasa begitu berbeda sekarang. Dalam kehidupannya yang sebelumnya, dia tidak pernah berpikir Rafka akan mempengaruhi hidupnya sedemikian rupa. Rafka adalah pria yang dijodohkan dengan Maureen oleh ayahnya sejak kuliah, tetapi saat itu Maureen tidak pernah benar-benar memberinya kesempatan. Dalam pikirannya, hanya ada Kendra dan karena Kendra, Maureen bahkan tidak segan-segan untuk menolak Rafka secara terang-terangan. Rafka adalah sosok yang dingin dan arogan, pria itu terlihat begitu kejam di mata Maureen, sehingga membuat Maureen sangat anti terhadap Rafka bahkan membencinya karena Rafka tidak mau membatalkan pertunangannya. Maureen lebih memilih percaya kata-kata Kendra yang mengatakan jika Rafka hanya menginginkan harta keluarganya saja. Namun, ternyata Rafka adalah pemimpin sebuah perusahaan terkenal di Indonesia. Pria itu benar-benar menyembunyikan identitasnya dan Maureen bahkan baru tahu hal itu setelah menolak Rafka kesekian kalinya seminggu sebelum kematiannya di tangan Kendra. Rafka mungkin sudah patah hati dan akhirnya memilih menyerah pada dirinya. Sekarang, setelah kembali ke masa lalu, Maureen melihat sesuatu yang berbeda dalam tatapan Rafka yang dulu sangat dia benci. Ada ketulusan yang dulu dia abaikan, ketulusan yang ternyata sangat berharga. "Rafka, ternyata kamu dulu memang benar-benar peduli padaku. Aku selama itu telah dibutakan oleh Kendra dan menganggap mu sebagai parasit. Sekarang aku berjanji akan selalu ada untukmu," batin Maureen. "Maureen, kenapa diam saja? Ayo masuk." Maureen tersadar saat sang ayah memanggilnya. "Ah, iya." Rafka melihat setiap gerakan Maureen yang sejak tadi tidak mengalihkan pandangan. Rafka sudah menyelidiki tentang Maureen sebelum dia kembali ke Indonesia, dia menyukai gadis ini sejak Revan–ayah Maureen memberikan fotonya lima tahun. Rafka baru pulang dari luar negeri, dia sudah menetap di Amerika selama lima tahun dan dia sekarang kembali ke Indonesia untuk melangsungkan pertunangan dengan Maureen. Akan tetapi, hasil penyelidikan Ivan–sang asisten, Maureen telah memiliki kekasih. Rafka ingat sejak awal Maureen memang tidak menyukainya, wanita itu selalu memperlihatkan wajah tidak sukanya. Setiap bertemu, wanita itu sangat jutek dan galak, akan tetapi Rafka sudah terlanjur menyukai Maureen. Gadis cantik yang dulu pernah menyelamatkannya saat dia jatuh ke sungai. "Kamu baik-baik saja, kan?" tanya Revan memeluk putrinya. “Aku baik-baik saja, Pa.” "Ini Rafka, dia baru kembali dari Amerika kalian baru beberapa kali bertemu sebelumnya, jadi Papa ingin kalian bisa kenal lebih dekat," ujar Revan menatap Maureen dan Rafka secara bergantian. Revan berharap Maureen menuruti permintaannya. Dia tahu jika Maureen benar-benar menolak Rafka saat itu karena sudah memiliki pria idaman yang diincar sejak dulu. "Hai, Rafka, apa kabar?" Maureen menyodorkan tangannya pada Rafka sambil tersenyum lebar. Tentu saja hal itu membuat Rafka dan Revan terkejut. Terutama Rafka, Maureen menanyakan kabarnya? Apakah Rafka tidak salah dengar. Dia sudah mendapati cerita dari Revan jika Maureen sangat menolak perjodohan yang telah ditetapkan 5 tahun lalu itu, tetapi sekarang kenapa Maureen menyambutnya dengan senyum lebar. "Aku baik," jawab Rafka singkat, padat, dan tanpa senyum. Maureen tersenyum melihat Rafka menjabat tangannya. Tangan itu begitu besar dan dingin, persis seperti wajahnya yang tidak berubah sedikitpun. Hanya saja, Maureen sempat melihat belakang telinga Rafka memerah, dia tahu artinya apa. "Seperti Rafka tengah malu, tapi dia berhasil menguasai dirinya dengan sangat baik. Ah, dia juga sangat tampan. Kenapa aku baru menyadari jika tatapan itu mempesona?" batin Maureen. "Rafka, maaf ya dulu aku selalu bersikap tidak baik padamu," ujar Maureen berjalan mendekati Rafka. "Dulu aku masih sangat labil, masih suka bermain-main. Jadi, aku dulu menentang keras perjodohan ini karena aku masih ingin bebas, tapi sekarang aku sudah semakin dewasa dan siap jika harus memiliki hubungan serius denganmu," lanjutnya. "Kamu serius, Nak? Ini bukan trik kamu untuk menolak Rafka lagi, kan?" tanya Revan secara blak-blakan. Dia takut jika Maureen terpaksa menerima semua ini karena ingin mempermalukan Rafka. "Pa, kenapa Papa punya pikiran seperti itu? Tentu saja aku serius. Aku sekarang tahu kalau pilihan Papa dan Mama adalah yang terbaik. Setelah lima tahun tidak bertemu, Rafka juga semakin tampan, gagah, dan mempesona. Siapa yang bisa menolaknya?" Maureen menatap Rafka dan pria itu langsung mengalihkan pandangannya. Telinga Rafka jadi semakin merah dan entah kenapa Maureen jadi semakin suka menggodanya. "Ya sudah, ayok sekarang kita masuk ke dalam, kalian bisa saling bertukar kabar." Revan mengajak keduanya masuk ke ruang keluarga. Maureen senyum-senyum sendiri, dia duduk di samping Rafka, pria itu benar-benar tampan tetapi juga pemalu. Lihatlah bagaimana Rafka terlihat sangat kaku saat dia dekati. Jika dulu, Maureen merasa jijik pada Rafka karena mengira pria itu seorang Casanova yang suka bergonta-ganti wanita, ini juga karena hasutan Kendra, tetapi sekarang Maureen bisa melihat sendirinya jika pria itu sebenarnya tidak pernah tersentuh. Buktinya sikap dan gestur Rafka saat ini. Saat tengah berbincang, tiba-tiba ponsel Maureen berdering. Dia tahu jika itu pasti dari Kendra, Maureen memang tidak memberi kabar jika dia mengambil cuti dan memilih bertemu dengan Rafka. "Kenapa nggak diangkat?" tanya Rafka. "Nggak penting, aku nggak mau menerima telepon apapun karena aku udah ambil cuti, meskipun itu dari pasien sekalipun, aku udah minta Miska buat handle semuanya," jawab Maureen mematikan ponselnya. Setelah itu dia menatap sang ayah kemudian menatap Rafka. "Pa, apa boleh aku ajak Rafka pergi keluar. Mumpung libur, aku ingin jalan berdua biar saling kenal." *** Kendra mencoba menghubungi Maureen tetapi tiba-tiba ponselnya sudah dinonaktifkan. Pria itu kesal sekali karena Maureen tidak memberikan kabar apapun padanya. "Ada apa sebenarnya dengan Maureen?" "Maaf dok, ada pasien." Pintu ruangan Kendra terbuka dan salah seorang perawat mengabari jika ada pasien untuknya. "Baik." Kendra akhirnya memasukkan ponselnya ke laci. Nanti dia akan pergi ke apartemen Maureen, dua hari ini Maureen terlihat sangat berbeda. Biasanya wanita itu tidak akan pernah lupa mengirim pesan padanya, apapun yang wanita itu lakukan selalu melapor, tetapi kenapa sekarang Maureen berubah? Bukankah wanita itu sangat tergila-gila padanya dan tidak bisa berjauhan dengannya? "Aku harus segera membuat Maureen bertemu dengan Nita. Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi." *** Rafka tidak pernah menyangka jika wanita yang dulu terlihat sangat membencinya kini terlihat berbeda. Maureen mengajaknya ke sebuah tempat yang sungguh tidak terduga. "Kenapa kamu ngajak aku ke sini?" tanya Rafka saat mereka berada di sebuah tempat. Maureen tersenyum melihat sungai yang mengalir jernih di depannya. Dia dulu ingat jika Rafka pernah ingin mengajaknya ke tempat ini. Saat itu dia selalu tidak mau. Entah apa yang membuat Rafka menyukai tempat ini, tetapi setahu Maureen Rafka sering ke tempat ini. Dia tahu dari Andine, sahabatnya sekaligus wanita yang mencintai Rafka. Ah, mengingat Andine, di kehidupan kali ini, Maureen tidak akan pernah menyerahkan Rafka padanya. Hanya dia yang harus bersama Rafka dan Maureen juga akan membalas dendam pada Kendra dan Nita. Ah, ketiga orang itu sepertinya saling bekerja untuk membuat hidupnya hancur. Sekarang Maureen tidak akan menjadi bodoh lagi. Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN