Ch. 06 Mencari Asisten Pribadi

1287 Kata
Tak menyangka hasil laboratorium miliknya dicuri pandang oleh Sasya telah membuat Eleanor sangat terkejut! Secara reflek ia cepat melipat kembali, memasukkan ke dalam amplop, lalu menjejalkan amplop tersebut ke tas kerjanya. Menggeleng terengah, bibir merah mudanya berusaha membuat alasan. “Ini bukan apa-apa. Hanya … uhm, you know … tindak pencegahan.” Mata Sasya makin terlihat penasaran. “Pencegahan dari apa? Bukankah kamu bilang kalau kamu tidak pernah berhubungan seksual dengan siapa pun?” tanyanya sambil menyeringai culas, Eleanor kembali menggeleng, “HIV/AIDS tidak selalu akibat hubungan seksual. Bisa saja dari jarum suntik dan lain-lain. Sudah, aku tidak ingin membicarakannya, oke?” Sahabatnya itu hanya tersenyum dingin dan mengangguk. “Ya, terserah kamu saja. Tapi, kalau kamu butuh teman untuk berbagi, aku ada di sini. Dan aku senang hasilnya negatif. Paling tidak, aku tidak perlu menjaga jarak denganmu,” kekehnya. Manajer marketing distrik New York mendadak masuk ke dalam ruangan para analis pemasaran. Ia mengencangkan suara sembari berucap lantang, “Perhatian semua! Aku ada pengumuman penting! Harap semua mendengarkan!” Pembicaraan Eleanor dan Sasya sontak terhenti. Keduanya beserta belasan karyawan lain di divisi tersebut segera memasang kedua telinga dengan seksama. Tidak biasanya ada pengumuman yang disampaikan dengan cara seperti ini. “Aku harap ini adalah pengumuman kenaikan gaji. Aku tidak sabar ingin membeli baju musim dingin keluaran terbaru!” bisik Sasya terkikik pelan. Eleanor hanya tersenyum. Dia yang tidak pernah terlalu memikirkan penampilan lebih suka menabung uangnya agar bisa membeli apartemen sendiri suatu hari nanti. “Oke, jadi aku baru saja mendapat perintah langsung dari Tuan Christian Xu!” ucap manajer membuka pengumuman yang ingin disampaikan. Seisi ruangan sontak berbisik saat mendengar nama Christian Xu. Mereka semua tahu siapa pemuda tersebut, dan siapa yang selalu ia bersamai. “Beliau sedang mencari seseorang yang bisa diajak bekerja sama untuk membuat sebuah analisa data, khususnya karena sekarang Lycus Group sudah ekspansi ke pasar Asia,” lanjut sang manajer. Suara berbisik semakin kencang terdengar hingga berdengung seperti lebah. Bekerja dengan Christian Xu? Ini tentu sebuah pekerjaan yang luar biasa menarik! Eleanor dan Sasya saling pandang dengan bibir terbuka lebar. Tidak sabar untuk mendengar kalimat selanjutnya. Seluruh karyawan kantor tahu kalau tidak sembarang orang bisa bekerja dengan sosok kepercayaan sang pemilik perusahaan. “Beliau menginginkan kandidat dari divisi kita! Siapa pun yang terpilih nantiny akan bekerja bahu membahu, langsung di bawah Tuan Reagan Aaron Lycus!” Saat inilah seisi ruangan terdengar memekik kencang dengan jerit penuh pengharapan. “My God! Bekerja langsung di bawah Tuan Reagan! Oh, my, God!” seru mereka tidak tanggung-tanggung. Ya, bagi karyawan Grade 5 ke bawah, bisa bekerja langsung di bawah salah satu Most Wanted Bachelor of New York seperti mimpi yang jadi kenyataan! “Siapkan portofolio masing-masing! Setelah istirahat makan siang, kita akan rapat langsung bersama Tuan Christian Xu! Beliau akan menjelaskan semuanya di saat meeting! Jadi, persiapkan diri kalian sebaik mungkin!” Sasya langsung menatap Eleanor dengan kesinisan tersembunyi. ‘Oke, kamu bisa mengalahkan aku dengan menjadi supervisor! Tapi, lihat saja, kali ini aku yang akan mengalahkanmu! Aku yang akan bekerja dengan Tuan Reagan!’ *** Selepas istirahat makan siang, para marketing analys telah berkumpul di lantai tujuh perusahaan. Mereka semua membawa map bening berisi portofolio pekerjaan dan data diri mereka. Semua merasakan bagaimana jantung berdebar kencang dan perut mulas akibat ketegangan yang kian memuncak. Eleanor duduk berdampingan dengan Sasya di ujung meja. Sekitar dua atau tiga meter dari tempat keduanya duduk, ada sebuah kursi kerja mewah yang biasa dipakai oleh para top manajemen saat mengadakan rapat di ruangan ini. “Ini pertama kalinya aku memasuki ruang rapat para direksi!” bisik Eleanor pada sahabatnya. “Rasanya seperti mimpi!” Sasya tertawa pelan, “Aku juga! Ini pertama kalinya aku tahu bentuk ruang rapat direksi! Ruangannya jauh lebih harum dan mewah daripada tempat rapat kita yang hanya satu petak!” Mendadak pintu terbuka dan Christian memasuki ruangan. Segenap peserta rapat berdiri memberi hormat. Para wanita sontak menghela lemas akibat ketampanan sang lelaki. Mata mereka tak berkedip menatap lekat pada wajah menawan yang sedang menyapu pandang ke seluruh ruangan. Satu wanita segera menarik perhatian Christian, ‘Nah, itu dia Eleanor!’ kekehnya dalam hati. ‘Pantas saja Reagan pusing tujuh keliling. Wanita itu cantik sekali!’ ‘Dia jauh lebih cantik daripada Malika!’ geleng Christian menatap lekat pada pemilik rambut pirang yang juga sedang menatapnya sambil tersenyum hormat. “Selamat siang, Tuan Xu,” ucap manajer dan dibalas dengan anggukan serta sedikit senyuman dari Christian. Adik tiri Reagan duduk di kursi pemimpin rapat. “Selamat siang semuanya. Saya Christian Xu. Ada yang belum tahu siapa saya?” Jelas saja semua menggeleng. Mana mungkin mereka tidak tahu nama-nama yang berada di lingkaran keluarga Lycus. “Oke, good. Jadi, seperti kita ketahui, Lycus Group sudah mulai merambah pasar Asia. Oleh karena itu, saya membutuhkan rekan kerja yang bisa membantu memenuhi berbagai kebutuhan untuk Tuan Reagan Lycus, sang CEO,” mulai Christian melancarkan aksinya. “Mulai dari kebutuhan analisa data pasar, persiapan proposal kerjasama, hingga menentukan restoran mana yang terbaik di New York untuk mengadakan diskusi bisnis dengan santai. Apa sampai di sini kalian mengerti?” Semua mengangguk. Mengerti atau tidak, yang penting bisa lolos dulu mengalahkan jumlah peserta yang berkisar 18 orang. Christian tersenyum, sebenarnya dalam hati ia ingin tertawa sendiri. Dia yang paling tahu bahwa Reagan tidak akan mempercayai siapa pun selain dirinya. Data dari mana pun tak akan diterima kecuali dia mengatakan oke. Namun, semua harus dilakukan demi memastikan Eleanor tidak membuat sebuah skandal. “Untuk memilih kandidat yang tepat, aku akan melakukan interview khusus secara pribadi. Wawancara akan dilakukan di ruanganku. Silakan Anda mengatur siapa saja yang berurutan masuk ke dalam kantorku. Selamat siang semua, dan semoga siapa pun yang terpilih bisa menjalankan tugas dengan baik.” Christian melangkah menuju pintu keluar. Ia kembali memandang Eleanor dan tertawa sendiri dalam hati. ‘Reagan memang gila! Dia menduri karyawan tercantik di kantornya sendiri!’ *** Debar jantung Eleanor makin meningkat pesat. Manajer menyuruhnya untuk masuk dan melakukan wawancara sebagai peserta pertama karena dia baru saja diangkat menjadi supervisor. “Go, Ella!” bisik teman-temannya memberi semangat. Saysa termasuk salah satu di antaranya. Wanita bermuka dua itu mengepalkan tangan ke atas seolah memberi dukungan. Padahal, dalam hati ia mengangkat senjata ingin sekali menusuk dari belakang. Menarik napas panjang, Eleanor berjalan mendekati pintu masuk ruang kerja asisten utama di Lycus Group. Betapa terkejut dirinya saat telah memasuki ruangan, kemudian melihat seorang lelaki dengan tubuh gagah maskulin duduk di sebelah Christian. Reagan ada di ruangan itu dan sontak kedua sorot pandang mereka bertemu dalam satu garis lurus. Di mana sang lelaki tak bisa berkedip menatap kecantikan di hadapannya. ‘Ya, Tuhan! Kenapa Tuan Reagan Lycus ada di ruangan ini? Aku mau pingsan saja rasanya bertemu langsung dengan dia!’ panik Eleanor karena sang CEO ternyata ada di ruangan dan menatapnya sangat lekat. Sementara Tuan Muda Lycus, dia juga memekik kencang di dalam hati. ‘f*****g shitt! Dia jauh lebih cantik dari yang kuingat saat di kamar hotel! Goddamn! Dia seperti Barbie hidup!’ ‘Aaah, fvck! Aku makin membayangkan tubuh polosnya saat bercinta kemarin! Fvck! Fvck! Kamu harus mengendalikan dirimu, Reagan!’ “Silakan duduk,” ucap Christian menghentikan adu tatap kakak tirinya dengan sang karyawan. Ia menggigit bibir agar tidak tertawa. Ekspresi Reagan yang seperti itu bisa ditangkap dengan baik olehnya. Tahu kalau sang CEO pasti sedang mengingat momen di hotel. Reagan berdehem cukup kencang guna menyatukan kembali otaknya yang sudah tidak karuan akibat debar jantung menggila. Ia meletakkan kedua tangan di atas meja, tetap menatap lekat pada pemilik rambut pirang. Ketika ia meletakkan tangan di meja, jas panjangnya sedikit tersingkap hingga memperlihatkan jam tangan Patek Philippe miliknya. Eleanor reflek menatap jam tangan tersebut. Hati bergemuruh seketika. ‘Kenapa jam tangan Tuan Reagan sama dengan jam tangan lelaki b******k yang meniduriku di hotel kemarin?’
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN