Chapter 46 - Katakan Jika Kau Suka

1516 Kata
Tak banyak kata lagi yang harus diucapkan Mr. Pella kepada Slurp. Ia sudah menguasai semua teknik yang diajarkan olehnya. Ia merasa sangat beruntung karena bisa merasa percaya diri kembali. Mereka sampai di salon Mayda.  Saat Mr. Pella membuka pintu, ia menjatuhkan bunga mawar yang dibawanya. Ia terkejut karena Ms. Slufi sedang berbicara dengan Mayda. Ia sangat kaget karena ternyata harapannya terjadi. Slurp berada di belakangnya dan melihat apa yang terjadi. Ia tidak terkejut sama sekali. Malah ia berbisik di depannya.  “Diakah orangnya?” Tanya Slurp. Ia mengatakannya sambil melirik dari kaca mata hitamnya. Ia ingin melihat jelas wajah wanita tersebut. Mr. Pella tak bergerak dan mulutnya menganga. Slurp langsung tahu bahwa itu adalah wanita yang diceritakan oleh Mr. Pella dari tatapan matanya. Ia berbisik ke telinganya dari belakang, “Tunggu apa lagi?” Slurp merasa Mr. Pella tidak akan bergerak. Ia mendorongnya sedikit dan mata Mayda dan Ms. Slufi melihat mereka. Dengan cepat, Mr. Pella sadar mereka memperhatikannya. Ia langsung membungkuk dan mengambil bunga mawar indah itu jatuh di kakinya. Ia mengambilnya dan berjalan dengan senyuman bersama Slurp.  “Hai!” Kata Slurp dengan lambaian tangan seperti Miss Universe. “Kalian datang!” Kata Mayda sambil mengedipkan matanya kepada Mr. Pella dengan senyuman. Lirikan matanya melihat kepada Mr. Pella sambil menunjuk Ms. Slufi di sebelahnya. Dalam hati Mayda, ia tahu pasti Mr. Pella senang karena akhirnya Ms. Slufi datang. Mr. Pella tidak langsung memberikan bunga mawar ungu tersebut kepada Ms. Slufi. Ia malah duduk di kursi tunggu customer. Ia duduk dengan kaki yang bergetar-getar.  “Jika suka, katakan sekarang! Kita sudah membicarakannya,” kata Slurp memukul paha Mr. Pella.  Mr. Pella menguatkan niatnya dan mengumpulkan keberanian. “Haa!” Katanya berteriak dan berdiri. Mayda dan Slufi terkejut melihat Mr. Pella berteriak dan berdiri tiba-tiba.  Ia berjalan ke hadapan Ms. Slufi yang sedang duduk di kursi di depan cermin. Disebelahnya Mayda langsung menggeser kursinya pelan ke belakang memberikan ruang bari Mr. Pella. “Aku membelikanmu bunga indah ini!” Kata Mr. Pella menjulurkan bunga tersebut ke depan Ms. Slufi. Tentu saja raut Ms. Slufi langsung kaget dan diam sementara seolah-olah otaknya tidak bisa berpikir dan bertindak. Ia menelan ludahnya sendiri. “Hee?” “Ini untukmu!” Kata Mr. Pella semakin mengedepankan rangkaian bunga mawar ungu itu ke d**a Ms. Slufi.  Ms. Slufi menatap mata Mayda. Mereka berbicara melalui mata. Ia sedang bertanya kepada Mayda apa yang harus dilakukan. Dengan sorotan mata, Mayda menyampaikan pesan juga. Ia membalas pertanyaan itu seolah-olah berkata, ia harus menerimanya dan tersenyum bahagia. Ms. Slufi mencoba bersikap tenang, karena kepalanya dipenuhi dengan darah yang mengalir cepat yang membuatnya ingin marah dan memukul Mr. Pella. Ia mencoba menarik napas agar bisa menahan amarah. Ia melihat Mr. Pella menutup mata dan menutup. Ia tidak bisa melihat wajahnya. Dalam hatinya, ia membayangkan ada sebuah pemukul baseball di tangannya, dan memukul kepala Mr. Pella hingga berdarah. Tetapi, ia ingat apa yang dikatakan Mayda. Ia harus melawan hal tersebut.  Dengan cepat, bukan secara perlahan, dirampasnya bunga tersebut dari tangan Mr. Pella. Ia bersiap-siap memasang senyuman palsu saat Mr. Pella memperlihatkan wajahnya.  Mr. Pella bisa merasakan bunganya diterima oleh Ms. Slufi. Ia berdiri dan mencoba bersikap romantis. Ia menatap mata Ms. Slufi dengan lembut. Ia bisa melihat senyuman manis di bibir Ms. Slufi menandakan bahwa ia senang diperlakukan bak seorang ratu. Tak begitu nampak senyumannya itu adalah palsu. Ia bisa menutupinya dengan baik. Mr. Pella senang melihat reaksi wanita cantik tersebut. Ia berkata kepada Ms. Slufi, “Tahukah engkau, cantik! Mengapa aku memilih mawar berwarna ungu itu?”  Ms. Slufi menggelengkan kepalanya. Ia tidak tahu menjawab pertanyaan lelaki tersebut. Muncul di kepalanya sebuah skenario pilihan yang seharusnya akan dilakukan. Ia ingin lari dan meninggalkannya atau menamparkan bunga ungu tersebut ke kepala Mr. Pella. Ia menatap kembali Mayda. Mayda sangat tahu apa yang dipikirkan oleh Ms. Slufi. Ia melotot kepada Ms. Slufi lalu menggelengkan kepala dan mengisyaratkan bahwa ia akan memotong lehernya jika ia melakukan hal yang macam-macam. Dalam pikiran Ms. Slufi, ia berkata, ‘Aku sepertinya sedang diancam!’ “Aku tidak tahu maksudmu!” Kata Ms. Slufi akhirnya.  “Warna ungu itu menandakan bahwa kaulah cinta pertamaku. Aku tahu kau memang belahan jiwaku.” Kata Mr. Pella. Lalu ia berdiri dan menggenggam tangan kanan Ms. Slufi yang tidak memegang apa-apa. Lama kelamaan tangan tersebut menggenggam dengan kuat dan menariknya untuk berdiri depan-depanan dengan Mr. Pella.  “Aku tidak bisa hidup tanpamu! Hatiku memberontak keluar dan ingin menemuimu. Jika kau tidak bersamaku, hatiku bisa keluar mencarimu dan kematian menghampiriku.” Ucap Mr. Pella. Tatapannya begitu indah menatap Ms. Slufi.  Melihat Mr. Pella seperti itu membuat Ms. Slufi salah tingkah. Pipinya merah dan jantungnya berdetak kencang. Ia tidak bisa bergerak sedikitpun.  Mr. Pella memegang pinggangnya dan menariknya agar semakin dekat hingga Ms. Slufi bisa menyentuh dadanya. Mereka sangat dekat.  Mayda melihat hal tersebut dan menggigit tangannya keras-keras agar tidak berteriak. Ia mencoba bertahan untuk tidak berteriak sehingga tidak mengganggu keromantisan yang terjadi di antara mereka. Ia membayangkan sebuah film romantis yang pernah di tontonnya. Ia membayangkan, ini adalah saat yang tepat dimana adegan ciuman terjadi. Ia tidak sabar menunggu hal tersebut. “Matamu sangat indah. Tak ada didunia ini yang memiliki mata seindah milikmu. Bolehkah aku memiliki pemilik mata indah ini?” Kata Mr. Pella begitu seksi.  Yang tadinya dibuat-buat sekarang menjadi beneran. Ms. Slufi bisa merasakan bahwa perasaan Mr. Pella tulus kepadanya.  Lalu ia tersadar dengan hipnotis pesona Mr. Pella. Ia menolak tubuh Mr. Pella menjauhinya. Ia menunggu hingga seluruh ingatannya kembali dan menarik napas. “A..ku tidak akan menjawabnya sekarang. Maukah kau menunggu jawabanku?” Tanya Ms. Slufi menunduk. Matanya kesana kemari seperti seorang pencari botot dengan teliti mencari dimana barang bekas yang bisa dijual. “Tentu!” Kata Mr. Pella dengan sangat sangat sangat lembut. Ia tersenyum dan pesonanya tampak menggoda Ms. Slufi.  “Terima kasih!” Kata Ms. Slufi. Ia melihat Mayda dan bertindak dengan terburu-buru. Ia berkata, “Aku lupa, aku ada urusan!”  “Hei?? Ya?? Kenapa terburu-buru!” Kata Mayda.  Mr. Pella langsung berteriak memanggil. “Kapan kita bisa bertemu?”  “Mayda akan memberitahu hal itu!” Teriak Ms. Slufi. Dengan rasa kecewa Mayda mendengar hal tersebut. Ia bertanya-tanya mengapa dirinya dilibatkan di antara mereka.  *** Malam hari sebelum Ms. Slufi berjumpa dengan Mr. Pella. Mayda mengirimkan surat kepada Ms. Slufi. Ia menuliskannya begini. Kepada Slufi teman baikku Bagaimana kabarmu? Mengapa hampir seminggu tidak datang ke salon? Aku ingin tahu kabarmu. Datanglah kemari besok. Aku ingin memberitahumu bahwa besok adalah hari terakhir Mr. Pella datang ke toko. Setelah itu ia akan sibuk untuk mengurus sekolah bagi orang-orang terpintar di seluruh negeri ini. Kau tidak ingat tentang ucapanku kepadamu kemarin? Ini adalah peluang untuk bisa mendekatinya dan bisa melihat bibit-bibit bakat dari semua muridnya. Kau harus memanfaatkannya dengan baik, sebelum kesempatanmu habis. Datanglah besok jam tujuh pagi. Aku akan menceritakan perjuangan Mr. Pella untuk mendapatkanmu. Teman baikmu, Mayda Setelah membaca surat dari Mayda, Ms. Slufi pun pergi pagi-pagi sekali menemuinya di salon. Ia datang dengan baju tanpa lengan dan celana pendek pink dengan renda-renda di ujung celananya. Ia memakai kacamata yang disangkutkan di kepalanya dan pita hitam untuk mencepol rambutnya. Ia membawa tas kecil bersisik yang disangkutkan di situ tangannya. Pakaiannya tidak terlalu mewah dibandingkan hari-hari sebelumnya. Mayda melihat Ms. Slufi datang dengan wajah yang tidak beraturan. Ia menatap Mayda dengan geram dan duduk di kursi pelanggan. Ia mencoba merilekskan badannya dengan menyandarkan tubuhnya hingga leher menyentuh sandaran kursi. “Slufi! Kau membaca suratku!” Ucapnya.  “Aku hanya ingin memastikan bahwa surat itu darimu!” Ucap Ms. Slufi.  Mayda berjalan dari meja kasir dan duduk di sebelahnya. Ia melihat ke cermin, melihat bayangan Ms. Slufi yang sedang memelas di kursi. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Ms. Slufi.  “Kau tampak ..” Kata Mayda tidak melanjutkan perkataannya.  Mendengar itu, Ms. Slufi duduk depan-depanan dengan Mayda. Ia membelakangi pintu masuk. “Apa aku bisa membuat Mr. Pella jatuh cinta?” Tanya Slufi langsung memegang tangan Mayda. “Ini bukan cinta, bukan?” Ms. Slufi menggelengkan kepala. “Aku tidak bisa merasakan cinta seperti yang dirasakan sepasang kekasih. Tidak mungkin itu terjadi. Jika aku berpura-pura, bukankah itu akan sangat menyakitkan Mr. Pella jadinya?” Kata Ms. Slufi. Senyuman licik terdapat di wajah Mayda. “Kau salah. Dia selalu menunggumu di sini. Setiap pagi ia membawakan bunga mawar ungu, itu!” Tunjuk Mayda kepada susunan bunga di tengah meja, bunga-bunga yang dibeli Mr. Pella untuk Ms. Slufi, tetapi semua percuma. “Dia mencintaimu!” Lanjutnya. “Benarkah? Itu bukti cinta?” Tanya Ms. Slufi. “Aku tidak bisa merasakannya!” Kata Ms. Slufi lagi. “Tenang saja, kau hanya perlu dekat dengannya dan kau bisa membuatnya membantumu mencari talent muda di sekolahnya! Ini sangat menguntungkan!” Ucap Mayda sambil tertawa kecil. Karena ucapan itu, Ms. Slufi menundukkan diri dengan bibir keriput. Tiba-tiba suara pintu terbuka, dan mereka melihat seorang pria yang diam saja di depan pintu dan menjatuhkan mawar ungu. Cukup lama pria itu menganga dan tidak tahu harus berbuat apa. “Dia sudah datang, kau pasti bisa berpura-pura mencintainya!” Kata Mayda pelan.  Mayda mengamati gerak Mr. Pella yang baru saja datang. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN