Kesucianku Hilang

1138 Kata
Terdengar suara jam weker berbunyi beberapa kali, tapi gadis malang itu masih saja belum bisa membuka mata dan beranjak dari tempat tidur. Semua akibat rasa sakit dan letih yang merajai tubuh mudanya. Hingga detik ini, ia tidak tahu tentang apa yang sebenarnya baru saja terjadi kepada dirinya. Yang ia tau, dirinya melewati malam dengan rasa yang tidak biasa. Pagi ini, walaupun seluruh tubuh terasa sakit. Tetapi otaknya merasa sangat segar. Bahkan ia tidak lagi mengingat kerinduannya kepada Deri, seakan semua sudah terbayarkan. Tak lama, Cantika terduduk dan menurunkan kakinya, satu demi satu dari atas tempat tidur. "Aduh ... ," keluhnya spontan. Kemudian, ia berdesis akibat merasakan perih yang luar biasa pada bagian kewanitaannya. Setelah cukup tenang, Cantika tampak menyentuh miliknya, dengan ujung jari. Sekali lagi, ia merasakan perih yang kuat. Gadis itu berdiri memaksakan langkahnya. Ia berjalan ke arah kamar mandi, tapi merasa sulit untuknya merapatkan kedua bagian kaki. Tak lama, Cantika mencoba berjalan dengan sedikit merenggangkan kedua kakinya. Ternyata, ia baru dapat berjalan tanpa rasa sakit, menuju ke kamar mandi. Air pertama yang menyentuh bagian sensitif miliknya, terasa seperti perasan air jeruk nipis yang diteteskan pada luka yang belum kering. Rasanya sangat perih dan menusuk hingga bagian terdalam di tubuhnya. Rasa itu membuat Cantika kesakitan hingga meneteskan air mata. "Kenapa?" tanya Cantika sambil menyiram air hangat ke wajah dan tubuh. Lalu, ia kembali berpikir dan mengingat-ingat tentang kejadian semalam. 'Seperti mimpi, tapi jika benar semua itu hanya bunga tidur, bagaimana aku bisa tersakiti dengan sangat nyata seperti saat sekarang ini?' Tanyanya di dalam hati, sambil terus membersihkan diri. Selesai, Cantika memutuskan untuk duduk sambil mengeringkan tubuh di atas ranjang. Ia ingin sekali pergi ke sekolah, tapi merasa tidak enak badan. Panas dingin seperti akan demam, itulah yang ia rasakan saat ini. Sementara dari dalam kamar, ia mendengar suara ibu yang sedang bersenda gurau dengan seseorang. Entah siapa, ia tidak tahu. Lalu ia memutuskan untuk berdiri dan mengintip dari lubang kunci pintu, ternyata sang ibu sedang bersama om Farhan. 'Cepat sekali dia datang ke sini hari ini?' Keadaan ini, membuat Cantika tidak nyaman dan ia memutuskan untuk tetap diam di dalam kamar, walaupun sangat lapar dan ingin sarapan. "Menyebalkan," gumamnya sambil menarik ujung bibir kanan. Sambil menghela npas panjang, Cantika mengenakan pakaian dan kembali berbaring di atas ranjang. Tak lama kemudian, ibu mengetuk dan membuka pintu kamar. Saat itu, ibu mengatakan bahwa dia akan berangkat bekerja dan gadis itu hanya menganggukan kepala. Kemudian beliau langsung menutup pintu kamar kembali. 'Ya Tuhan, bahkan ibu tidak bertanya kenapa aku masih berbaring di ranjang? Kenapa aku tidak sekolah? Kenapa aku tidak sarapan? Ibu benar-benar tidak memperhatikan aku lagi.' Tapi, ketika melihat ibu masuk ke dalam kamar, Cantika menjadi sangat heran. 'Bagaiamana bisa? Seingatku, pintu kamar ini selalu aku kunci. Apalagi bila ada orang asing di rumah. Lagipula, dari tadi aku belum membuka kunci pintu kamar ini.' Pikiran itu, sontak membuat Cantika terduduk dan berfikir sekali lagi tentang apa yang telah terjadi pada dirinya tadi malam. "Ini salah, pasti ada yang salah," ucapnya sambil mengerutkan dahi. "Ini benar-benar aneh sekali," gumamku sekali lagi. 'Jangan-jangan apa yang aku rasakan tadi malam bukanlah mimpi? Apa mungkin aku sudah tidak perawaan lagi?' Lalu Cantika segera berdiri dari ranjang dan memperhatikan setiap jenjang sprei maupun selimutku. 'Ya Tuhan, ternyata ini bukan mimpi.' Gumamnya saat melihat bercak darah di atas sprai. "Tapi, siapa yang sudah melakukannya tadi malam?" tanyanya sambil berteriak dan menangis. "Aku sama sekali tidak melihatnya, aku hanya merasakannya." Cantika mulai tampak frustasi. Seakan, rasa sakitnya hilang. Bahkan ia mengacak-acak isi kamar, sambil memaki-maki dirinya dan berteriak. Cantika merasa sangat bodoh, tapi ia benar-benar tidak sadar telah melakukannya. Ia melempar barang-barang yang berada di atas meja rias. Mulai dari jam weker, buku-buku pelajaran, bedak dan parfum, hingga kamarnya berantakan seperti kapal pecah. "Tidak mungkin!" ujarnya terdengar frustasi. Ia merasa sangat malu dan terduduk di sudut kamar. 'Sekarang, apa yang akan aku katakan pada ibu dan Deri nanti? Dan siapa yang sudah menikmati tubuhku malam tadi?' ratapnya tanpa suara, bersama sebagian wajah yang sudah basah. Perlahan, ia mengumpulkan keberanian untuk menelpon ibu. Cantika tidak ingin mengganggu beliau, dia hanya ingin bertanya apakah om Farhan semalam menginap di rumah. Beberapa kali menelpon, ibu tidak mengangkatnya. Sadar dengan kesibukan ibu, Cantika berusaha sabar dan menunggunya pulang. "Aku harus bertanya kepada ibu, harus!" ucapnya sambil menarik rambut cukup kuat. Karena trauma dan terluka, Cantika memutuskan untuk tidak berangkat ke sekolah hari ini. Dia benar-benar tidak ingin melakukan apa pun dan tak ingin bertemu dengan siapa pun. Malu bercampur jijik terhadap diri sendiri, membuatnya frustasi dan merasa kotor. 'Harga diriku sudah tidak ada lagi, bagaimana cara mengatakannya kepada ibu?' Gadis itu terus berbicara tanpa suara. Sekitar pukul 11.30 WIB, ia mendengar suara memanggil dan mengetuk pintu rumah. Dengan langkah yang lamban, Cantika segera membukanya. "Ini Mbak paket makan siangnya," ujar sang kurir pengantar makanan. Awalnya, gadis itu sedikit bingung karena tidak merasa memesan makanan dari luar. Tetapi, mungkin saja ibu yang melakukannya. Walaupun selama dua tahun terakhir ini, baru sekarang, ibu menyediakan makanan online untuknya. "Makasih, Mas," ucap Cantika, lalu menutup pintu rumah. Karena merasa lapar, sejak pagi. Ia segera mengambil paket tersebut dan membawanya masuk ke dalam rumah. Cantika mulai merapikan dan meletakkannya di atas meja. "Hem, ini menu kesukaanku, udang goreng tepung yang crispy," sambungnya agak sedikit terhibur. Cantika duduk sambil menikmati menu makanan yang sudah tersedia, dengan lahap. Entah mengapa, ia merasa sangat lapar dan lelah. Sebelumnya, gadis itu tidak pernah makan seperti ini. Tapi kali ini, rasanya tubuh itu berbeda dan ia seperti kehilangan banyak tenaga. Sekitar 30 menit setelah makan, tiba-tiba saja Cantika merasa seluruh tubuhnya dingin hingga membuat bulu-bulu halus di tangan dan pundak berdiri. Rasa ini membuat Cantika gelisah dan tanpa sadar, ia menggeliat kecil di kursi dekat meja makan. Penasaran, Cantika menyentuh kulit kaki dengan jari tangan. Saat ini, ia merasa sangat geli. Bersama semua kegelisahan, ia berusaha berdiri dan kembali ke kamar. Entah apa yang membuatnya menjadi sangat sensitif sekali, sejak kemarin malam? Hal ini mulai mengganggu pikirannya. Bukan hanya itu saja. Pasalnya, secara tiba-tiba, ia dapat merasakan hasrat hebat yang sulit untuk dikontrol. Semakin lama, mata gadis itu semakin berat. Jika ia membukanya, Cantika merasa seperti hendak muntah. Lalu ketika ditutup, gadis itu sangat sulit untuk membukanya kembali. Setibanya di kamar, ia langsung merebahkan tubuh di atas ranjang dengan perasaan yang kian tidak karuan. Seluruh tubuh, dari ujung kepala hingga ujung kaki, terasa sangat geli seakan ada yang menyentuhnya. Sekali lagi, ia seakan benar-benar kehilangan kendali atas diri sendiri. Kemudian, samar-samar ia mendengar suara pintu yang dibuka. Kreeeak Sama seperti tadi malam, gadis belia itu tidak bisa membuka mata dan melihat siapa yang datang. Ia hanya bisa merasakan sentuhan dan aroma parfum yang orang itu kenakan. Bersambung ... Siapa si perenggut kesucian Cantika? Silakan langsung baca bab 17, jika tidak sabaran. Satu lagi, n****+ ini masih tahap revisi ya. Makasih.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN