"Karna saya seorang penyuka sesama (gay) saya menikahimu karna saya butuh seseorang yang bisa menutupi siapa saya sebenarnya."
_______________________________
Jawabnya jujur.
Aku melihat matanya untuk mencari kebohongan dari ucapannya.
Apa dia sedang bergurau? Kalau benar, leluconya sungguh tidak lucu. Penyuka sesama jenis? Haha lucu sekali. Lalu apa maksud dia menciumku tadi? Untuk menyelamatkanya dari wanita itu? Tapi bagaimana pun juga itu adalah ciuman pertamaku. Dan sudah direnggut oleh pria gay ini. Grutu batinya.
"Kau tidak percaya sampai menatapku seperti itu?." tanyanya.
Ariana yang ketahuan sedang menatap matanya lekat langsung mengalihkan pandanganya.
"Apa pun itu aku tidak perduli tuan, mau kau penyuka sesama jenis atau apalah aku sama sekali tidak perduli. Yang aku inginkan hanya rumah orang tuaku kembali." jawab Ariana.
"Saya akan mengembalikan rumah yang kau maksud, kau hanya perlu menikah denganku sampai mamiku berhenti menjodoh-jodohkanku dengan wanita berbaju kurang bahan, pulanglah dan kemasi barang-barangmu mulai sekarang kau akan tinggal di rumahku." perintah Nathan.
"Tidak mau, kenapa aku harus tinggal di rumahmu aku punya tempat tinggal." tolak Ariana tegas, seenaknya memerintah orang.
"Jangan membantah, saya tidak suka di bantah, mamiku akan mencari tahu tentangmu. Dia akan curiga kalau kau tinggal berjauhan denganku." kekehnya.
"Tapi aku punya permintaan."
"Itu kita urus di rumah setelah saya pulang." Nathan kembali sibuk dengan laptopnya mengacuhkan ariana yang ingin membantahnya.
Dengan sangat terpaksa ariana mengikuti kemauan Nathan yang harus tinggal bersamanya, Ariana di antar pak toto supir pribadi nathan yang sebelumnya mengantarnya pulang.
Sesampainya di kosan Ariana membereskan keperluan apa yang harus ia bawa untuk nanti.
Drrrtttt drrttt
Diana calling
"Iya Yan."
"Gimana sama cowo itu?" tanya Diana tentang pertemuanya dengan Nathan.
"Aku akan tinggal di rumahnya." jawab Ariana.
"What? Serius? Jadi lo nerima dia? Apa gapapa?." tanyanya lagi dengan nada serius.
Ariana menghembuskan nafas. Ia juga bingung apa pilihannya sudah tepat.
"Ya, gimana pun juga aku mau rumah itu kembali." ucapnya pasrah.
"Lo tinggal bareng? Kalian belom nikah? Entar kalau dia ngebohongin lo gimana? Kalo lo ditidurin langsung di tinggal gimana?." tanyanya beruntun.
Ariana belum memberi tahu status gay Nathan. Apa dia harus memberi tahunya atau tidak, Ariana takut diana akan menentangnya habis-habisan kalau tahu yang sebenarnya, lagi pula tidak mungkin nathan seperti yang di bilang diana menyukai wanita pun tidak.
"Jangan khawatir aku bisa jaga diri, bagaimana pun juga dia calon suamiku." ucap ariana menenangkan sahabatnya.
"Terserah. Kalo sampe dia nyakitin lo bakalan gue jadiin sate tuh otongnya." guraunya.
Ariana terkekeh mendengar Diana, sedikit membuatnya rilex sejenak.
Setelah mengemasi barang Ariana pergi ke rumah Nathan.
Di perjalanan lagi-lagi ia melamun memikirkan pilihannya menerima Nathan. Dan dengan kata lain ia siap menjadi mainan Nathan untuk menutupi siapa sebenarnya dia.
Ariana pun sampai di rumah Nathan. Rumah yang begitu besar. Sampai di gerbang mobil para penjaga langsung membukakan gerbang. Ariana turun melihat sekelilingnya dan masuk ke dalam rumah di bukakan oleh para maid yang di yakini Ariana sudah di beri perintah oleh sang majikan.
Ia begitu takjub dengan rumah Nathan. mewah namun simple tidak terlalu neko-neko hanya ada beberapa pajangan dan lukisan yang tidak di mengerti Ariana karna abstrak tapi Indah.
"Silahkan nyonya saya antar ke kamar." ucap maid menuntunku ke lantai atas tempat kamarku saat aku tinggal disini.
"Kalau butuh apa-apa tinggal panggil saya saja nyonya." ucapnya lagi lalu pamit meninggalkanku di dalam kamar besar berisikan tempat tidur berukuran sedang dan lemari pakaian serta meja rias.
Ariana mengelilingi ruangan itu. Ia nelihat jendela besar dan menghampirinya. saat membuka terlihat di bawah ada kolam air mancur yang terdapat ikan. Ariana menyukai kamarnya.
Ia membereskan pakaian yang ia bawa ke dalam lemari. Setelah selesai bebenah Ariana ingin mandi karna ia merasa badannya sudah sangat lengket.
Setelah selesai Ariana bingung harus melakukan apa. Tapi ia mendengar seseorang berbicara dibawah.
"Apa dia sudah pulang?." Ariana pun bergegas turun ke bawah.
"Kau sudah pu..." ucapannya terpotong karna yang di lihatnya bukan Nathan melainkan seorang wanita paruh baya namun masih terlihat sangat cantik.
"Kau siapa?" selidik wanita itu.
Ariana bingung menjawab apa, takut salah berbicara.
"A-aku"
"Mami." terdengar seseorang yang sudah aku kenal, Nathan pulang.
"Mami kenapa tidak menelponku dulu kalau mau kesini Nathan bisa jemput." ucap Nathan.
Pletakk
Wanita paru baya itu menjitak kepala Nathan.
"Sakit mi.. " kesal Nathan.
"Kamu ini mau sampai kapan menolak wanita yang mami kenalkan." marahnya, yang ternyata mami Nathan.
Nathan tidak menjawab maminya dan malah menghampiri Ariana yang mematung melihat interaksi antara ibu dan anak.
"Mami tidak perlu mengenalkan Nathan pada siapa pun karna Nathan sudah punya pilihan sendiri." Nathan menggenggam tangan Ariana dan mengecup sekilas bibirnya.
Ariana mendelik ke Nathan yang dengan seenaknya menciumnya di depan maminya.
Maminya hanya memandang Nathan dan Ariana bergantian. Entah apa yang ada di pikirannya membuat Ariana takut.
Mami Nathan mendekati Ariana membuatnya semakin tegang.
Tapi di luar dugaan mami Nathan menangkup kedua pipi Ariana.
"Pantas saja Nathan selalu menolak pilihan mami, ternyata calonnya sangat cantik." gemas mami Nathan memainkan pipi Ariana sampai bibirnya monyong-monyong.
"Udah mi kasian." ucap Nathan menarik Ariana kebelakangnya.
"Hhuuuu... Dasar cowo posesif." ejek mami.
"Mami mau masak dulu, mami mau masakin makanan kesukaan Nathan." mami meninggalkan Ariana dan Nathan ke dapur untuk memasak.
"Maaf mami memang seperti itu." kata Nathan.
Ariana hanya mengangguk mengerti.
Mereka pun makan bersama, mami mengambilkan nasi dan lauk kepada Ariana, Nathan menyodorkan piringnya minta di ambilkan juga.
"Ambil sendiri kamu punya tangan." ucap mami menolak mengambilkan makanan untuk nathan.
"Sebenarnya anaknya saya atau dia." gumam Nathan.
Ariana tersenyum ia jadi merindukan sosok ibunya yang penuh perhatian seperti mami nathan. Tanpa sadar cairan bening dari mata Indah ariana keluar. Mami yang menyadari Ariana menangis langsung panik.
"Kamu kenapa nak menangis? Masakan mami ngga enak ya?." tanya mami melihat Ariana menangis tiba-tiba. Nathan menoleh sama bingungnya dengan mami. Ariana buru-buru menghapus air matanya.
"Tidak apa-apa masakan tante sangat enak, Ariana hanya kangen ibu." Ariana memaksakan untuk tersenyum.
"Panggil saja mami jangan tante, mami Ranti ok."
"Baik m-mami." ucap Ariana gugup.
"Emang ibu kamu kemana apa sedang keluar kota atau luar negri?" tanya mami Ranti penasaran.
"Ibu dan ayah sudah tiada, Ariana hanya sendiri." kata Ariana sedih.
"Maaf mami ngga tahu." ucap mami menyesal telah bertanya tentang keluarganya.
"Tidak apa-apa tan.. M-mami." Ariana hampir memanggil tante.
"Kamu jangan khawatir kamu ngga sendiri, ada mami sama nathan disini, anggep mami ini ibu kandung kamu." ucap mami tulus.
Ariana sangat senang mendengarnya ternyata maminya Nathan sangat baik tidak seperti yang dibayangkanya.
"Sekarang makan lagi, sotonya di habiskan ini makanan favorite nathan. Dia juga menyukai sayur asem buatan mami apa lagi kalau ada sambal terasi sama ikan asinya hmm.. mantap nathan bisa habis dua piring ludes tak tersisa. Mukanya aja yang kebule-bulean kaya papinya tapi sukanya sama masakan Indonesia." gurau mami Ranti. Yang sedang di bicarakan cuek asik memakan makananya.
"Liat tuh liat mukanya tanpa ekpresi begitu, mami bingung waktu hamil dia ngidamnya apa, sampe anak mami mukanya kaku gitu." goda mami.
"Stop mami kita lagi makan jangan banyak bicara nanti tersedak bisa menyebabkan kematian." kesal nathan pada maminya karna berisik.
Ariana tertawa pelan melihat Nathan kesal di goda maminya.
Ariana sedang membantu membereskan piring setelah selesai makan. Sebenarnya ia dilarang oleh mami ranti membantu maid tapi ia kekeh ingin membantu.
"Tidak usah nyonya biar saya saja yang membereskan." maid yang bernama Intan mengambil piring yang ada di tangan Ariana, ia pun hanya pasrah lalu pergi ke tempat mami Ranti dan Nathan yang sedang mengobrol.
"Ariana, mami pulang ya ada janji sama temen, kamu di sini baik-baik kalau Nathan nyakar-nyakar bilang mami aja." pamit mami Ranti.
"Ya mami."
"Nathan bukan kucing mom yang suka nyakar-nyakar." protes Nathan. Mami ranti tidak menghiraukan nathan ia mencium pipi Ariana.
"Jaga baik-baik anak perempuan mami Nathan, kalau sampai ada yang lecet akan mami adukan ke papi kamu." ancam mami Ranti membuat Nathan diam tak bisa menjawab. Mami tersenyum menang ia memang tahu kelemahan Nathan yaitu papinya.
"Oh iya satu lagi, jangan lupa memakai pengaman ingat." goda mami membuat pipi Ariana merona malu. Ariana tahu kalau itu tidak akan terjadi tapi perkataan mami Ranti yang terlalu frontal yang membuatnya malu.
"Mami....." Nathan memutar bola mata malas dengan kelakuan maminya yang ajaib.
"Mami cuma ngingetin aja, mami ngga mau ada kecelakaan sebelum menikah."
Nathan menarik maminya sebelum berbicara yang tidak-tidak.
"SAYANG INGATKAN NATHAN UNTUK PAKAI PENGAMAN." teriak mami kepada Ariana.
"Hati-hati mom." nathan mencium pipi maminya.
"Ya ampun pengen cepet-cepet berduaan ampe mami disuruh cepat pulang." goda maminya lagi.
Mami pun meninggalkan rumah Nathan. Di dalam mobil mami ranti menelpon seseorang yang entah siapa.
"Selidiki siapa wanita yang sekarang bersama Nathan." ucap mami dengan nada serius.
"........"
Mami menutup telponya. Ia memandang jendela samping. Kali ini dengan wajah yang berbeda saat di rumah Nathan.
Ariana sedang di kamarnya, sebenarnya ia ingin menemui Nathan tapi ia takut. Banyak sekali hal yang ingin ia bicarakan.
Tok tokk..
Ada yang mengetuk pintu. Muncul Nathan ke dalam kamar Ariana.
"Kita perlu bicara, saya tunggu di ruang tengah." ucapnya dingin.
Ariana mengikuti Nathan dari belakang. Ia bingung apa yang akan di bicarakan Nathan.
Mereka duduk di sofa dengan saling berhadapan.
"Kita akan menikah dua minggu lagi." ucap Nathan tiba-tiba.
Ariana terkejut, ia tidak menyangka akan secepat itu menikah dua minggu lagi? Sedangkan ia sama sekali tidak mengenal jauh Nathan.
"Apa itu tidak terlalu cepat tuan?." tanyanya hati-hati.
"Saya tidak mau mami terlalu ikut campur dengan urusanku, bukankah itu lebih baik untukmu? Kau bisa dengan cepat mendapatkan apa yang kau mau." ucap Nathan dingin.
Itu memang benar, aku bisa mendapatkan rumah ayah dan ibu dengan cepat. Tapi bagaimana pun pernikahan bukan hanya dua insan saling mengucap janji. Arggh... Sudahlah lagi pula dia mana mengerti soal ini, yang dia tahu dia harus menikah secepatnya agar status menyimpangnya tidak diketahui siapa pun.
"Aku punya permintaan." kataku.
"Katakan."
"Jangan pernah melarangku untuk jatuh Cinta kepadamu." Kata Ariana serius.
_____________________________