?13. GHSI ?

814 Kata
**Reya POV** . . . Sepeninggal manajer Do aku berjalan memasuki gedung apartemen. Hari ini cukup melelahkan, aku akan memasak dua bungkus Indomie rebus kare ayam ekstra bubuk cabai dan ditambah telur juga potongan sosis, membayangkannya membuatku semakin lapar. Saat itu ponselku berdering, panggilan video dari Yunki. Aku segera menerimanya. Melihat ia masih merebahkan diri juga piyama miliknya seraya tersenyum. "Kau belum bangun?" tanyaku. "Aku baru saja bangun," jawabnya enteng sambil mengusap-usap mata. "Jangan lakukan itu matamu akan sakit nanti!" omelku. "Tunggu sebentar aku akan masuk rumah," kutekan kode pintu dan masuk ke dalam apartemen. Tunggu— Sandal rumahku tertata? Apa aku merapikannya? Sejujurnya, aku tak pernah merapikan sandal atau sepatu saat berangkat bekerja dan baru akan merapikan saat pulang seperti saat ini. "Yaakk!!" Suara Yunki mengagetkan, Aku kembali mengangkat ponsel yang sedari tadi kubiarkan menggantung di genggaman tangan, kini melihatnya yang sudah duduk terlihat semakin sadar dari tidur panjangnya. "Kau sudah makan?" tanyaku sambil berjalan ke dapur untuk mengecek nasi di Rice cooker. Tunggu—aku memasak nasi kemudian meninggalkan rumah dan nasiku seharusnya masih utuh? "Aku belum makan," jawabnya "Ini sudah sore, kenapa kau belum makan?!" Tanyaku sambil memperhatikan Yunki yang tersenyum menyebalkan. Juga kulihat seorang yang imut di sana. "Itu Jimin?" Yunki mengarahkan ponselnya ke wajah Jimin. "Anyeonghaseo," sapanya. "Anyeonghaseo," balasku malu juga ternyata ganteng. "Reyaaaa nunna!" Aku mendengar suara yang familiar menyapaku, benar wajah Jeonguk member termuda BTS itu muncul di layar ponsel. Ia tersenyum, seraya memperlihatkan susunan gigi yang mirip dengan kelinci. "Anyeong Jeonguk-ie," sapaku. "Noona tolong katakan pada Yunki hyeong berhenti memakai celana dalamku," Aku terkekeh mendengarnya, di tambah Yunki yang terlihat memukul kepala Jeonguk. "Kenapa kau memukulnya?" protesku. "Kau membelanya?" Protes Yoongi. "Ya tentu saja." Clap!! Lampu di apartemenku mati, beruntung aku masih melakukan panggilan video dengan Yunki "Ada apa?" Tanya Yunki khawatir. "lampu di apartemen ini mati." Jawabku masih terpaku di tempat berpijak. "Kau baik-baik saja?" tanya Yoongi, aku bisa melihat bahwa ia semakin khawatir Prang!!! Bukankah itu suara piring, gelas pecah atau semacamnya? Aku tak bisa berkata-kata seolah ada seseorang menahan tenggorokan. Akhh! Juga suara laki-laki memekik tertahan? "Aku rasa di sini ada orang lain." ucapku takut seraya menelan saliva, ini benar-benar menakutkan. "Tunggu aku, aku akan ke sana," Yunki mematikan panggilan videonya, memegangi ponsel dengan kencang menjadi satu-satunya hal yang bisa kulakukan. "Si-siapa di sana?!" Aku mendengar suara langkah kaki. Ah, apa itu? Aku berlari dari dapur saat menuju ruang tengah kakiku terantuk meja dan terjatuh, segera bangkit karena mendengar suara langkah kaki semakin dekat. Aku membuka pintu berusaha berlari keluar seseorang menarikku saat telah berhasil keluar. "Aaaaaaa! andwe andwe!!" teriakku panik lalu meronta dan berteriak sebisaku. "Reya ssi---" Tunggu suara ini? Aku menekan ponsel, dan mengarahkan ke atas dan melihat wajah Manager Do. Ada perasaan lega melihat orang yang aku kenal. "kau baik-baik saja?" Clap! Lampu kembali menyala. Clap!! Kemudian kembali mati dengan suara yang lebih keras. "Aaaaaaaaaaa!!!" Aku memeluk dan membenamkan kepalaku ke tubuh Manager Do. "A-da ada se-se-orang di apartemenku." "Tunggu di sini dan nyalakan ponselmu," Ia melepaskan tangan, merubah posisi hingga aku kini berada di balik punggungnya, kupegangi pakaiannya erat sungguh ini menakutkan, Ia menatap khawatir. "Kita lihat bersama-sama." Kami berjalan masuk ke dapur sambil menyalakan ponsel. Berjalan perlahan sementara aku memegangi ponsel sebagai pencahayaan. "Da-dapur," bissikku. Ia melangkahkan kaki masuk dan aku terus memegangi jasnya. Ia menyalakan ponselnya kemudian mengarahkan lampu sorotan ponsel ke bawah dan benar! Ada jejak kaki darah dan vas pecah di sana. "Siapa di sana?!" suaranya meninggi. Aku? aku lemas setengah mati, tak tahu lagi apa yang harus kukatakan atau lakukan. Yang jelas ini mengerikan, sejak kapan ada orang di sini? Apa yang ia lakukan? Aku mencoba berpikir sejak kapan keanehan ini terjadi dan aku ingat betul ini baru terjadi hari ini. Aku mendengar suara gesekan, membuatku menahan nafas, mencengkram jas Manager Do semakin kecang. Aku melihatnya melirikku sekilas, kemudian ia mengarahkan sorotan lampu ponselnya ke arah suara gesekan itu. Ada seseorang di sana!! Aku bisa melihatnya. Aku menunjuk sela di meja yang seharusnya kosong. Manager Do berjalan cepat kemudian menarik orang itu keluar. "Aaaa--aaa--" aku mendengar orang itu berteriak ketakutan. "Panggil keamanan," ucap Manager Do. Aku berjalan cepat ke meja teleponku dan menekan saluran panggilan keamanan. *** . . Saat ini aku sudah ada di apartemen Manager Do yang ternyata hanya berjarak 2 blok dari apartemenku. Ia memberikanku secangkir cokelat panas. "Terimakasih," ucapku. "apa yang anda lakukan di depan apartemen ku?" Ia mengeluarkan sesuatu dari kantung Coat yang dikenakan, "dompetmu tertinggal." "Lalu, bagaimana anda tau kamarku ada di sana?" Ia tersenyum, "Bos pernah memintaku melakukan pembayaran untuk apartemen itu. Saat aku berhenti, aku penasaran apa mungkin kau tinggal di sana?" Aku menunduk malu, apa penyusupanku ke perusahaan gagal? "Tapi, aku tau kau kompeten maka aku percaya kai bekerja di perusahaan berdasarkan kemampuan. Maafkan aku karena meremehkanmu," ucapnya. "Ah, nde maafkan aku juga," Saat itu ponselku berdering. Aku segera mengangkatnya, Yunki. "Oeddisseo?*" (Dimana?) **** .
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN