#
Jenny melangkah memasuki halaman rumah Arnetta yang sangat jauh dari kesan minimalis meski Arnetta dulu selalu saja mengatakan kalau dia ingin memiliki rumah minimalis dengan taman kecil dan kolam renang yang tidak terlalu besar.
Lihat saja kolam renang dan taman di rumah Arnetta sekarang. Minimalit tidak, mewah iya.
Wajar sih mengingat profesi Arnetta yang masih tetap sebagai model dan sekarang dia bahkan sedang memulai agensi modelnya sendiri sementara suaminya yang dikenal sebagai fotografer profesional. Penghasilan keduanya kalau di gabung sudah lebih dari cukup untuk hidup secara hedonis.
Saat memasuki ruang tamu, dilihatnya Kenny yang sedang meracik minuman kesukaannya dari mini bar Arnetta sementara Kinan sibuk memberi instruksi pada baby sitternya yang bertanggung jawab pada makanan Ava.
“Kau terlambat dua puluh menit, Miss Awesome,” ujar Arnetta yang tiba-tiba saja sudah berada di belakang Jenny.
Miss Awesome adalah julukan yang sepakat diberikan oleh mereka semua pada Jenny semenjak kejadian lolosnya Kinan dari kecelakaan ketika Jenny diberi tugas oleh Arther menjadi sopir.
Kinan selalu bersemangat menceritakan bagaimana keahlian Jenny mengendarai mobil yang nyaris seperti di film-film aksi dan Kenny menambah bumbu di kisah itu dengan membongkar kemampuan Jenny yang lainnya seperti berkuda, bela diri, bahasa asing hingga memasak makanan lokal dan internasional.
Dari situlah Jenny akhirnya mendapatkan julukan itu.
“Lilian tidak ikut?” tanya Jenny pada Kinan.
Ava melirik Jenny dengan wajah ramah menggemaskan dan malu-malu.
“Dia di bawa Opa sejak kemarin. Anak itu sangat di sayang Opa Liam dan terkadang malah terlalu memanjakannya meski sebenarnya aku kurang suka ketika Opa secara langsung menunjukkan sikapnya yang pilih kasih,” ucap Kinan. Ada ketidakpuasan dalam nada bicaranya.
Semua orang juga tahu kalau Ava memang bukan anak kandung Kinan. Sebaliknya, dia anak saudara tiri Kinan dan tentu saja Opa Liam jauh lebih suka dengan Lilian yang adalah cucu kandungnya dibanding Ava yang merupakan anak Rheina dan tidak memiliki hubungan darah dengannya.
“Well tidak bisa dihindari. Meski sejujurnya aku lebih suka Ava karena dia sangat manis dan penurut dibanding Lilian yang bersemangat dan jahil, kalau aku jadi Opa Liam juga akan bersikap sama. No offense ya Kinan, tapi Ava lebih mirip denganmu dalam hal sikap dan karakter dibanding Lilian,” ucap Kenny.
Kenny memiliki masalahnya sendiri dengan Lilian. Dia adalah korban pertama kejahilan Lilian ketika beberapa waktu lalu Kenny tertidur di mobil dan Lilian dengan usil mengoleskan krim perontok bulu kaki ke dagu dan alis Kenny.
Alhasill Kenny harus menemui dokter ahli kulit karena krim itu tidak hanya memberinya alis dan dagu yang licin tanpa bulu tapi juga iritasi kulit kemerahan yang meradang selama tiga minggu.
Kinan sangat merasa bersalah pada Kenny saat itu hingga berkali-kali meminta maaf dan membayarkan biaya berobat Kenny ke dokter ahli kulit terbaik.
Lilian juga pernah menaruh lem korea ke dalam sepatu Gucci kesayangan Kenny dan menggunting jas Armani milik Kenny sampai Kinan terpaksa mengganti semuanya serta menghukum Lilian yang usianya bahkan belum genap lima tahun.
Sampai di sini, Kinan juga sudah sadar betapa karakter Lilian berjalan ke arah yang salah sehingga dia sekuat tenaga memperbaiki putri satu-satunya itu dengan memberi pengertian, kasih sayang, perhatian, semua yang dia mampu di sela-sela kesibukannya. Sayangnya masalah bukan pada Lilian tapi pada Opa Liam yang tentu saja menjadi pengaruh utama dalam hidup Lilian sementara sang ayah, Hansel masih terjebak di Dubai dan hanya bisa datang menemui mereka setiap beberapa waktu.
“Dia masih kecil. Saat dewasa nanti, Lilian juga akan mengerti mana benar dan mana salah. Dan karena dia anakmu Kinan, tidak mungkin kan dia akan lebih mirip dengan orang lain. Mamanya sebaik Kinan, anaknya tidak mungkin lebih mirip Opa Liam daripada Kinan,” ucap Arnetta. Sebagai sahabat lama Kinan, dia tentu saja mengerti kekhawatiran di wajah Kinan saat ini.
Jenny mengusap punggung Kinan. Dia sudah pernah melihat Kinan membawa Lilian dan Ava saat di Bogor beberapa waktu lalu. Dan meski itu pertama kalinya dia melihat kedua anak itu setelah lewat masa dua tahun karena kesibukannya dalam pekerjaan selama ini yang harus selalu di sisi Arther, dia bisa menebak betapa Kinan sudah sangat berusaha sebagai seorang ibu bagi Lilian maupun Ava. Itu pasti bukan hal yang mudah.
“Arnetta benar,” ucap Jenny akhirnya. Dia tidak tahu harus memberi kata penghiburan yang seperti apa lagi karena semuanya sudah di ucapkan oleh Arnetta.
Kinan hanya tersenyum tipis sebelum akhirnya memberi instruksi pada baby sitternya untuk mengajak Ava bermain dengan anak perempuan Arnetta yang berusia lebih muda di ruang keluarga.
“Ya, aku hanya bisa berharap yang terbaik untuk anak-anakku di masa depan. Jadi aku berusaha melakukan yang terbaik sekarang. Ucapan Kenny ada benarnya tapi aku menaruh harapan pada karakter asli Lilian. Kalau kubilang, dia mungkin lebih mirip Hansel dibanding diriku,” ucap Kinan sambil tertawa.
“See? Lihat kan? Itulah masalahnya. Lilian itu lebih mirip Hansel dan tidak ada tanda-tandanya mirip Kinan kita tersayang,” ucap Kenny bersikeras.
“Serius Ken, kau punya masalah apa dengan anak usia empat tahun?” timpal Arnetta.
“Kan fakta,” ucap Kenny dengan ketus.
Untungnya Kinan adalah orang yang tidak pernah keberatan dengan kritik pedas Kenny pada putrinya sendiri.
“Aku meminta maaf mewakili putriku ya Ken. Bagaimana hadiah gaun yang aku kirimkan? Kau suka?” ucap Kinan mengalihkan pembicaraan. Tujuan mereka sebenarnya berkumpul hari ini bukan untuk membahas anak-anaknya sebenarnya dan meski Jenny tidak tahu apa-apa, tapi mereka kembali berkumpul demi Jenny. Jadi Jennylah yang seharusnya menjadi topik utama mereka, bukan putrinya Lilian yang memang tumbuh dengan sedikit mengkhawatirkan bahkan untuk Kinan sendiri.
“Oh tentu saja sayangkuh, cyinthakuh. Aku suka sekali gaun mewah yang kau kirimkan. Meski aku tahu itu kompensasi untuk tas kesayanganku yang dijadikan Lilian sebagai tempat penyimpanan slime beberapa waktu lalu,” ucap Kenny.
Jenny tertawa. Baru kali ini dia melihat Kenny bisa sekesal itu dan terlebih itu bahkan pada anak kecil yang usianya baru tiga atau empat tahun.
“Waktu aku bertemu dengannya, Lilian tidak terlihat usil. Agak arogan sih dibanding Ava yang tenang dan pendiam, tapi tidak juga nakal,” ucap Jenny.
“Ya, kau belum akrab dengannya. Coba saja kalau kau sering bersama Lilian. Ava itu seperti malaikat dan Lilian seperti malaikat kematian,” ucap Kenny memberi perumpamaan.
“Oh ayolah, sudah cukup tentang anak-anakku. Kita berkumpul di sini untuk Jenny,” ucap Kinan yang akhirnya jengah karena usaha diam-diamnya untuk mengalihkan pokok bahasan dari Lilian dan Ava malah berakhir sia-sia.
Jenny hampir tersedak mendengar ucapan Kinan.
“Hah? Aku? Ya, aku cukup bangga sih sebenarnya bisa membuat kalian bertiga yang super sibuk ini dan bertahun-tahun sulit untuk meluangkan waktu berkumpul, pada akhirnya bisa berkumpul bersama di sini. Tapi kenapa aku?” tanya Jenny bingung.
Kinan melirik Arnetta dan Arnetta melirik Kenny sementara Kenny memandangi keduanya secara bergantian.
Jenny menyipitkan matanya menatap Kenny saat ini.
“Apa yang sudah kau ceritakan pada mereka berdua sampai-sampai pertemuan kali ini jadi pertemuan khusus untukku?” tanya Jenny penasaran.
Selama beberapa tahun belakangan, hubungan mereka berempat jadi sangat dekat dan meski kesibukan mereka membuat mereka kesulitan untuk bertemu dan berkumpul secara teratur, tapi mereka selalu saling memperhatikan.
Meski pada kenyataannya sebenarnya Kenny adalah sumber informasi tentang mereka satu sama lain.
Kenny lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal kemudian beringsut mendekat ke arah Kinan.
“Aku hanya menceritakan pada mereka tentang semuanya tentang kau dan Arther, maksudku Bos,” ucap Kenny.
“Dan apa itu semuanya?” tanya Jenny. Dia berharap Kenny tidak membagi cerita tentang masa lalu almarhum Kakaknya juga karena dia perlu memastikan hal itu pada Arther.
Selama ini Jenny mengira kalau Arther sudah menceritakan dengan jujur semuanya tentang almarhum Kakaknya kepadanya, tapi ternyata tidak demikian.
Meski begitu, bagi Jenny ini masalah pribadinya dengan Arther dan meski mereka sekarang jauh lebih dekat, dia tidak ingin teman-temannya ikut campur terlalu banyak pada hubungannya dengan Arther.
Kenny kini semakin menyembunyikan dirinya yang tidak mungkin bisa tersembunyi di balik tubuh ramping Kinan maupun Arnetta.
Bagaimanapun Jenny pernah menjadi atasan yang dia segani dan sejujurnya sampai detik ini pun Jenny masih atasannya dan bahkan naik tingkat jadi kekasih Bos besarnya, jadi terkadang aura mengintimidasi Jenny masih cukup menakutkan bagi Kenny. Hal yang sama berlaku bagi Arnetta yang lebih ke sungkan pada Jenny karena alasan yang serupa dengan Kenny.
Kinan menarik napas panjang. Dia paham posisi Kenny dan Arnetta. Hanya dirinya yang tidak mempan dengan aura intimidasi dari Jenny dan sebaliknya, Jenny terkadang masih terlihat sungkan kepadanya.
“Tenanglah Jen. Jangan tegang begitu. Aku tahu kalau kau tidak begitu suka kami ikut campur dalam urusan pribadimu. Aku sepenuhnya paham dengan itu. Tapi aku rasa kalau hal yang sama terjadi pada salah satu dari kami, kau juga tidak bisa tidak peduli bukan? Kau lebih tua dariku Jen dan aku merasa tidak enak sebenarnya kepadamu. Tapi baik aku, Arnetta maupun Kenny peduli kepadamu. Kau ....”
“Aku yatim piatu dan sebatang kara. Aku sepenuhnya paham kalau kalian kasihan kepadaku,” potong Jenny.
Dia menatap Kinan lekat-lekat saat ini.
Kinan mendekati Jenny dan merangkulnya.
“Peduli tidak sama dengan rasa kasihan. Kau jauh lebih paham masalah itu. Bukannya kau pernah bilang kalau kau sudah menganggapku seperti saudaramu? Aku juga demikian. Karena itu aku peduli kepadamu. Terlebih, aku cukup punya andil untuk membuat hubunganmu dan Arther jadi melewati batas seperti sekarang,” ucap Kinan.
Arnetta dan Kenny menarik napas lega melihat reaksi Jenny. Memang hanya Kinan yang mampu membuat Jenny tenang sebelum dia benar-benar salah paham.
“Kalian semua yang tidak mengenal Kakakku ternyata tahu dengan kisah masa lalu Kakakku. Bukankah tidak adil karena aku yang adiknya hanya mengetahui sebagian?” ucap Jenny.
Kinan melepaskan pelukannya.
“Kau tidak akan pernah sanggup bertanya pada Arther dan sebaliknya Arther tidak akan sanggup menceritakannya secara lengkap kepadamu. Sejujurnya aku sempat marah pada Kenny karena bukan haknya menceritakan tentang Kakakmu, tapi mengingat Arther sendiri yang seharusnya memberitahumu ternyata melewatkan waktu hingga kini membiarkanmu tidak tahu apa-apa maka aku akan memberitahumu kisah Kakakmu sebatas yang kutemukan. Ini juga alasan aku menolak Arther dulu dan kau tahu itu. Meski begitu, aku berharap kau tidak menyalahkan Arther untuk ini,” ucap Kinan.
“Entahlah,” balas Jenny. Dia tahu kalau Arther tidak bersalah tapi dia tidak bisa berjanji untuk tidak merasa kesal pada Arther.
Kinan kembali menarik napas panjang.
“Baiklah. Itu keputusanmu. Bagaimanapun lebih baik kau mendengar dariku daripada sekedar mendengarkan gosip dari Kenny,” ucap Kinan sambil melirik Kenny yang mendadak menjadi pendiam di belakangnya.