?8. GHSI ?

1326 Kata
"Ada kalanya kau melupakan semua saat kita hanyut dalam kesibukkan pekerjaan. Tapi, tak akan melupakan hal penting dalam hidupmu." **** * * * _________________ **Yunki POV** . . . Aku merasa lega karena Reya bersikap baik setelah kami bertemu, sempat takut pasalnya terakhir kali kami bertemu aku tak bersikap baik. Saat itu aku cemburu karena ia terlalu dekat dengan kakakku. Masih punya waktu 3 hari sampai nanti BTL akan pergi ke Manila untuk tour. Tentu saja kami harus latihan agar bisa memberikan penampilan terbaik pada penggemar kamj. Dan saat ini kami baru saja selesai melakukan latihan untuk persiapan wings tour. Di ruang latihan hanya ada aku, Namjun dan Seojin hyeong. Aku merebahkan tubuh di lantai studio. Sudah hampir delapan jam sejak mengirimkan pesan tapi, ia belum juga membalas apa ia begitu sibuk? "Hyeong!" Panggilan Namjun cukup mengagetkan. "Ya?" jawabku. "Apa yang kau pikirkan?" "Ah, aku hanya menunggu balasan pesan." "Jin hyeong, kau bisa melihat seorang cool boy berubah menjadi seorang bibi jika kau melihat saat ia bersama Reya noona*." (*Panggilan kakak perempuan untuk adik laki-laki.) "Benarkah?" "Aish! Apa kau percaya padanya?" elakku. "Apa kau menyukainya?" tanya Seojin hyeong sambil menatapku serius. Aku terdiam sesaat, apa aku masih menyukai Reya? "Tidak. Sudah kuberitahu jika aku hanya merasa ia adalah adikku. Sewaktu kami masih sekolah menengah pertama, ia banyak menolongku. Bahkan saat terakhir harus mengikuti ujian kelulusan sekolah menengah, aku harus tinggal di rumahnya. Kedua orang tuaku yang terpaksa pindah . Karena tidak mampu lagi membayar rumah yang kami tinggali. Dan terpaksa tinggal di rumah yang lebih kecil dengan lokasi yang jauh. Aku akan menjaganya saat ini dan membalas apa yang bisa aku lakukan untuknya . Aku menatap Namjun dan Seojin hyeong yang menatap dengan serius dan tak percaya. "Itu bagus sekali Yunki, kita memang harus memiliki alas kebaikan orang," ucap Seojin Hyeong kemudian. Kuanggukan kepala menyetujui apa yang ia katakan. Dan aku akan menjaga Reya baik-baik mulai saat ini. Aku melihat layar ponsel menyala dan segera membuka, itu adalah balasan pesan dari Reya. _____________________ Reya03: Maaf Yunki-ya, aku baru membuka ponsel. Seharian tadi sedang menyusun dan memeriksa laporan. Jangan mengkhawatirkanku, semua akan baik-baik saja. Fokuslah pada tour kalian, pastikan kau makan dengan baik. Semangat!!! ^~^ ____________________ Ah, gadis ini! semakin ia meminta untuk tidak khawatir, justru aku menjadi khawatir. aku harus menemuinya dan memastikan jika ia benar baik-baik saja. "Namjun-aa* kau mau mengantarku ke tempat Reya?" "Kau tau jadwalku hari ini hyeong, bagaimana jika pergi bersama Seojin hyeong?" Aku melirik ke arah hyeong menatapnya penuh harap membuat ia akhirnya mengangguk. *** **Reya POV** . . . Aku berkutat dengan kertas laporan di ruang tengah, memang kuminta data laporan ke kantor AT (Amore Textile) di Daegu. Yang pasti kantor tidak mengetahui jika laporan itu ada di tanganku. Karena yang memberikan langsung adalah supir pribadi Pak Billy yang mengantarku kemarin. Kertas-kertas yang berisi laporan data keuangan beserta aneka nota, faktur, resi dan cek selama lima tahun bertebaran di ruangan. Sudah sejak kemarin siang tapi aku baru memeriksa sekitar empat puluh persen. Sungguh kepalaku sakit sekali karena ini. "Ah, gue bakal mabok angka," keluhku lalu menggeliat dan terus mengeluh hal yang sedari tadi aku lakukan. Lapar adalah hal yang kini kurasakan, sudah sejak subuh tadi aku mengerjakan semua ini kini pukul dua belas siang. Aku belum makan apapun sejak tadi. Membuka ponsel yang menggeletak sendiri tanpa kusentuh sejak subuh. Pesan dari Yunki, senang juga rasanya ada yang memperhatikan. Ia juga telah mengirim pesan sejak beberapa jam lalu. "Ah, maaf Yunki-ya," Ke dapur dan mencari makanan adalah hal yang aku lakukan karena tak ingin perutku terus merongrong karena belum diisi seharian. Ku buka penanak nasi dan isinya air dan beras! Luar biasa memang karena aku lupa tekan tombolnya. Bagaimana itu bisa menjadi nasi jika tak tersambung dengan aliran listrik? Segera aku nyalakan, lalu ergegas segera berjalan ke kamar membuka koper besar milikku berisi aneka cemilan, mie instan, kopi instan yang cukup banyak kubawa, tentu aku harus membayar beberapa karena terlalu banyak. Tak apa, yang penting keinginan lidah Indonesiaku bisa tersalurkan. Ku ambil salah satu wafer coklat dan menikmatinya untuk meredakan keroncongan yang kurasakan. Reya! Suara panggilan yang tak asing, jelas sekali itu sahabat kecilku yang menyebalkan, Yunki. "Ya?! Aku di kamar." Aku bisa mendengar ia berbicara dengan seseorang, tak jelas. Entah, siapa lagi yang ia bawa ke rumahku saat ini. Pintu terbuka, kulihat ia masuk dengan wajah tanpa senyum. Kusapa ia dengan senyum, baru beberapa menit yang lalu aku membalas pesannya dan kini ia berada di hadapanku. "Apa kau mau mencicipinya?" Aku tunjukan wafer yang sedang kunikmati. Ia menggeleng kemudian memperhatikanku "Kau tak mengenakannya?" "Apa?" . Yunki berjalan mendekat lalu mengambil pashmina instan yang tersampir di dekat pintu. "Ini?" "Ah, aku tak mengenakan saat di rumah," sahutku dengan mulut penuh dengan wafer. Yunki tersenyum. "Pakailah, karena aku datang bersama Seojin hyeong," katanya sambil berjalan ke luar. Ku selesaikan kegiatan ngemil yang belum lama kulakukan dan segera ke luar. Sejujurnya aku penasaran dengan Seojinn tapi, lebih penasaran dengan Jimmy. Entahlah, apa mungkin Jimmy biasku? Hehehhe. Kulihat, mereka berdua duduk di ruang makan. Ya karena ruang tengah kupenuhi dengan lembaran laporan keuangan. Seojin punya proporsi tubuh yang sangat bagus, bahunya lebar pas sekali untuk sandaran masa depan, wajah tampan untuk memperbaiki keturunan. Yunki? Hmm, dia tak ada apa-apanya, hahahaha. Sejujurnya aku membayangkan bagaimana ia kesal, jika aku mengatakan hal yang terpikir barusan. Menyenangkan karena ia pasti akan sangat sangat kesal. "Anyeonghaseyo," " Nde, anyeonghaseyo," jawab member tertua BTL itu. "Kalian duduklah aku akan memasak sesuatu untuk kalian." Aku mempersilahkan. "Biarkan kami yang memasak hari ini," ujar Yunki. "Tidak, bagaimana bisa tamu yang memasak?" "Ah, tidak masalah, aku suka melakukannya," timpal Seojin oppa lalu berjalan bersama Yunki ke dapur. "Tapi—" "Tunggu saja, kau akan jadi gadis paling beruntung karena Seojin BTL memasak untukmu," ujar Yunki dengan nada sombongnya yang khas. Aku bisa mendengar Seojin terkekeh mendengar ucapan Yunki. Sedangkan saat iniaku merasa perutku mulai kembung. Kuambil obat maag andalanku yang sengaja ku letakan di laci meja dekat dapur. Segera, ku kunyah berharap ini tak semakin parah. "Kau sakit 'kan?" "Tidak!" elakku cepat. Ia memegang tangan dan membawaku duduk di kursi, lalu mengecek suhu tubuh dengan menempelkan tangannya ke keningku. Ia menatap dengan kesal, dan sedikit menghela napas. "Aku baik-baik saja." "Aku yakin kau melewatkan sarapanmu." "Ti-tidak". Ia mengadahkan tangan kanan aku tau ia meminta tangan kiriku untuk dipijat. Memang, akan lebih baik. Namun, rasanya sakit sekali. Kupasang wajah semelas mungkin agar Yunki mengurungkan niat. "Cepat!!" ia malah semakin keras meminta. Kuulurkan tangan perlahan, dan Yunki segera memijat di antara ibu jari dan telunjuk tangan kiriku. Sungguh ini menyakitkan dan bagian perutku selalu bereaksi jika dipijat seperti ini. Dulu, Ibu Yunki yang sering mengobatiku dengan cara seperti ini. Waktu sekolah saat menjelang ulangan aku sering telat makan dan pencernaanku menjadi tak baik sejak itu, sepertinya. "Sakit?" Kuanggukan kepala sebagai jawaban. "Kau melewatkan sarapanmu 'kan?" tanyanya lagi. Aku kembali mengangguk pelan. Yunki menghela nafasnya berusaha menahan kekesalannya. "Kau dulu bilang jika aku harus menjadi kakak terbaikmu. Aku akan berusaha maka kau harus menurutiku mengerti?" "Baiklah." "Aku sudah mengalah, padahal kau yang seharusnya menjadi noona-ku," ucap Yunki tak seserius sebelumnya "Yak! Kita hanya berbeda satu minggu!" "Masih sakit?" tanyanya tak mempedulikan rengekanku ia sibuk memijat dan terlihat fokus sekali. "ini sudah lebih baik." "Aku akan membantu Seojin hyeong, kau istirahatlah di sini," titahnya lalu ia bangkit dari tempat duduk. Kemudian terhenti di depanku, dengan cepat ia menekan hidungku lalu berlari pergi. "Yyaaaaaakkkk!!!!" Aku duduk dan menunggu, waktu terasa lama lama sekali. Bau masakan sudah melambai-lambai di penciuman. Enak sekali sepertinya. Haruskah aku membantu mereka berdua? Aku melangkah cepat ke dapur. Saat itu Yunki tengah membantu menyiapkan piring. Ia menggemaskan hari ini? Heh? Reya apa yang kau pikirkan?! "Ada yang bisa kubantu?" tanyaku membuat keduanya menoleh. "Aish! Sudah kubilang tunggu di sana!" omel pria berkulit putih itu kesal . "Aish, Vampir kucing!!" "Vampir kucing?" Seojin oppa memudian terkekeh mendengar makianku. "Yaak hyeong? Apa kau sedang mendukung gadis ini?" "Tidak, hanya saja itu lucu sekali, hahahahaha." ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN