?10. GHSI?

982 Kata
**Yunki POV** . . . Suasana merah muda di Seoul nampak kecoklatan terkena pantulan lampu jalan di malam hari. Aku memerhatikan dari dalam mobil yang melaju kini. Jalan malam Seoul cukup ramai karena kepadatan warganya yang pulang bekerja. Hari aku punya waktu berkunjung, sebuah cheese cake jadi hadiah untuk pekerja barunya. Ingin rasanya mengajak Reya menikmati sakura musim ini, namun jadwal kegiatan tak mengijinkan. Aku turun ketika mobil telah berhenti tepat di depan apartemen Reya, aku meminta supir kembali dan aku akan pulang dengan taksi nanti. Menunggunya di dekat pintu masuk, aku yakin tak akan ada yang mengenalku. Aku menggunakan topi dan masker untuk menutupi wajah juga menghalau dingin yang kurasakan. Baru sebentar aku berdiri, kulihat Reya berjalan menuju apartemennya dengan sesekali mengusap tangannya, ia berjalan kaki? Aku berjalan cepat menghampiri, membuat tatapannya terarah padaku. Kami saling melangkah cepat lalu ia tersenyum begitu berada di hadapanku. Pipinya merah karena dingin, dengan senyum yang selalu sama. Wajahnya masih sama menyebalkan seperti dulu. "Mengapa kau tidak masuk ke dalam? Bukankah ini dingin?" Ia merapikan kerah Coat yang aku gunakan. "Kau yang kedinginan, bukan aku." Kutarik tangannya lalu melangkah dengan cepat untuk berjalan masuk. Rasanya lebih nyaman saat ini untuk duduk dan menghangatkan tubuh di dekat penghangat ruangan. Kami masuk ke apartemen dengan segera. Aku lalu melepas topi, masker dan Coat milikku. Reya mengajakku berjalan ke ruang tengah untuk menghangatkan diri di dekat penghangat ruangan. "Tunggulah di sini," ucap Reya sambil berjalan ke dapur. "Apa kau mau kopi?" "Heemm, tentu," jawabku. Aku duduk di ruang tengah. Lalu meletakan cheesecake yang kubawa di atas meja. aku memerhatikan ruangan ini lebih rapi daripada sebelumnya. Penuh dengan kertas kertas berisi laporan kerja milik Reya. Dari tempatku duduk, sekilas aku bisa melihat Reya membuat minuman seraya sesekali mengusapkan kedua tangannya yang sepertinya masih terasa dingin. Tak lama ia datang, meletakkan kopi dengan senyuman, lalu duduk di sampingku. "Terima kasih." "Ne. Wah!" Seru Reya senang menatap cake yang ada di meja. "Aku ambilkan piring dan sendok." tanpa basa-basi ia berlari kembali ke dapur. Sementara itu aku memuka kotak pembungkus dan terlihat cheesecake dengan hiasan banyak strawberry segar diatasnya, krim keju yang berwarna seperti lemon dengan aroma manis yang menggugah selera. Aku memotong kue dengan pisau yang berada di dalam kotak. Saat itu ia datang membawa piring kecil, meletakkan satu di depanku dan yang lain ia pegang seraya mengarahkan padaku, lucu sekali ia menggemaskan. Aku meletakan potongan kue yang cukup besar dengan beberapa potong strawberry. "Aku ingin yang Itu, Yunki-yaa." Ia mengarahkan pandangan pada strawberry besar yang berada di tengah. Aku mengambilnya, dan bergerak untuk memakannya. Bibirnya mengerucut dengan pipi yang mengembang, sebuah senyuman lolos dari bibirku. Aku tentu kalah, akhirnya tanganku bergerak meletakan buah itu di atas cake miliknya. Ia segera melahapnya dengan tatapan bahagia. Apa memakan buah strawberry bisa membuatnya bahagia seperti itu? "Apa enak?" Reya mengangguk kepalanya, lalu memotong cake miliknya dan mulai menyantapnya kemudian. "Aku belum sempat memberikanmu hadiah atas pekerjaan barumu. Jadi aku membeli ini untukmu." Sahabatku itu tersenyum ia lalu mengangguk seraya menunjukkan ibu jarinya. "Terima kasih ini enak sekali. Jangan terlalu memikirkan itu, aku tau kau sibuk Yunki-ya." Aku mengangguk. Senang ia bisa mengerti. "Apa kabar kakek dan nenekmu?" Reya menghentikan suapan kuenya. Ia menatapku. "Aah, mereka, sudah meninggal kakekku meninggal terlebih dulu tiga tahun yang lalu. Setahun kemudian nenekku menyusul beliau." Ia segera mengambil cangkir kopi dan meneguknya. Jelas aku merasa bersalah. Ia terlihat sedih sekali. "Rey, Maafkan aku." Harusnya aku tak bertanya, aku terluka saat melihat tatapannya berubah sedih. "Itu bukan masalah." Ia kini menatap, menyunggingkan senyum membuatku salah tingkah. "Aku benar-benar bahagia ketika pertama kali mengetahui bahwa kau menjadi sukses sekarang ini. Aku mengetahuimu dari adik sepupuku, ia bilang aku akan menyukaimu karena kau rapper yang hebat. Aku melihat MV BTL awalnya aku tak menyangka itu kau. Tapi, aku semakin yakin dengan melihat banyak video-videomu. Aku pikir siapa yang bisa begitu mirip dengan orang menyebalkan sepertimu." Kami saling tertawa ia masih sama menyebalkannya. Aku dan Reya kini bertatapan, aku memerhatikan ia baik-baik dengan ulasan lip tint peach, pipi kemerahan akibat dingin, ia memulas sedikit wajahnya membuatnya terlihat cantik? Tak ingin ku akui, tapi ia kini berbeda tak lagi tomboy seperti dulu. "Terima kasih. Ah, lusa aku akan berangkat ke Amerika aku akan menghadiri Billboard Music Awards." "Waahhh!! Benarkah?!" Kuanggukan kepala, dan ia tiba-tiba memelukku erat. Membuat jantungku berdetak tak berirama. "Aaaaaaa! Kau hebat sekali!!" Teriaknya terlalu bersemangat karena terlalu senang. Aku melepaskan pelukan Reya, sungguh aku tak ingin jantungku terus berdetak seperti ini. "Ini sangat luar biasa." Aku tak bisa berhenti memperhatikan Reya, setiap sisi dirinya membuatku ingin mencatatnya baik-baik dalam buku tanpa judul yang telah lama kusimpan rapat. "Yunki-ya?" Sapanya melihatku terhenti yang jelas ini katena sikapnya barusan. "Apa kau tak memoles wajahmu?" "Aku memakai bedak dan lipstik," jawabnya sambil menunjuk bibir dan pipinya. "Yak! Kau ini gadis! Berdandanlah lebih baik lagi." omelku tanpa alasan. "Baiklah," jawab Reya sambil kembali memotong kue dan meletakkan di piringnya. "Aish apa kau akan memakan kue itu lagi?" Entah mengapa aku malah ingin terus memarahinya Reya mengangguk kemudian menyuapkan kue ke dalam mulutnya. Ia benar-benar tak berbeda Reya masih sama menyebalkan dan masa bodoh padaku. "Kau akan membengkak jika terlalu banyak makan manis." "Aku tak peduli." Ia menjulurkan lidahnya. Ia mengambil potongan kue di sendok dan memakannya tepat di depan wajahku. Aku bergerak menggelitik tubuhnya, "Kau akan terus memakannya ha?" Ia bergerak hebat mencoba menghentikan gelitikku pada tubuhnya. Reya juga menciba untuk menahan ku. Kali ini memang aku lebih kuat darinya. Aku menghentikan ketika ia mulai tersengal, manik mata kami bertemu. Aku berdebar hebat, setelahnya ada sensasi aneh yang kurasakan. "Reya-- nee-ga jjo-ha*-?" (*Aku suka?) "Hmm?" *** . . . . aku enggak tau apa masih ada atau enggak yang baca cerita ini. tapi buat kalian yang mau membaca terima kasih. sehat selalu Jangan lupa pakai masker dan patuhi protokol kesehatan. di rumah aja ya gaes kalau ga perlu sekali jangan keluar rumah.. ??
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN