Shanum sengaja mengambil cuti selama tiga hari. Selama dua hari ini, Gavin benar-benar tak membiarkannya keluar dari kamar hotel itu. Seluruh badannya rasanya remuk redam. Gavin bahkan sama sekali tak merasa bersalah sedikitpun telah membuat Shanum seperti itu. Ia justru menggoda Shanum saat melihat cara jalan Shanum yang sedikit aneh. Tapi, bukannya Gavin tak menyesal telah membuat Shanum seperti itu. Tapi, ia sendiri tak bisa menahan diri, saat melihat tubuh Shanum setelah penyatuan mereka malam itu. Gavin membelai lembut pipi Shanum, lalu mengecup keningnya. “Pagi, Sayang,” sapanya. Shanum membuka kedua matanya secara perlahan. “Pagi, Mas. Jam berapa sekarang?” tanyanya sambil menatap jam di dinding kamarnya. “Masih pagi kok.” Shanum mengerucutkan bibirnya, “astaga, Mas. Ini ‘ka