Chapter 33

1153 Kata
Satu satunya hal yang muncul di kepalanya ketika melihat sekumpulan berkas yang membongkar kejahatannya adalah hebat juga orang orang yang terlihat bodoh ini. Namun, mendengar orang yang bicara tadi beberapa kali salah ketika speling kata yang tak umum, maka dipastikan keduanya sama sekali tak mengerti seluk beluk dunia IT. Ia benar benar penasaran dengan orang dibalik mereka yang bisa dengan hebatnya memecahkan dalam waktu kurun beberapa hari saja. Sebenarnya, ia pun tak yakin apakah mereka memang orang yang jenius, karena tak ada satupun dari mereka yang sadar bahwa panggilan ke telepon rumah tadi adalah panggilan yang ia buat sendiri dengan ponselnya. Dari sana, diam diam ia keluar dari pintu belakang yang menuju taman, lalu memacu motornya dengan kecepatan tinggi untuk pergi sejauh mungkin dari sana. Yang ada di pikirannya kini, menjauh dahulu sejauh mungkin sama mereka tak dapat menemukannya, lelu memikirkan hal lainnya ketika kepalanya sudah mendingin kembali. Tapi sialnya, pria itu langsung menyadari ketika ada sebuah mobil yang ikut mengejarnya dari belakang. Syden yang sudah lebih dahulu menghubungi Eric memang langsung tancap gas membawa mobilnya. Toh mereka kemari dengan dua buah mobil, karena mobil pribadi mereka bukan tipe mobil yang bisa dimasuki delapan ornag sekaligus. Mungkin rekannya yang lain nanti akan menyusulnya bagaimanapun caranya. Bunyi klakson terdengar dimana mana. Tak hanya dari mereka berdua, tapi pun dari pengendara lainnya yang mungkin hampir saja tewas jika mereka tak menyingkir dengan cepat. Tak bisa membunyikan nada khas kepolisian membuat Syden hanya bisa meminta maaf dalam hati sembari menggertakkan giginya untuk terus fokus mengejar Mark tanpa menabrak pengendara lainnya. Umpatan umpatan tentu saja terdengar di telinga mereka berdua, namun tujuan keduanya membuat mereka mengindahkan hal itu. Mereka sibuk kejar kejaran di siang hari yang padat sampai akhirnya –atau sialnya untuk Mark- karena tanpa sengaja, pemuda itu membawa mereka ke sebuah jalanan kecil yang sepi, dimana kanan dan kirinya hanya terdapat berbagai macam pohon atau beberapa ladang yang mengering karena sudah waktunya panen. Syden sudah memiliki beberapa ide untuk menghentikan pria itu, pun sudah siap dengan senapan milik rekannya yang tertinggal di mobil- mengambil langkah jika kemungkinan besar tersangkanya kali ini juga membawa senjata. Tapi, semua ide yang bersarang di otak pemuda tampan itu harus hancur buyar ketika motor di depannya dengan sengaja menabrak karung tepung milik paman paruh baya di pinggir jalan, membuat kabut tepung muncul hingga dirinya tak fokus terus menatap jalan di depannya. Syden terus melaju dengan kecepatan tinggi, hingga akibat kabut tebal tersebut, mobil yang ia tumpangi terperosok kedalam jurang kecil dan jatuh ke sungai saat dirinya melewati belokan tajam tanpa pembatas jalan.     “Ah.. kalian disini” sesosok tinggi yang tengah berbaring di ranjang rumah sakit itu tersenyum sumringah ketika melihat entitas yang dikenalnya masuk ke ruangan VIP yang harganya sangat fantastis itu. Tidak, Syden tidak tersenyum karena mereka, melainkan karena jajanan dan ponsel yang terdapat di tangan rekan rekannya. Terima kasih Tuhan, pria itu tak jadi mati kebosanan karena hanya menonton televisi yang kini tayangannya hanya berisi sampah sampah infotaiment. Ya. Kalian tak salah baca. Sosok yang terbaring di ranjang rumah sakit mahal itu memanglah Syden. Ya.. lagi pula siapa yang akan baik baik saja jika tubuhnya terbanting dan terguling di sepanjang jurang, lalu sempat tenggelam beberapa menit karena tak sanggup membuka sabuk pengaman. Jika pria itu ingat ingat, mobilnya dengan keras menghantam bibir jurang sebelum menggelinding masuk kedalam sungai. Pria itu lantas dengan sigap melindungi kepalanya lebih dahulu meskipun air bag sudah mengembang dan mencoba mempertumpul hantaman- yang... sejujurnya tak berpengaruh banyak karena ia tetap memiliki banyak luka akibat pecahan kaca. Dengan kepala yang sangat pusing, ia mencoba untuk tidak panik dan membuka sabuk pengamannya meskipun air sudah masuk dan hampir menenggelamkan matanya. Memang sudah sedalam itu. Dengan susah payah, ia mencoba membuka pintu mobil yang sudah terbalik itu. Sangat susah. Karena air menekan permukannya dan menjadikan lebih berat. Tapi sekali lagi, terima kasih Tuhan. Sosok yang agung itu masih menyayangi nyawanya hingga ia berhasil membuka pintunya. Ternyata, beberapa rekannya yang lain pun sudah menyusul, dan posisinya tak jauh dari dirinya. Mendengara ada bunyi hantaman yang sangat keras, membuat mereka sangat khawatir. Ketika kabut tepung mulai menghilang, mereka akhirnya menyadari bahwa mobil rekannya itu sudah sedikit demi sedikit dilalap air sungai. Dylan yang melihat hal tersebut langsung memilih membuka kaca mobil, mengeluarkan sebagian badannya untuk menembakkan timah panas kearah ban motor Mark, membuat pria itu oleng kemudian jatuh. Dylan dan Kael langsung menghampiri Mark, dimana Farren dan Zale kembali berlari berbalik arah untuk mundur ke posisi dimana Syden berada. Menuruni jurang kecil namun cukup curam itu –jika tak berhati hati, maka luka akan sangat mungkin ditorehkan- lalu menyelamatkan rekannya. Mark yang jatuh terduduk tak bisa berbuat apapun ketika dilihatnya ada dua orang yang mencoba berlari kearahnya dan kini menyeretnya kembali. Ah.. sepertinya, peluru tadi tak tertembak ke ban motor, melainkan meleset menuju betisnya. “Anda kami tangka” ujar Kael sembali mengeluarkan borgol dari saku jelananya. “Anda berhak memiliki pengacara dan berhak untuk tetap diam jika ada pertanyaan yang menyudutkan anda” ia berkata sembari kedua tangannya mulai memborgol lengan Mark. “hey, dengarkan aku dahulu” “Kau bisa menceritakan semuanya di kantor polisi” “AKU DIBAYAR” paniknya. “Aku dibayar. Oke?? Seseorang mengirim email padaku. Menyuruhku untuk melakukan apapun yang akan membuat Syden dikeluarkan dari kepolisian. Bahkan dia yang ngasih foto foto dan video yang aku posting di website” ujarnya dengan gagap. “Awal- awalnya aku tak mau. Namun, tiba tiba uang senilai tujuh puluh lima juta sudah masuk ke rekeningku. Ketika aku mengirimkan kembali uangnya, uang tersebut kembali masuk ke rekeningku dengan nominal yang bertambah dua kali lipat. Dan tugas ku pun bertambah. Aku dititahkan untuk mengedit dan membuat video dan foto tersebut menjadi seakan akan Syden memanglah orang b***t” ujarnya menjelaskan dengan wajah yang memelas. “Dan kau tahu apa yang aneh??” ujar Dylan yang sedari tadi menceritakan hal pada rekannya yang lain yang tidak bersamanya dan Dylan ketika penangkapan Mark, membuat banyak pertanyaan muncul di raut wajah mereka. Memang, yang menyusul Syden hanyalah Zale, Farren, Dylan dan Kael. Sisanya mengamankan rumah Mark untuk mencari bukti lain. Lagi pula mobilnya tak akan cukup. Pun Zale dan Farren tak mengetahuinya karena sibuk menyelamatkan Syden dan menelepon ambulance. “Aku langsung melaporkan hal tersebut ke Eric, Eros dan Britta untuk mencari bukti dari ucapannya di rumah Mark, yang Eric temukan adalah sebuah email yang dimaksud Mark tadi, dengan IP yang ditemukan adalah IP dari komputer kantor” “Kantor??” Kaget Syden.  “Sebentar, jadi maksudnya-“ “tunggu dulu” ujar Dylan lagi. “Awalnya aku dan Britta enggan bicara karena.. aku tak mempercayai siapapun. Tapi kini kita semua diteror, jadi kalian harus tahu. Aku dan Britta menemukan ini sebelum kita dipanggil kembali ke kota. Saat kita masih dirumah mendiang Seje-“ -memperlihatkan surat perjanjian pembelian buah sebesar dua miliyar dollar dengan cap kepolisian tertera jelas disana dan cap misterius yang tak mereka tahu dari organisasi mana itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN