Chapter 4

1199 Kata
"Jangan pernah melarangku untuk jatuh Cinta kepadamu."  ____________________________ Kataku memperingatkan Nathan karna siapa pun tidak akan pernah tahu hatinya akan jatuh kepada siapa. Aku juga idak pernah tahu anggapan Cinta datang karna terbiasa benar atau tidak, tapi aku tetap meminta Nathan untuk tidak melarangku kalau aku sudah jatuh Cinta padanya.  Meskipun aku tahu Nathan seorang gay tetap saja Cinta itu buta tidak memandang apa pun. Siapa yang tahu waktu yang akan datang nantinya?.  Nathan tersenyum sinis mendengar permintaan Ariana. Ia berfikir semua wanita sama saja. Mereka rela melakukan apa pun untuk mendapat uang, karna Ariana sudah tahu kalau Nathan orang kaya.  "Ada lagi." tanya Nathan. "Apa boleh?." kata Ariana sedikit tidak percaya di perbolehkan meminta sesuatu lagi.  Tidak dijawab oleh Nathan yang berarti di iyakan menurut Ariana.  "Setelah menikah izinkan aku bekerja." ucapnya.  Nathan memicingkan matanya mendengar permintaan Ariana yang satu ini. Nathan beranggapan kalau Ariana seorang matrealistis tapi kenapa meminta di perbolehkan bekerja? Apa itu hanya tak tiknya saja untuk mengelabui Nathan?.  "Tidak perlu kau hanya akan menjadi istriku masalah biaya hidupmu, saya yang menanggung tidak perlu khawatir." larang Nathan. Kalau hanya untuk biaya hidup Nathan bisa memberikan apa pun yang Ariana mau jadi tidak perlu repot-repot untuk bekerja.  Ariana menghembuskan nafas ia tahu permintaan yang ini akan di tolak mentah-mentah oleh Nathan. Ucapannya memang benar dia bisa membiayai hidupnya, tapi bukan itu maksud Ariana dia hanya meminta bekerja agar tidak jenuh terus berada di rumah.  "Saya ingin keluar. Jangan menungguku karna aku tidak akan pulang malam ini." Nathan pergi meninggalkan ariana dengan sejuta kekeksalan padanya. Bagaimana tidak kesal, dia itu orang yang suka memerintah dengan seenaknya, lalu mukanya itu siapa pun yang melihat akan kesal dengan tampang satu ekpresi yaitu kaku, dan sekarang dia meninggalkan Ariana sendiri di rumah asing, kalau Ariana bisa mengutuk ia akan melakukan itu pada Nathan.  Malam hari Ariana tidak bisa tidur waktu sudah menunjukan pukul 01:37 dan Nathan benar-benar tidak pulang. Apa dia bersama pacarnya? Tanya batin Ariana.  Di bawah Ariana mendengar sesuatu dibawah, ia pun panik takut ada maling. Ariana pun mengendap-endap turun sambil membawa pemukul baseball yang ia temukan di sudut kamarnya. Lampu masih padam menyulitkan Ariana untuk melihat siapa yang ada di bawah, di ruang tengah tidak ada siapapun, Ariana pun memeriksa didapur. Ia berjinjit-jinjit agar suara langkahnya tidak terdengar. Siapa yang mau maling di rumah calon suamiku akan kujadikan daging giling. Grutunya.  Sesampainya di dapur ia pun tidak menemukan siapa-siapa. Ariana merinding apa dia salah dengar atau ada makhluk tak kasat mata disini. Ariana berlari dengan kencang, dia tidak takut hantu tapi kalau di bicarakan ia mendadak akan takut.  Dan BRUKK Ariana bertabrakan dengan seseorang dengan posisi Ariana berada di atas orang yang di tabraknya itu. Saking takutnya ia tidak berani membuka matanya.  "Kau pikir badanmu tidak berat bodoh." kata seseorang dengan suara berat yang sangat di kenali oleh Ariana. Ia pun bergegas berdiri dari badan Nathan.  Ia sangat malu saat ini, mungkin kalau sudah di komik-komik mukanya akan memerah seperti tomat matang, atau tomat busuk. "M-maaf." ucap Ariana.  "Kau ini sedang apa malam-malam begini masih berkeliaran, apa kau mau mencuri." ucap Nathan membersihkan badannya.  "B-bukan, tadi aku kira kau maling makanya aku sedang memeriksa." bantahnya.  "Ada gunanya juga disini." cicitnya, membuat Ariana mencabikan bibir kesal.  "Mau menemaniku minum." tawar Nathan. Bagai tersembar sengatan listrik, ini kali pertamanya Nathan mengajak sesuatu selain menikah dengan suara yang tidak menjengkelkan, ia ingin sekali ikut minum tapi sayang Ariana sama sekali tidak suka alkohol.  "Aku tidak suka minum, tapi sepertinya kamu sudah minum lihat sudah bau alkohol dimana-mana." ucap Ariana sambil memcium baju dan mulut nathan yang sudah bau minuman.  Nathan mendorong pelan Ariana untuk menjauh darinya.  "Temani saja tidak usah ikut minum."  Ariana mengagguk mengikuti Nathan dari belakang. Mereka meminum di balkon kamar Nathan.  Ariana memperhatikan Nathan yang sedang meminum minumannya. Entah sudah berapa gelas ia habiskan. Ia memandang lekat Nathan. Di saat mabuk dengan rambut berantakan dan kemeja dengan kancing yang terbuka membuatnya sangat tampan dan hot. Oh ya ampun kenapa aku memikirkan yang tidak-tidak. Cicitnya.  "Beneran tidak mau minum." tawar Nathan. Ariana menggeleng ia sama sekali tidak pernah meminum jenis alkohol apapum kecuali bir kaleng yang dengan kandungan alkohol beberapa persen saja yang terdapat di supermarket itu pun cuma satu kaleng. "Apa ada masalah?." tanya Ariana melihat Nathan yang kusut. Nathan menengok melihat Ariana.  "Apa itu penting untukmu?." tanya Nathan balik sambil berdiri memunggungi Ariana. membuat Ariana kesal, meskipun dia dan Nathan menikah bukan keinginan mereka tapi bagaimanapun juga ia akan menjadi istri yang baik selama menjadi istri Nathan. Ariana ikut berdiri di samping nathan. "Apa tidak boleh? Kalau tidak di perbolehkan aku tidak akan bertanya lagi." ucap Ariana sambil melihat pemandangan di luar. "Kau bilang aku boleh mengajukan permintaan lagi, apa itu masih boleh?." ucapnya lagi mengingat permintaan yang ditolak Nathan saat ia meminta perkerjaan. Nathan memandang Ariana dan tidak menjawab pertanyaan Ariana. Matanya memerah dan sayu, Nathan sudah sangat mabuk. Ariana memberanikan diri mendekati nathan dan berdiri di hadapanya dengan jarak yang sangat dekat. "Izinkan aku menjadi istri yang baik seperti melayani kebutuhanmu, seperti layaknya istri-istri yang lain." ucapnya serius. Nathan membalikan tubuh Ariana dan langsung meraup ganas bibirnya. Entah apa yang merasukinya tiba-tiba mencium tanpa sebab, mungkin karna mabuk?. Ariana yang di cium seperti itu hanya pasrah ia mengikuti permainan Nathan, Ariana membuka mulutnya agar Nathan bisa masuk dengan bebas, lidah mereka saling bertautan. Nathan menggendong Ariana ala brydal style tanpa melepas tautanya, ia membaringkan tubuh Ariana di kasur king size miliknya. Nathan benar-benar sudah sangat b*******h. Ia mencium leher Ariana menjilat lalu membuka kancing kemeja yang Ariana gunakan. Dan terlihat bra hitam milik Ariana. Nathan langsung mencium menjilat gundukan padat besar Ariana menaikan bra ke atas dan menyesap n****e merah muda Ariana. Tangan kiri Nathan bermain di daerah paha Ariana yang kebetulan hanya memakai celana dalam. Ariana hanya memakai kemeja kedodoran sampai pahanya. "Ahhh...." tanpa sadar desahan Ariana keluar begitu saja.  Nathan masih asik mengulum gundukan Ariana dan mengelus-elus bagian vaginanya, tiba-tiba menghentikan aktifitasnya.  Ariana yang sudah penuh gairah bingung kenapa Nathan menghentikan aktifitasnya. Padahal Ariana sudah sangat yakin bahwa Nathan juga menginginkannya. "Pergi." ucap Nathan tiba-tiba. Ariana tidak mengerti dengan sikap Nathan yang tiba-tiba.  "Ku bilang pergi." ucapnya lagi dingin. Ariana pergi meninggalkan kamar Nathan dengan kancing kemeja yang terbuka, saat di kamar Ariana menangis karna malu. Apa ia sudah melakukan kesalahan. Tanya Ariana benar-benar bingung telah di usir oleh Nathan.  Keesokan paginya mencari sosok pria dingin itu. Pasti akan akward kalau ketemu dia. Batinnya.  "Selamat pagi nyonya." sapa Intan salah satu maid.  Ariana terkejut. Ternyata yang menyapa maidnya. Ariana mengelus-elus d**a bersyukur yang datang bukan Nathan.  "Pagi." jawab ariana sambil tersenyum kaku.  "Akan saya buatkan sarapan nyonya." Intan ingin pergi namun di hentikan oleh Ariana.  "Ibu apa Nathan sudah bangun?" tanya Ariana penasaran.  "Panggil saja bibik nyonya." "Tidak bu aku lebih suka manggil ibu ketimbang itu. Kayanya ibuku seusia dengan ibuk Intan juga, ibu juga jangan manggil aku nyonya panggil saja Ariana." kata Ariana kepada bik Intan. Karna ariana merasa usia ibunya sama dengan bik intan.  Bik intan hanya tersenyum.  "Tuan sudah pergi dari tadi non Ariana. Memang non tidak tahu?."  Ariana hanya menggeleng. Mungkin Nathan menghidarinya?  "Mungkin aku yang terlalu percaya diri kalau Nathan akan berubah menyukai wanita." ucapnga lesu.  _________________
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN