Laki-laki Misterius

1285 Kata
Seperti tadi malam, Cantika tidak bisa membuka mata dan melihat siapa yang datang. Ia hanya dapat merasakan sentuhan dan aroma parfum yang orang itu kenakan. "Siapa kamu?" tanyanya dengan nada marah. Hanya saja, tubuh itu terasa lemah dan lunglai. Seperti hanya tinggal tumpukan daging tanpa tulang sehingga sulit baginya untuk melakukan perlawanan ataupun dorongan terhadap seseorang yang berniat jahat padanya, sekali lagi. Beberapa kali ia bertanya, tapi tidak ada jawaban. Hanya suara napas yang merintih penuh keinginan dan Cantika tahu bahwa dia adalah seorang laki-laki yang tidak ingin diketahui identitasnya. "Pengecut, siapa kamu?" tanya Cantika sekali lagi karena merasa suasana di sekitarnya sudah berubah dari yang semula tenang, menjadi gelisah. 'Ya Tuhan ... aku terperangkap lagi di dalam situasi yang tidak aku kehendaki. Ada yang salah dengan semua ini.' Katanya tanpa suara. Kali ini, Cantika menyadarinya. Namun, seolah-olah jiwa dan raga adalah miliknya, tetapi dikendalikan oleh orang lain. Seperti boneka yang diikat, kemudian digerakkan sang pemiliknya sesuka hati. Laki-laki misterius tersebut kembali menyentuh dan menjadikannya pelampiasan hasrat. Cantika yang masih terkejut menjadi tidak berdaya dan tidak mampu melakukan apa pun, seperti manusia lemah dan bodoh. Ia hanya mampu menerima kenyataan yang menyakitkan. Dia (kaki-laki misterius) ini mulai melakukan aksinya dan tampak sangat menginginkan Cantika. Berbagai cara dan gaya ia terapkan kepadanya. Seperti seseorang yang baru saja mendapatkan teori dari sebuah materi sekolah dan kali ini, ia mempraktikkannya dengan totalitas yang tinggi. Dalam tubuh yang tidak mampu dikendalikan, gadis itu berusaha mencari tahu. Apakah laki-laki ini adalah orang yang sama dengan yang semalam? Tapi aroma tubuhnya berbeda, sentuhannya berbeda, dan caranya menikmati tubuh Cantika juga berbeda. Gadis itu berusaha untuk menyentuhnya. Setidaknya ia bisa meraba wajah atau tangan untuk memastikan apakah laki-laki ini adalah orang yang sama dengan yang semalam atau tidak? Tapi dia benar-benar tidak mampu mengangkat tangannya untuk menggapai. Bahkan Cantika tidak mengerti berapa lama waktu yang ia habiskan bersamanya. Yang jelas, kali ini terasa lebih lama dari pada sebelumnya. Selain itu, stamina laki-laki ini juga terasa berbeda. Kali ini, rasanya jauh lebih muda dan bersemangat. Cantika dapat menyimpulkan dari gerakan, hentakan, dan juga dekapannya. Napas hangat membayangi telinga Cantika. Di tambah lagi dengan cengkraman tangan yang begitu kuat berdiam di dadanya. Tangan itu meremas dan melepaskan pegangannya dengan brutal. Tak lama, laki-laki itu membuka pakaian dengan perlahan. Setiap sentuhan yang ia berikan, terasa sangat bereaksi terhadap tubuh Cantika. Orang itu pasti sangat berpengalaman dan pintar, atau mungkin sudah terbiasa melakukannya. Penasaran ingin melihat wajahnya, Cantika berusaha membuka mata. Tetapi, tidak bisa. Rasanya, mata gadis itu sangat lengket, seperti sedang mengantuk berat, tapi mampu merasakan setiap sentuhan dengan jelas. Selang beberapa menit, laki-laki itu bersikap seperti bayi. Dia menempelkan mulutnya di dadaa Cantika sambil menghisapnya. Selain itu, tangannya terus menelusuri lekuk tubuh Cantika hingga ke bagian yang paling sensitif. Kemudian, ia melepaskan mulutnya dari buah kembar Cantika dan membuka habis celana yang gadis itu kenakan. Selang beberapa menit, laki-laki asing itu mulai menempelkan bibirnya di paha kiri dan sesekali menggigit serta menghisapnya dengan ganas. Tidak berhenti sampai di situ, dia terus saja menaikkan mulutnya hingga ke bagian yang paling sensitif dari diri Cantika. Terus, dia terus menyentuh tanpa henti. Tak sengaja, seluruh tubuh gadis berambut panjang itu bergetar hebat, akibat menahan rasa yang luar biasa hebat. Ini seperti sedang berdiri di tengah hujan dan di peluk oleh kekasihnya. Cantika pun mulai menggeliat hebat. Suara manja menyambut gerakan tubuh yang tidak dapat dikendalikan lagi dengan baik. Setelah puas melihat gadis itu menggeliat. Laki-laki asing tersebut, menancapkan pedang miliknya dan mulai mempermainkan tubuh Cantika sesuka hati. Lama kelamaan, ia menaikkan tempo permainannya hingga membuat Cantika semakin tidak sadar dengan dirinya sendiri. Ia pun mulai mengerang hebat, tapi diwaktu yang bersamaan, dia melepaskan miliknya dari pintu surga milik Cantika. Tidak, ternyata gadis itu salah besar. Dia bukan berhenti, melainkan sedang mengganti cara untuk menikmati tubuh Cantika. Dengan cepat, ia membalik tubuh hingga perut gadis itu berada di bawah, serta menyentuh ranjang. Lalu dengan kuat, ia kembali memasukkan senjatanya dan menghujani dengan goyangan yang kian liar, semakin cepat, dan kuat. Setelah mengguncang tubuh Cantika cukup lama, ia mulai melepas dan kembali meninggalkannya seorang diri. Sadar akan kepergian laki-laki misterius tersebut, Cantika memiringkan tubuh yang sudah lemah dan berusaha untuk bangun, demi mengejar orang yang sudah merogol tubuhnya. Sayang, lutut gadis itu bergetar hebat. Ia sangat tertekan dan kelelahan, hingga harus merelakan laki-laki biadap itu pergi. Setelah satu jam berpikir seorang diri, Cantika mengatakan pada diri sendiri agar bisa tenang dan tetap menjalani hidup dengan baik. 'Setelah ini, aku harus sangat berhati-hati dengan diriku sendiri! Meskipun sedang berada di dalam rumah.' 'Tuhan, kenapa aku seperti kancil yang melalang buana mengikuti takdir yang tak pernah diketahui ujungnya.' Beberapa pikiran muncul di otaknya, mulai dari kemungkinan-kemungkinan yang terjadi hingga siapa dalang dari semua ini. Pukul 22.30 WIB. Cantika mulai bisa membuka mata dan ia memilih untuk duduk di sofa sambil memikirkan nasibnya. Tak lama, ia mendengar suara ibu pulang dengan kendaraan roda empat. Gadis itu membukakan pintu dengan cepat dan saat ia melihat ke arah mobil, tampak Farhan sedang menyentuh dan mencumbui ibu di kursi depan. Melihat hal tersebut, Cantika langsung marah dan memperlihatkan ekspresi tidak suka pada Farhan. Dengan cepat, Cantika berlari dan mengetuk pintu mobil, kemudian membuka serta menarik ibu dari dalam. Ia pun langsung memapah ibu hingga ke dalam kamar tidurnya. Setelah aman, gadis itu bergegas kembali keluar untuk menutup pintu rumah. Baru saja tiba di depan pintu dan hendak menutupnya, Farhan menahan pintu tersebut dengan tangan kanannya. Tanpa rasa takut, gadis itu menatap Farhan bersama tatapan tajam. "Sudah malam, sebaiknya Om Farhan pulang atau aku akan berteriak sampai tetangga berdatangan? Silahkan pilih!" ancam Cantika dengan nada suara yang ketus dan setengah membentak. Tampaknya itu pilihan yang sulit bagi Farhan. Setelah mendengarkan ucapan kasar dari anak kekasihnya, ia tersenyum sinis dan menyunggingkan bibir, sambil menatap Cantika seperti elang terhadap mangsanya. Kemudian dia meninggalkan rumah gadis itu begitu saja. "Ya Tuhan ... ," gumam Cantika seraya menghela napas panjang. Lalu dengan sigap, gadis itu menutup pintu rumah dan kembali ke kamar ibu. Sambil meneteskan air mata, ia membuka pakaian dan sepatu, lalu membersihkan tubuh beliau dengan air hangat. Cantika tampak mengelap dan mengganti pakaian ibunya dengan kimono setelan, agar beliau merasa nyaman saat beristirahat. Seorang diri, gadis cantik itu memandang wajah ibu yang tampak lelah. Kemudian ia memutuskan untuk berbaring di sampingnya sambil memeluk. "Bu, apa yang sebenarnya terjadi pada hidup kita? Kenapa Ibu begitu berubah? Sekarang ini, Ibu tidak pernah lagi menanyakan kabarku, apalagi mengobral denganku?" ucap Cantika sambil memeluk ibu dari samping, tanpa mengharap respon balik darinya. "Ibu, sudah dua hari ini ada yang menggangguku ... ." Kemudian Cantika mulai menceritakan segalanya kepada ibu, walaupun ia tau bahwa ibunya tidak mendengarkan setiap keluhan yang keluar dari bibir ranum itu. Selian itu, Cantika juga mengatakan pada ibu kalau ia tidak menyukai om Farhan dan tidak ingin dia jadi ayah sambungnya. Sambil menatap ibu yang tengah mabuk berat, Cantika terus berceloteh hingga tanpa terasa air matanya jatuh membasahi pipi. Cantika kembali memeluk ibu dengan erat, sambil berbaring di sampingnya. "Ini seperti dulu saat kita masih bersama ayah kan, Bu? Waktu itu aku dan ibu masih sering tidur bersama di satu ranjang, sambil bercerita tentang hal apa pun." "Aku tidak boleh seperti ini lagi! Besok, aku akan berangkat ke sekolah seperti biasanya. Aku juga akan memasak sarapan untuk ibu dan berjuang kembali di dalam hidup, walau tanpa ayah, tanpa Deri," ucap Cantika terus memotivasi diri. "Selamat malam, Bu. Mimpi yang indah ... ." Lalu ia memberikan ibunya banyak kecupan hangat di seluruh bagian wajah, sama seperti yang beliau lakukan, ketika Cantika masih kecil. Bersambung.... Siapa si perenggut kesucian Cantika? Silakan langsung baca bab 17, jika tidak sabaran. Jangan lupa tinggalkan komentar dan klik favorit untuk mendapatkan notifikasi selanjutnya. Terima kasih.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN