?11. GHSI?

1380 Kata
"Terkadang kita salah menilai orang lain." ***** ** ___________________ *Yunki POV* . . . Hatiku berdebar saat menatap ke dalam manik matanya, sial! Kata-kata itu begitu saja terucap dari bibirku. Sementara gadis itu masih terdiam dan menatap, sesaat kemudian tawanya meledak. "Ada apa denganmu? Kau pikir aku akan terjebak leluconmu?" Ia mendorong tubuhku agar menjauh, sementara aku berusaha tersenyum mengimbangi reaksinya. Ia membuka kerudung, kemudian membuka kuncir rambutnya ia membiarkan rambut hitamnya terurai, jantungku!! "Kau harus mengatakan jika kau ke sini bersama teman-temanmu, mengerti?" Aku hanya mengangguk sambil terus menatap. Dia sama sekali tak berubah sejak terakhir kami bertemu. Bukan gadis yang biasa menggunakan make-up tebal. Aku bahkan bisa melihat kelopak matanya yang menghitam, ia pasti sangat lelah. "Yunki yaa." "Hem?" "Saat itu, sebelum aku kembali ke Indonesia. Mengapa kau bersikap seperti itu?" "Tak ada apapun," jawabku singkat, aku tak mungkin mengatakan jika aku merasa kesal karena ia lebih dekat dengan Yoongu kakakku. Aku tak bisa berpaling, melihatnya memikirkan masalah itu membuatku kesal terhadap diriku sendiri. Harusnya aku tak bersikap kekanak-kanakan. "Apa, tidak masalah jika kita tidak membahas masa lalu?" tanyaku. Ia terdiam sesaat menatap kemudian mengangguk menyetujui bahwa kami tidak akan membahas masalah ini. "Ahh, aku sepertinya akan memotong rambutku. Bagaimana menurutmu?" Tanyanya bersemangat. "Tidak boleh!" Jawabku cepat. "Kenapa?" "Kau akan nampak sedikit feminim karena rambut panjangmu. Aku ini kan kakakmu jadi menurut lah padaku." ucapku gugup, aku suka dengan rambut panjang hitam miliknya. Ia menatapku kesal kemudian kembali makan kue dari piringnya. Aku sadar sepenuhnya ini bukan perasaan seorang kakak pada adiknya. Ini berbeda, ah tidak, perasaanku masih sama seperti dulu waktu kami SMA  **Reya POV** . . . Aku sepertinya tak akan bisa pulang cepat dan masak banyak makanan untuk menyambut vampir kucing itu. Ia akan kembali dari Billboard music award. Sungguh membanggakan rasanya mengetahui karirnya semakin meningkat. Aku harap kedepan semua akan menjadi semakin baik. Saat ini aku masih berada kantor, mengerjakan tugas dari manager Do. Ia memintaku mendata ulang faktur dan juga resi dari berbagai bagian, surat-surat selama empat bulan kebelakang. Aku rasa ia membenci, atau mengetesku. Sedikit keterlaluan dan tak berperasaan, apa dia Manusia? Ah, aku rasa dia alien yang dikirim planet lain untuk menghukum pekerja baru sepertiku. Hmm, untungnya ia tampan walaupun dingin dan arogan. Waktu saat ini sudah menunjukkan pukul dua siang. Sudah masuk waktu shalat Dzuhur aku berusaha tak melupakan pesan mama agar tak pernah meninggalkan shalat. Seharusnya, aku menyempatkan waktu untuk shalat setelah makan siang. Hanya saja manager Do memintaku kembali lebih cepat. Aku menghela napas, melirik sekilas ke arahnya yang sedang sibuk dengan semua laporan yang sedikit berserakan di meja kerja. Ia serius sekali, terlihat jika ia adalah orang yang teliti, keras, tegas, dan itu yang aku rasakan. Aku memberanikan diri menghampiri, membuatnya menatapku sekilas. "Maaf, bisakah anda memberikan saya waktu 5 menit. Saya harus sholat, saya akan melakukan cepat di ruangan ini." Ia hanya melirikku sekilas kemudian mengangguk. "Terima kasih," Aku berjalan cepat ke sudut meja. Menata sajadah kecil milikku. Dimana arah kiblat? Aku harap aku benar. "Ehem," Aku mendengar suara Manager Do berdeham, segera menatapnya, ia mengarahkan jari telunjuk ke arah lemari buku yang berada di sampingku. Aku tau dia baru saja menunjukkan arah kiblat. Kuperbaiki letak sajadah dan mulai memakai penutup tangan, aku memang tak memakai mukena saat berada di kantor. Tak butuh waktu lama, aku kembali melanjutkan pekerjaan setelah selesai shalat. "Dua minggu lagi, kita akan ke Jepang, ada beberapa urusan yang harus kita selesaikan dengan perusahaan di sana." "Saya?" tanyaku heran. "Iya, kau kan asistenku?" "Baik." Sahutku cepat, dan ini kunjungan pertamaku sebagai seorang asisten. * Aku berjalan menuju apartemen, sepi sekali seperti biasanya. Ada seseorang berdiri didepan gedung apartemen, aku yakin melihat sosok Yunki. Kenapa ia menunggu di luar jika ia bisa masuk? Setelah dekat aku segera menarik tangannya bergegas ke dalam dan menghangatkan diri. Aku membuka pintu dengan terburu-buru. Setelah sampai di dalam ia segera membuka topi, masker dan jaketnya. Lalu tersenyum padaku memamerkan gigi-gigi kecilnya yang tersusun rapi. Ia berjalan dengan santai ke dapur dan mencari minuman dari kulkas. "Kenapa kau menunggu di luar? Bagaimana jika ada yang melihatmu?" Ia berjalan dengan santai ke ruang tengah sambil dengan asik meminum cola di tangannya. Bahkan tak menghiraukan pertanyaanku. Ia malah asik menonton tivi, Ckckckck, baru sebentar saja rumah ini sudah memiliki tuan baru. Aku melangkahkan kaki ke kamar kecil, membersihkan diri. setelah selesai aku berjalan keluar melihat Yunki masih sibuk dengan colanya sambil mendengarkan musik dari ponselnya. Aku duduk di sampingnya ia menatap sekilas. Aku melihat wajahnya yang terlihat lelah, meletakkan bantal di pangkuanku kemudian memintanya untuk merebahkan kepala. "Kau pasti sangat lelah kan?" Ia hanya mengangguk, kupijat pinggiran matanya. Ia memejamkan ke dua mata. Aku menelusup wajahnya, tidak banyak berubah selain ia semakin tinggi. "Berikan aku ponselmu." "Untuk apa?" tanyaku. "Cepat!" Aish, siapa yang bisa menolaknya? memberikan ponselku padanya meskipun dengan sedikit kesal.  ***** _**Yunki POV** . . . Ia memintaku merebahkan kepala di pangkuannya. Segera aku lakukan, ia biasanya akan memijat area mataku saat lelah. Itu sangat membantu, menghilangkan penat membuatku relax. Aku penasaran lagu yang ia miliki di ponselnya. Jadi, aku memintanya menunjukkan ponsel. Meskipun sempat bertanya tapi, siapa yang bisa menolakku? "Apa ini!" Aku duduk dan menatapnya kesal, hanya memiliki sebagian kecil lagu BTL apa ia sungguh sahabatku? Akh, kesal sekali. Ia hanya menatap dengan bersalah sambil mengerucutkan bibirnya. Aish, jangan lakukan itu! Aku mengambil ponsel kemudian mencari lagu yang pasti akan ia sukai. Kupakaikan salah satu earphone ke telinganya dan yang lain di telingaku. Aku menekan tombol play, musik dimulai dengan denting piano dan kemudian suara maknae kami Jungkook. Ia menatap serius aku bisa melihat ia menikmati lagu kami is Not Over. Saat ini, sepertinya aku benar-benar menyadari satu hal bahwa aku menyukai Reya. Tapi apa mungkin ia juga menyukaiku? Aku tau aku bukan tipenya. Ia pernah berkata jika ia menyukai laki-laki seperti Yoongu kakakku. Laki-laki yang baik dan perhatian. Rasanya aku bukan orang seperti itu. Musik masuk kebagianku matanya membulat sempurna ia tersenyum, jika melihatnya tersenyum kalian bisa melihat pipi merahnya naik dan semakin besar. Menggemaskan? Ia mengangkat kedua ibu jarinya setelah bagian nyanyianku berakhir. Ah, jantungku rasanya akan meledak. SetelaBenarrsik berakhir, aku mematikan dan melepas earphone dari telinganya. Ia bertepuk tangan. "Aku selalu menyukai rapmu!! Kau hebat sekali." ucapnya. "Benarkah?" "Aku harap kita akan selalu menjadi sahabat. Hari ini dan selamanya." Ucapnya tiba-tiba, apa ia memasang jarak, atau semacamnya? "Mengapa kau berkata seperti itu?" Ia menatapku serius, "aku-aku takut jika aku menyukaimu," Ucapannya terhenti dan jantungku berlari semakin kencang. Aku menghela nafas mencoba mengatur perasaan dan masih menunggu apalagi yang mungkin akan ia katakan "Sebelum ke Korea. Aku, baru saja berpisah dengan seorang pria. Saat seperti ini aku tak mungkin menyukai orang lain dan juga, aku tau aku bukan gadis yang kau inginkan. Jadi, aku harap kita bisa tetap menjaga jarak sebagai sahabat baik." "Bagaimana jika aku menyukaimu?" Ia terlihat berpikir sesaat. "Entahlah, aku rasa kau tak mungkin menyukaiku. Lagipula aku mungkin akan menolakmu." Wah, apa ini menolakku? Perasaanku saat ini terasa aneh sekali. Aku menyentil keningnya dengan kesal. "Aaaw!!" pekiknya sambil memegangi keningnya yang merah karena ulahku. "Aku akan membunuhmu jika kau berani menolakku." *** Aku melangkahkan kaki kembali ke dorm. Semua masih terbangun dan sibuk dengan kegiatan masing-masing. Jeon-gu berlari menghampiriku, "hyeong!kau memakai celana dalamku lagi kan?" tanyanya kesal. "Aish! Aku memakainya karena itu yang paling mudah kutemukan," jawabku asal. "Aaish! Hyeong! Sampai kapan kau akan berhenti melakukannya!" runtuk Jungkook kesal sambil mengikutiku. Aku membalikkan tubuhku kemudian memberikan makanan yang tadi di berikan Reya padaku. "Apa ini?" tanya Jeon-gu. Jimin dan Namjoon berjalan menghampiri kami ke dapur. Aku duduk di kursi makan dan menatap Jungkook yang membuka bungkusan. "Waaa!" Namjun berdecak kagum melihat banyak makanan di depan matanya. Sementara Jeon-gu sudah mulai mengunyah sosis asam manis dan melupakan celana dalamnya. "Panggil yang lain," perintahku pada Jimmy. Jimmy berlari memanggil Tae, Heosok dan Seojin. Tak perlu waktu lama bagi mereka untuk segera datang ke ruang makan. "Wahh, daebak!" seru Heosok. "Makanlah, aku akan ke kamar." ucapku sambil berjalan ke kamar. *** . . halo sebelumnya saya mau ucapkan terima kasih udah mau membaca cerita ini. mohon maaf di awal2 part bahasanya masih kaku banget karena cerita ini cerita pertama aku pakai sudut pandang orang pertama. ini aku ketik ditahun 2017. sudah aku revisi tapi sepertinya tidak bisa maksimal. mohon kemaklumannya. terima kasih
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN