Chapter 4

1044 Kata
“Itukah alasanmu membakar toko, nyonya?” lelaki itu menyerang. “Kau tidak merokok tapi aku melihat dua buah korek di tas mu. Bukankah jika suamimu mati, dan kau mendapatkan uang, kau bisa bahagia dan menikah dengan selingkuhanmu, nyonya?” ujarnya sembari jari jempol dan telunjuknya mengapit sebuah kertas yang berisikan riwayat pesan dari ponsel si korban dan ponsel Jessica- sebuah percakapan dimana sang suami marah besar ketika mengetahui istrinya bermain api dengan sahabatnya dalam jangka waktu yang cukup lama. “Bukankah Tn. Ron adalah pemilik toko buku yang ada disamping toko ayam keluargamu? Benar begitu?” Melihat wajah wanita di hadapannya memucat, Farren terkekeh pelan sembari kembali menyodorkan gelas kertas yang kini airnya sudah tak hangat. Jari telunjuk kanannya menekan sebuah tombol kecil yang ada diatas meja, menghubungkannya pada orang lain yang berada dibelakang kacadua arah disampingnya. “Zale, kembali ke kediaman ny.Jessica” titahnya yang tentu saja semakin membuat wanita yang masih cukup muda dihadapannya ini semakin panik. Mulutnya terbuka dan tertutup berkali kali secara gugup, bola matanya bergulir tak tentu arah dan dibawah meja, kedua jempol tanganna saling mencubiti jarinya yang lain. “Ada yang ingin dikatakan?” Farren kembali memancing dengan perlahan. Terkadang enaknya mengintrogasi orang yang tak memiliki pengacara adalah dirinya tak mengetahui apa yang harus dan tak harus diucapkan. Boleh dan tidak boleh diucapkan karena takutnya mengundang presepsi yang makin menyulitkan dirinya sendiri. Toh jika memang orang yang diintrogasi tak bersalah, tak perlu memutar otak untuk berpikir bagaimana cara menyembunyikan kebohongan. “Ron...” dirinya menjeda dengan suara yang makin mengecil di setiap menitnya. “Kurasa Ron yang membunuh suamiku” Ujarnya. “Kenapa? Apakah karena kau sekarang disudutkan, lalu kau berbalik untuk mengkambing hitamkan orang lain?” pancing Farren. “Tidak!!” “Tidak..” dirinya menghembuskan nafas gugup. “Ron belakangan ini mengatakan bahwa aku harus menceraikan suamiku” jelasnya perlahan lahan- “ ‘hidup suamimu sudah berakhir’ itu yang dia katakan padaku beberapa minggu yang lalu” Farren hanya mengangguk pelan sebagai tanggapan dan berdeham dengan nada bermain main, sembari tangannya menggapai ponsel yang ada di saku jaketnya untuk mengetikan pesan kepada Eric mengenai permintaan surat pemanggilan Ron untuk introgasi sekaligus surat perintah untuk pencarian barang bukti di kediaman tn. Ron. “Saat rekanku yang lain sedang memeriksa kediaman pacarmu, bagaimana jika kita meneruskan obrolan kita saat ini, nyonya?”       Aldeolos       Jika ada satu kalimat yang lebih dulu melintas di pikiran Eric saat ini pasti penuh berisikan umpatan. Atau mungkin tertawaan miris? Bagaimana tidak, jika sang korban alias suami Jessica baru mengetahui mengenai hubungan gelap antara istrinya dan Ron semenjak beberapa bulan ini, namun semua benda dirumah tempat dia menginjakan kaki saat ini bisa menunjukan bahwa mereka memiliki kemungkinan tinggal bersama lebih dari satu tahun. Bagaimana bisa pria malang itu tak menyadari istrinya telah keluar masuk rumah sahabatnya sendiri selama beberapa tahun padahal sudah dengan jelas bahwa sahabatnya yang masih ‘sendirian’ diumur penghujung empat puluh tahun ini memiliki rumah bak dihuni oleh pasangan yang sedang mesra mesranya. Sebuah tas di laci meja di kamar, lengkap dengan berbagai skincare dan kosmetik yang botol botolnya terjajar rapih. Sepasang sikat gigi di kamar mandi bahkan sandal rumah kelinci berwarna pink yang terpampang nyata didepan kamar utama. Tangan kanannya mengapai atas lemari, berusaha mencari sesuatu yang mungkin bisa menjadi titik terang dari kasus ambigu yang semakin ramai dibicarakan oleh publik saat semakin tingginya matahari. Belum genap dua puluh empat jam, namun semua orang sibuk menekan mereka untuk mengungkapkan kebenaran dibalik kasus ‘mumi toko ayam’ . Tak menemukan apapun, kini kedua kakinya beranjak menuju ruangan dimana televisi dan sofa besar bersarang. Lagi dan lagi pria itu terkekeh, bagaimana bisa tak ada yang menyadari hubungan mereka berdua bahkan saat sofanya tercium samar aroma parfume perempuan. Pupilnya menelisik melihat sudut demi sudut ruangan yang mungkin bisa membawa jackpot untuknya hingga membuat kasus ini terselesaikan dengan mudah. Bekerja di tempat yang bukan wilayah kerjanya dengan team asing yang belum terbiasa denganya cukup membuat pria yang tak terlalu tinggi itu kelelahan. Tiba tiba, sebersit pandangannya membuatnya memfokuskan diri pada laci dibawah televisi berukuran cukup besar yang ada disana. Eric seketika menyadari bahwa pria lajang tua ini cukup kaya jika mengingat pekerjaan dan toko buku tuanya yang tidak terlalu ramai pengunjung karena tak terletak di pusat kota, berbanding terbalik dengan semua furniture mewah yang ada dirumah berukuran cukup besar jika ditinggali hanya seorang diri,- atau mungkin berdua. Eric menemukan sebuah koin berwarna warni yang ia kenal jelas berasal dari mana. Koin kasino. Koin yang disetiap warnanya memiliki nominal berbeda beda itu cukup banyak diletakan di laci yang bersamaan dengan satu kotak kartu untuk bermain blackjack. Detective muda itu berpikir, apakah pria yang diincarnya kini memiliki kekayaan yang cukup karena bermain judi? Melihat dari koin kasino yang jika diuangkan bisa bernilai jutaan dollar. Kakinya kembali melangkah keruang tidur utama. Dengan pikiran jika hal sepenting keperluan berjudi saja dengan mudah disimpan di ruangan dengan akses orang lain masuk, berarti ada kemungkinan bahwa pria itu bisa saja menyimpan sesuatu yang lebih penting di area pribadinya. Kedua tangannya mulai bergerak untuk membuka satu persatu laci hingga lemari yang ada disana. Melongok ke kolong kasur hingga sedikit meloncat untuk mencari sesuatu diatas lemari, namun tak banyak hal ditemukan. Diantara lipatan bajunya, Eric menemukan sebuah buku dengan cover depan keras berwarna kehitaman. Sebuah buku dimana ternyata pria itu mencurahkan segala isi hatinya untuk ny. Jessica. Sebuah buku dimana akhirnya pria itu mengetahui bahwa si pemilik buku ini merasa bahwa dirinya seakan akan dipermainkan oleh pacarnya. Pacar yang merupakan istri dari sahabatnya. Dari banyak hal yang Tn.Ron tulis, inti dari semuanya mengatakan mengapa wanita itu tak juga meresmikan hubungan mereka setelah beberapa tahun terjalin meskipun diam diam. Mengapa wanita itu terus bertahan dengan suaminya meskipun beberapa hari sekali pasti tubuhnya mengalami memar kebiruan karena dipukuli. Bahkan Erik menemukan dua carik kertas yang merupakan surat yang diberikannya untuk nyonya Jessica, namun ternyata dikembalikan dengan kasar. Disini Eric tahu bahwa pria yang satu ini mengetahui fakta bahwa nyonya Jessica menjadi penerima uang asuransi senilai dua ratus ribu dollar jika terjadi sesuatu pada suaminya. Tapi untuk apa pria ini mengharapkan beberapa ratus ribu dollar jika iya bisa mencairkan koin kasinonya yang bernilai jutaan dollar. Namun semua keraguan Eric terhapuskan setelah ia membalik halam dari diary yang sedari tadi tengah dibacanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN