Chapter 47 - Gunung Jeringgat di Hutan Taiga

1321 Kata
Mr. Pella dan Slurp balik ke rumah mereka di sore hari. Ia bisa melihat Mr. Pella sangat senang selama berada di salon karena peristiwa tersebut. Ia berkali-kali bertanya kepada Slurp, apa maksud pernyataan dari Ms. Slufi yang mengatakan ‘Aku tidak akan menjawabnya sekarang. Maukah kau menunggu jawabanku?’ Ia juga teringat dengan kata-kata yang dikatakannya ‘Kapan kita bisa bertemu?’. Lalu Ms. Slufi menjadi malu dan berlari sambil berteriak, ‘Mayda akan memberitahu hal itu!’ Ia berkali-kali mempertanyakan situasi tersebut hingga Slurp kewalahan menjawabnya. Ia sudah terlihat capek saat mengendarai mobil menuju pulang, ditambah lagi celotehan dari Mr. Pella.  Sampai di bus rongsokan itu, mereka melihat Cat dan Jeli sedang menghitung uang di meja makan. Mr. Pella melepaskan jaketnya dan meletakkannya di ruang televisi. “Sampai malam begini kalian menghitung uang itu?” Tanya Slurp sambil menghembuskan napas dengan kuat. Ia belum melepas kacamata hitam yang dipakainya seharian. Ia sepertinya sudah terbiasa dengan keadaan gelap. Cat tidak menjawab. Mulutnya komat-kamit seirama gerakan perpindahan uang. Ia berkonsentrasi dan tidak ingin mengulang kembali apa yang sudah dihitungnya. “Ya, ini sangat banyak!” Kata Jeli dengan senyuman. Ia baru saja menyelesaikan hitungannya. Ia mendongakkan kepalanya agar bisa memperlihatkan ekspresinya kepada Slurp yang berdiri.  “Lepaskan kacamata hitam mu ketika berada di rumah!” Ucap Jeli dengan tegas sambil kembali menghitung uang. Ia memberi peringatan kepada Jeli. Uang-uang yang sudah dihitung dimasukkan ke sebuah koper besar berwarna hitam. Disusun rapi hingga seluruhnya penuh, dan di tutup. Mr. Pella duduk di kursi makan di sebelah Cat. “Apa kita akan meninggalkan kota ini?” “Ya tuan, untuk sementara saja!” Kata Mr. Pella. Wajahnya tampak sedih karena membayangkan ia tidak bisa bertemu dengan Ms. Slufi. Seharusnya ia tidak mempertanyakan itu lagi. Dari awal dia sudah tahu hal itu. Mr. Pella merasa tubuhnya ingin beristirahat. Ia sudah sangat lelah hari ini. Ia menuju kamarnya dan merasa tenang karena sudah menceritakan perasaannya kepada Slurp. Hasil yang dirasakannya juga baik, jadi dia sangat senang akan hal itu. *** Pagi harinya, Jeli  membangukan Mr. Pella. Ia mengantarkan makanan ke ruangannya. “Tuan sudah bangun!” Ucap Jeli. Di tangannya ada segelas s**u dan sandwich. Ia meletakkannya di tempat tidur. “Kami tidak membangunkan tuan karena tuan tampak lelah.” Kata Jeli. Mr. Pella merasa itu tidak masalah baginya. Ia tampak senang karena makanan dibawa ke dalam kamarnya. Ia memulainya dengan mencicipi s**u putih kesukaannya. Saat sudah berada di depan pintu kamar, Jeli kembali berbalik dan berbicara. “Kita akan berangkat siang nanti setelah tuan selesai sarapan.” Kata Jeli lalu pergi.  “Baiklah!” Kata Mr. Pella yang selesai meneguk s**u. Ia keluar kamar setelah selesai sarapan. Iya melihat kesembilan orang tersebut sedang berkemas. Mereka sibuk menata baju dan makanan yang akan dibawa.  Brake melewatinya. Dia tidak mengatakan apapun hanya memelototkan mata melihat Mr. Pella yang masih berseragam piyama.  Tidak seperti Brake, saat melihat Mr. Pella, Staig Dengan keras main bersuara mengatakan, “Selamat pagi Tuan Pella! Apakah tidurmu nyenyak?” Karena sangking kerasnya, Mr. Pella merasa bahwa jantungnya akan copot. Dengan nafas tersengal-sengal, ia menjawab Staig. “Semuanya baik!” Ia menarik napas, lalu berkata lagi setelah bisa leluasa berbicara. “Tapi kamu membuat saya sangat terkejut tadi!” “Maaf tuan, saya tidak punya bermaksud seperti itu! Saya akan packing-packing lagi. Saya tinggalkan sebentar!” Kata Staig yang sedang menyiapkan bahan makanan yang akan dibawa. Mr. Pella mencari Cat. Ia melihatnya sedang berbicara dengan Spong. “Apakah semuanya akan pergi?” Tanya Mr. Pella. Ia membuat mereka berhenti berbicara.  “Ya Tuan! Semua akan berangkat!” Jawab Cat. “Tetapi, mobil kita tidak akan cukup!”  “Kita tidak akan menaiki mobil yang kemarin. Kami sudah menyiapkan mobil yang lebih besar. Mobil itu sudah ada di depan!” Kata Cat menunjuk pintu. Mr. Pella mengintip dari jendela. Ia melihat VW T25 camper van. Mobil tersebut berwarna biru, dengan bagian atas berwarna putih dan sedikit menang jalan. Mobil tersebut tidak memiliki muncung, tidak seperti Taft mereka sebelumnya. “Mobil yang berbentuk aneh!” Ucap Mr. Pella. Semua mulai bersiap-siap menyusun barang-barang yang mereka packing sebelumnya ke dalam mobil. Satu persatu tas dimasukkan dan juga styrofoam yang berisi makanan.  Mr. Pella mengganti bajunya. Dia tidak mau para Rebel itu menunggunya bersiap-siap.  Mereka sudah siap memasukkan barang-barang ke dalam mobil dan saatnya berangkat.  “Tujuan kita adalah ke Gunung Jeringgat di hutan Taiga.” Kata Cat sambil membelokkan setirnya. Mereka semua sudah berada di dalam mobil. Mr. Pella, Cat, Six, Brake, Jeli, Staig, Spong, Name, Slurp, dan Jumbur bersemangat untuk memulai petualangan mereka. Cat yang akan membawa mobil. Disebelahnya ada Mr. Pella dan sisanya berada di belakang. Brake langsung mencari posisi aman, menyandarkan kepalanya ke bangku sandaran dan bersiap tidur.  Six membuka kaca dan menikmati angin yang menggoyangkan rambutnya yang lurus. Jeli memegang kotak makanan. Ia menaruhnya di depan kakinya dan memastikan agar kotak itu tidak bergelinding dan menumpahkan seluruh makanannya. Staig masih dengan senyumannya. Ia bernyanyi riang membuat kebisingan hingga Name marah dengan menutup mulutnya.  Spong langsung memisahkan mereka berdua dan duduk di antara keduanya. Jeli yang melihat mereka hanya tersenyum menutup mulutnya. Dalam hati ia ingin pertarungan tersebut berlanjut. Tetapi, ia tahu itu hal yang buruk makanya ia tidak mengutarakan nya. Mr. Pella melihat Cat yang sedang berkonsentrasi menyetir. “Apakah sebelumnya kalian pernah bertemu dengannya?” Tanyanya kepada Cat. Karena Cat tampak sibuk menyetir, ia menggantung sebentar jawaban dari mulutnya hingga Jumbur yang akan menjawab. Jumbur, Rebel dengan kulit putih pucat menjawab Mr. Pella. “Belum pernah!” Ia duduk di belakang Mr. Pella, jadi ia mendengar pertanyaan itu dengan jelas. “Jadi dari mana kalian tahu tempat itu?” Tanya Mr. Pella dengan raut wajah penuh kekhawatiran. Jeli melihat reaksi Mr. Pella. Jidatnya berkerut. Dalam hati ia berpikir bahwa reaksi yang ditunjukkan mister karena tidak seperti para Rebel biasa. Sikapnya lebih cenderung kepada manusia biasa. “Aku pernah mendengar bahwa Tn. Lion tinggal di utara. Untuk mengetahui di mana itu, kita hanya memerlukan ini.” Kata Cat yang mengambil benda bulat berjarum dari sakunya. “Benda ini membantu kita untuk menunjukkan letak utara di mana. Seorang Mungkit menemukannya. Namanya William Thomson.” Jelas Cat lalu akan memasukkan benda tersebut ke dalam sakunya lagi. Tetapi Mr. Pella memegang tangannya, menghentikannya untuk memasukkan benda tersebut. “Jadi benda ini menunjukkan arah utara?” Tanya Mr. Pella lagi memastikan. “Yups!” Kata Jumbur tepat di belakang Mr. Pella. Untung saja ia tidak terkejut. “Nama alat itu adalah Kompas. Kompas adalah navigasi penunjuk arah mata angin yang dibagi menjadi empat arah, yaitu Timur, Selatan, Barat, Utara. Tanda N mengartikan utara, E mengartikan timur, S mengatikan selatan, dan W mengartikan barat.” Ucap Jumbur menerangkan padahal tidak ada yang menyuruhnya melakukannya. Mr. Pella mendengarkan baik-baik penjelasan Jumbur. Ia memperhatikan huruf-huruf yang diterangkan Jumbur dan melihat jarum panjang yang selalu menunjuk ke arah Utara. “Awalnya benda ini dipakai sebagai alat untuk meramal di dinasti Han Tiongkok sekitar tahun 206 SM, kemudian dipakai di dinasti Hong sebagai alat untuk menunjukkan arah. Kemudian William Thomson di tahun 1877 menyempurnakan alat ini dan secara resmi dipakai untuk menunjukkan arah sesuai dengan medan magnet Bumi. Kompas ini..” Jumbur berhenti karena Cat menyuruhnya diam. “Penjelasanmu terlalu panjang dan itu tidak menghemat waktu!” Kata Cat melanjutkan repetannya. Mr. Pella sadar bahwa ada sesuatu yang kurang. “Jika kita memakai alat ini untuk mengetahui letak utara yang dimaksud, kita memerlukan benda lain. Kita harus tahu keberadaan kita dulu!” Katanya. “Yups!” Kata Jumbur lagi dengan senang. Ia senang karena Mr. Pella mengerti apa yang sedang dibicarakannya. Cat memanggil Jeli dan meminta peta kepadanya. Ia memberikan peta tersebut ke depan mereka. Jumbur mengambil peta tersebut dan memberikannya kepada Mr. Pella.  Jumbur membantu Mr. Pella melebarkan peta tersebut. “Ini adalah peta yang dibuat oleh para Mungkit. Kita berada di sini!” Ucapnya menunjuk letak mereka sekarang. Mr. Pella mengangguk dan akhirnya mengerti. Ia mulai menikmati perjalanan itu. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN