Chapter 48 - Desa Aneh

1196 Kata
Mr. Pella dan yang lainnya melakukan perjalanan panjang. Tujuan perjalanan mereka adalah ke hutan Taiga. Di tengah-tengah hutan yang lebat tersebut terdapat sebuah gunung terjal tempat Tn. Lion tinggal. Mereka belum tahu bagaimana bentuk dari daerah itu. Ini adalah kali pertama Mr. Pella dan juga para Rebel melakukan perjalanan mengelilingi daerah manusia. Ada banyak suka duka yang dilalui mereka. Mereka beberapa kali berhenti untuk makan dan di saat malam, mereka akan mencari tempat untuk memarkirkan mobil dan kembali berjalan keesokan harinya. Sudah lima hari berjalan dan mereka masih tetap bertahan. Tak ada satupun yang mengeluh dengan perjalanan tersebut. Mereka menikmati alam dan orang-orang yang berlalu lalang. Mereka suka dengan udara segar dan sedikit mengelak saat sinar Matahari masuk dan menyinari tubuh mereka. Jumbur biasanya menutup tangannya dengan baju panjang, agar rasa panas dari sinar Matahari tidak terlalu menusuk kulitnya.  Di siang hari yang panas, jalan mereka sekarang sangatlah berliku. Jalan tersebut menanjak dan medan yang cukup sulit bagi mereka yang tidak terbiasa membawa mobil. Jalannya cukup cantik, tidak banyak berlubang, tetapi mobil yang melalui jalan itu pas-pasan, hanya dua mobil saja. Jalan tersebut tidak banyak dilalui oleh mobil karena kebanyakan penduduknya miskin. Di sisi jalan, banyak ibu-ibu dan anak-anak yang berjalan kaki sambil menggendong bakul di kepala mereka. Tidak banyak mobil bukan berarti tidak ada yang berkendara. Di jalan tersebut ada banyak pengendara sepeda yang menggunakan jalur tersebut. Beberapa dari mereka ada yang menumpang dengan truk agar bisa sampai ke atas. Cara mereka untuk menumpang sangatlah menyeramkan. Mereka akan memegang bagian belakang truk dengan tangan hingga menarik sepeda mereka berjalan. Beberapa orang bahkan berani untuk saling memegang agar bisa lebih cepat menuju ke atas gunung. Pengendara sepeda pertama akan memegang bagian badan truk, dan akan disusul oleh pengendara lain yang menggenggam sepeda di depannya. Mereka bisa melakukannya hingga tiga pengendara sepeda. Bagian belakang truk cukup besar. Pengendara sepeda yang ingin menumpang bisa memegang sejajar truk hingga empat orang sekaligus. Dan masing-masing pemegang truk akan diikuti oleh dua pengendara lagi di bagian belakangnya.  Saat pertama kali melihat keadaan itu, Mr. Pella tertawa geli. Mereka tidak bisa berhenti tertawa melihat cara orang-orang di situ untuk menyesuaikan keadaan dengan lingkungan mereka. Orang-orang yang menaiki sepeda ini tidak membawa diri mereka sendiri saja. Ada banyak yang terlihat membawa pisang yang masih hijau dengan tandan yang besar. Satu sepeda bisa membawa delapan hingga sepuluh tandan pisang yang disusun rapi di belakang sepeda.  Di jalan yang menanjak, kerumunan orang menghambat jalan. Ada banyak orang-orang berkulit hitam yang berkumpul dengan sepeda mereka yang berisi tandan-tandan pisang. “Apakah ini pasar?” Tanya Jeli.  “Staig mengintip dari kaca. Ia berkata, “Pisang-pisang yang dibawa mereka itu ternyata untuk dijual!” Ucapnya. “Banyak sekali orang disini, mereka tidak melihat bahwa kita akan lewat? Mereka menghambat jalan!” Ucap Jeli.  Pelan-pelan mobil Van itu bergerak memotong kerumunan orang hingga akhirnya bisa lewat. Setelah dari pasar tempat menjajakan pisang tersebut, mereka pun melewati pemandangan yang indah. Mereka melihat di kiri mereka sekarang adalah jurang yang dalam, yang ditutupi oleh pohon-pohon besar.  Tak lama kemudian, awan menjadi gelap. Seluruh udara bertambah dingin. “Sepertinya akan hujan lagi!” Ucap Mr. Pella. Padahal sebelumnya cuaca sangat cerah. Lalu mereka melihat cahaya dari langit seperti bintang-bintang yang berkedap-kedip mengarah ke Bumi. Hujan pun turun deras. Di dalam mobil mereka tidak bisa melihat dengan jelas apa yang sebenarnya jatuh ke Bumi.  Jumbur membuka kacanya sedikit. Ia merasa benda yang bercahaya dari atas tersebut mencurigakan. Ia merasa bahwa benda yang berkedap kedip yang jatuh ke Bumi adalah penghuni waktu yang dicampakkan ke Bumi. Ia pun mengatakannya kepada mereka.  “Sayangnya kita tidak bisa memastikannya ke sana! Kita sudah di tengah perjalanan menuju Hutan Taiga. Jika kita ke sana untuk memastikannya, pasti akan membuat perjalanan kita semakin jauh!” Ucap Jeli kepada Jumbur.  “Siapa yang dijatuhkan ke Bumi lagi?” Kata Cat memberikan tanggapan. “Apakah mereka jatuh ke dalam hutan Taiga yang disana?” Tunjuk Six yang duduk disebelah Jeli. Ia bukan bertanya kepada satu orang, melainkan menunggu respon acak dari siapapun disitu. Tak ada yang melihat dengan pasti dimana arah benda-benda itu terjatuh, dan tidak ada yang tau tentang lokasi hutan Taiga, dan mereka semua tidak menjawab perkataan Six. Hening. Jeli mendengar suara dengkuran. Ia melirik ke belakang, ternyata itu adalah Brake yang masih dengan kebiasaannya, yaitu ia akan tidur sepanjang perjalanan.  Sejam kemudian, hujan pun berhenti. Langit sudah menjadi gelap. Cat mencari tempat untuk istirahat mereka malam ini. Sepanjang perjalanan, yang ada hanyalah pohon-pohon baik di kanan dan kiri mereka. Tak ada lampu, tak ada rumah penduduk. Meski hari sudah malam, mereka masih melanjutkan perjalanan. Jeli berkata kepada Cat, mengapa mereka tidak berhenti-berhenti. Cat menjawab, ia sedang mencari tempat yang cocok.  Suara teriakan terdengar. Mr. Pella berteriak, “Aku ingin buang air kecil!!” Katanya berkali-kali. Cat menjadi panik. Ia tahu bahwa tidak ada tempat untuk buang air kecil di hutan yang gelap itu. Ia sudah berjalan sepuluh menit dengan kecepatan seratus kilometer per jam, tetapi, tetapi tidak menemukan rumah penduduk. Minimal lampu saja yang ditemukan, sudah merasa sangat bersyukur. Tetapi, sayangnya, itu pun tidak ada di sini. Jalan yang mulus berubah menjadi berlubang-lubang. Mr. Pella merasa perutnya tidak bisa lagi menahan air seninya untuk keluar. Ia sudah berusaha, tetapi serasa air seninya sudah akan keluar. “Aku tidak tahan lagi!” Ucap Mr. Pella.  Cat pun memberhentikan mobil di tempat yang gelap tersebut. Ia sengaja berhenti di jembatan kecil yang dibawahnya ada parit kecil.  “Tidak ada tempat lain, Tuan!” Kata Cat yang sudah memarkirkan mobil. “Benarkah? Aku tidak bisa memilih lagi. Aku akan keluar!” Kata Mr. Pella. Ia pun keluar sementara Rebel yang lain menunggu di dalam mobil. Mereka berbisik-bisik menceritakan tentang Mr. Pella.  Saat keluar terdengar Mr. Pella kesal sendiri. Ia mengumpat sendiri sambil berjalan, “Mengapa hanya Lion saja yang tahu hal-hal seperti ini! Mengapa ia tinggal di tempat yang seperti! Sulit sekali dijangkau!” Ucap Yehuwa. Cat sudah melihat Mr. Pella jauh dari mobil. Ia langsung melihat ke belakang ke arah teman temannya. Mereka sudah bisa menebak apa yang akan Cat katakan. “Kau merasakan hal yang sama?” Kata Jeli. “Aku juga merasakan ada hal aneh!” Ucap Jumbur.  “Mengapa reaksi menjadi Mungkit seutuhnya cepat sekali terjadi kepada Mr. Pella?” Kata Cat membuka forum. Juga berpikir begitu! Semakin hari seperti “Mungkit pada umumnya!” Kata Six yang juga ikut nimbrung. Slurp yang sebaris dengan Jeli, berkata hal yang sama. “Aku juga merasa itu aneh!  Ia cepat sekali jatuh cinta. Ia juga sempat sekali dapat tidur pulas seperti Mungkit. Ia juga sangat puitis.” Ia memberikan banyak bukti. Jeli langsung membantah Slurp. “Bukankah kau juga puitis. Obsesimu selalu kepada penyair perancis mu.”  “Semua yang kukatakan, bukan dari pikiranku. Semua itu dihafal. Berbeda dengan Tuan Pella. Kata-kata itu memang timbul dari hati! Lihat saja, menahan kencing saja, dia tidak bisa! Berbeda dengan kita!” Jelas Slurp kepada Jeli. Ia beberapa kali merapikan rambutnya karena kesal. “Memang sangat aneh! Bagaimana mungkin sifatnya hampir seperti Mungkit!” Kata Cat.  Mereka melihat Mr. Pella datang, dan mereka diam. Setelah Mr. Pella masuk ke dalam mobil, mereka pun berangkat lagi menyusuri hutan hingga berhenti di..
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN