Chapter 82 - Bertemu dengan Teman-temannya

1653 Kata
Ardy, Chery, Panom dan Ohn duduk di ruang tunggu rumah sakit sekolah. Mereka belum bisa masuk ke ruangan tersebut karena dokter mengatakan bahwa mereka hanya boleh melihat ketika Wish sudah sadarkan diri. Dokter sudah memberinya obat penenang, dan selama obat itu bekerja, teman-temannya dilarang untuk mengganggunya.  Mereka pun memutuskan untuk menunggu di ruang tunggu rumah sakit sambil berbicara tentang keanehan yang terjadi di sekolah. Mereka mengumpulkan desas desus dari teman-teman kelas mereka dan juga dengan apa yang mereka lihat. Chery membuat siulan yang menarik perhatian ketiga pria tersebut. Matanya menyorot tajam seperti pembawa acara gosip di televisi. Senyuman runcingnya, alis mata naik dan mata yang berkedip anggun.  “Kau kenapa? Ayan?” Kata Ohn, lalu tertawa.  Mendengar ejekan Ohn, wajah Chery berubah menjadi seorang penyihir kejam. Tangannya pun beraksi. PLAK! “Ouch!” Kata Ohn mengusap-usap kepalanya yang mulai membenjol.  Kedua temannya yang lain hanya diam saja tak bergerak. Mereka sudah bisa memprediksikan bahwa seperti itulah yang terjadi jika Ohn mengejek Chery.  “Aku sudah tahu kau pasti akan bergosip!” Kata Ardy.  Panom tidak berani berbicara. Chery dan Panom tampak seperti orang asing, meski mereka berdua saling mencoba untuk tidak menampakkannya. Chery mengangguk dengan senang karena Ardy bisa menebak. Ia mulai bercerita. “Benar. Aku mendengar dari teman-teman sekelasku. Mereka mengatakan bahwa di hari kita di gunung, semua yang ada di sekolah tampak aneh. Patung-patung besar sekolah dicuri.”  “Dicuri siapa?” Tanya Ardy. Ia semakin mendekat kepada Chery karena suaranya yang sangat pelan. Ia ingin mendengar dengan lebih jelas. “Tiba-tiba saja patung-patung tersebut hilang dari sekolah. Memang agar aneh kalau dibilang mencuri. Soalnya patung-patung tersebut sangatlah besar.” Kata Chery lagi.  Ohn pun bertanya, “Patung apa saja?”  “Patung manusia gurita yang ada di luar halaman sekolah, patung gurita yang ada di ujung kapal sekolah, kupu-kupu raksasa yang ada di ruangan asrama tamu, dan dua patung Titanoboa yang ada di depan pintu kepala sekolah!” Jelas Chery. Ohn melirik Panom. Ia tahu bahwa pagi ini ia ke ruangan kepala sekolah. “Nom… “ Kata Ohn melirik. Seharusnya ia memberikan komentar, tetapi ia hanya diam saja.  Panom melihat Ohn dengan kebingungan. “Kau pagi ini ada ke kantor kepala sekolah!” “Oh.. benar!” Kata Panom melirik mata Chery. Lalu ia memalingkannya lagi karena takut. Ia memberikan komentar. “Memang aku ke kantor kepala sekolah pagi ini. Aku rasa tidak ada patung titanoboa itu.” “Tampaknya tidak pasti!” Kata Ohn menggelengkan kepalanya karena kecewa. Panom menjelaskan alasannya kenapa ia ragu. “Pagi ini aku sangat takut dan berfokus pada laporan bahwa Wish menghilang. Jadi aku tidak begitu memperhatikannya!”  “Aku bisa merasakannya. Itu memang pengorbanan yang sangat besar!” Kata Ohn menepuk pundaknya. Tiba-tiba Ardy berteriak. “Aku tidak sadar itu! Memang patung itu tidak ada lagi!” Kata Ardy tiba-tiba. “Ya ampun! Kau membuat kami terkejut!” Ucap Ohn kepada Ardy. “Saat menuju rumah sakit aku melewati ruangan kepala sekolah! Aku ingat tidak ada patung Titanoboa itu disana!” Jelas Ardy lagi. “Apakah tidak meninggalkan bekas? Patung yang ditempel di dinding akan sulit dicopot!” Kata Ohn kepada Ardy. Ia ingin mendengar pendapatnya. Ardy menggelengkan kepalanya. “Tidak! Tidak ada bekas di dinding. Mungkin karena itu juga aku tidak menyadarinya! Semua tampak biasa saja” Panom hanya bisa mendengar mereka. Ia tidak ingin terlibat percakapan karena masalah sebelumnya dengan Chery. Panom merasa Chery tidak mau melihat wajahnya dan sangat membencinya. Ia hanya ingin menjaga hal tersebut.  “Aneh bukan?” Kata Chery yang sadar bahwa teman-temannya percaya kepadanya. “Sampai saat ini, kepala sekolah sama sekali belum memberikan keterangan. Entah patung itu sebenarnya sengaja dicopot karena ingin diganti atau tidak, itu sangat membingungkan!” “Jika diganti, tidak ada bekas puing-puing pembongkarannya!” Kata Ohn. Panom akhirnya tidak bisa tutup mulut. Ia kemudian berkomentar tentang kepala sekolah. “Aku juga merasa kepala sekolah yang aku temui seperti orang yang berbeda. Ia tidak seperti yang dulu yang kasar dan kejam. Justru lebih tampak baik, ramah dan tidak kasar sama sekali!” Jelas Panom dengan menatap kepada Chery lalu berpaling ke Ohn. Ia tidak sengaja menatap Chery. “Apakah dia seperti pribadi yang berbeda?” Tanya Chery balik. Panom tampak senang karena Chery meresponnya. Tapi nada suaranya terdengar kasar. “Aku rasa iya. Yang tidak ku mengerti adalah sikap lembutnya memperlakukan seseorang yang bersalah. kepala sekolah yang asli pasti tidak akan seperti itu!” Kata Panom menjawab. “Untuk apa patung-patung itu dicuri?” Tanya Ohn. “Banyak yang berpikir bahwa mereka sedang mencari emas yang ada di dalam patung-patung tersebut.” Jelas Chery. “Sama sekali tidak masuk akal! Reaksi kepala sekolah pagi ini baik-baik saja. Ia tampak baik-baik saja!” Kata Ardy lagi. “Aku hanya heran, mengapa patung yang ada di kapal juga dicuri!” Ucap Chery kepada mereka dengan mata ke bawah, ke arah meja ruang tunggu. “Apa kau tidak ada mendengar apapun dari cerita teman-temanmu?” Tanya Chery kepada Ohn. Ohn memang memiliki cerita sendiri, tetapi ia tidak merasa itu ada hubungannya dengan cerita pencurian patung. “Aku hanya mendengar bahwa sebuah gempa terjadi saat subuh dan ada suara binatang buas yang mengaum, tetapi tidak tahu apa. Tidak ada yang bisa memastikan hal tersebut karena peraturan sekolah. Beberapa murid menanyakan hal tersebut kepada pelayan, tapi tak seorang pun yang tahu! Apakah itu ada hubungannya?” Tanya Ohn. “Mengapa semalam kita tidak merasakan adanya gempa?” Tanya Ardy yang bingung. “Memang tampak tidak masuk akal!” Ucap Chery.  Mereka masih menunggu Wish bangung. Saat mereka tahu bahwa Wish sudah bisa dijenguk, mereka berempat langsung masuk sekaligus. Chery, Ohn, dan Panom langsung memeluk Wish dengan menyandarkan kepala di dadanya. Chery meneteskan air mata dan menangis terisak-isak. “Apa yang terjadi dengan kalian? Mengapa begitu terharu?” Kata Wish sambil tersenyum melihat tingkah teman-temannya yang aneh. Chery mengusap air matanya dan mereka bertiga menatap Ardy serentak. “Dia tidak tahu kalau dia menghilang?” Ardy menunjukkan giginya. Ia tidak menceritakan hal tersebut kepada teman-temannya. “Kita sibuk menceritakan keadaan sekolah, dan aku lupa mengatakannya!” Ucap Ardy tidak ingin disalahkan. Wish langsung menenangkan mereka. “Sudahlah..sudahlah.. aku baik-baik saja..” Ia kemudian duduk. “Jadi kau lupa ingatan karena terjatuh atau mengalami kecelakaan?” Tanya Ohn dengan nada mencurigakan. Jidatnya berkerut karena bingungnya. “Aku tak bisa membayangkan lagi ketika tahu kau semalam menghilang dari gunung!” Ucap Ohn sambil mengusap wajahnya. Wish menarik napas. Ia berharap teman-temannya tidak menganggapnya aneh.  “Kepalaku tadi sangat sakit. Dan saat dokter memberikan obat penenang, di saat itulah aku mulai ingat apa yang terjadi denganku!” Kata Wish melihat reaksi teman-temannya. Ohn langsung mengucap syukur beberapa kali karena mengetahui Wish ternyata tidak lupa ingatan. Wajah tegang mereka berubah menjadi lebih santai tanpa kerutan. Mereka sudah siap mendengar lanjutan dari ucapan Wish. “Saat aku menguji alat tersebut, ternyata alat itu memang berfungsi. Alat yang kita buat bukanlah alat pengirim pesan ke masa lalu, tetapi alat untuk membuka dunia waktu. Dunia itu adalah dunia yang mengatur Bumi kita. Tanpa dunia itu, Bumi tidak akan memiliki waktu dan kita bisa terbentur oleh benda-benda langit asing. Mereka seperti dunia yang melindungi Bumi.” Jelas Wish. Mendengar hal tersebut, mereka kecewa. Mereka berempat langsung berkumpul membentuk lingkaran dan berbicara pelan. “Apa kau yakin dia sehat?” Kata Ohn. “Aku juga berpikir begitu!” Kata Ardy.  “Kita sepemikiran bukan?” Kata Chery. Lalu ia melihat Panom dengan sinis dan ia tidak jadi berkomentar karena tatapan Chery padanya. “Aku merasa kepalanya terbentur dan dia jadi berkhayal!” Ucap Ohn membuat skema apa yang sebenarnya terjadi. Wish melihat mereka berbisik-bisik. Ia tidak ingin mereka terlalu lama melakukannya. Ia langsung komplain. “Hei… Apa yang kalian lakukan? Kalian tidak mengikutkan ku? Apa kalian menganggapku aneh?” Kata Wish yang membuat mereka berbalik dan menyeringai. “Kami tidak mengatakan apapun!” Kata Ardy. “Jadi, apa yang terjadi selanjutnya denganmu?” Kata Chery yang mengikuti kelanjutan ceritanya. Ia mencoba mendengarkan apa yang terjadi dari sudut pandang Wish dan nantinya ia akan menyimpulkan berdasarkan pandangan objektif. “Saat itu, tepat pukul 00.00 lewat sedikit, aku langsung berada di dunia waktu. Aku tersadar sedang tidur di atas awan yang terbang, dan seorang gadis cantik bernama Mensis memberitahuku bahwa aku sedang berada di dunianya. Kemudian awan itu mendarat di sebuah kota dengan pohon yang sangat besar yang melindungi kota tersebut. Daunnya akan menutup untuk menandakan datangnya malam. Ia mengatakan bahwa ibuku adalah seorang putri dunia waktu dan ayahku masih hidup. Ia tinggal di akar pohon besar yang ada di tengah dunia tersebut. Nama pohon itu adalah pohon Patron. Ia membawaku menemui ayah. Dan memang benar ayahku masih hidup. Tapi, ada yang membuatku kesal. Aku bisa ke dunia itu karena mereka menyusun rencana dan membuat aku mau melakukan proyek penelitian tersebut. Aku marah dan akhirnya menekan tombol pembalik waktu. Tiba-tiba aku berada di sini dalam keadaan kepala sakit.” Jelas Wish. Ia melihat wajah teman-temannya memerah dan pipi mereka gembung. Mata mereka seperti akan keluar dan Ohn sampai-sampai harus menutup mulutnya.  “Kalian kenapa? Kalian terlihat tidak sehat!”  Mendengar ucapan Wish mereka tidak bisa menahannya lagi. Mereka langsung tertawa terbahak-bahak hingga perut mereka terasa sakit. Wish menggelengkan kepalanya. Ternyata mereka menganggap ceritanya tidak benar. “Apa yang kau ceritakan? Aku merasa memang kau sedang bermimpi saat itu!” Kata Chery sambil tertawa terbahak-bahak. Suara tawa dari Ardy, Ohn, dan Panom masih terdengar. Mereka tidak berhenti. Wish menjadi kesal. Ia menarik selimutnya lalu bersembunyi di dalamnya. Ia menutup mata dan berpura-pura tidur. Teman-temannya berhenti tertawa dan mencoba memahami Wish. “Wish…” Melas Ardy. “Wish… maafkan kami! Kami percaya!” Kata Chery sambil menggoyang-goyangkan badan Wish. Wish membuka selimutnya dan menatap mereka dengan tajam. “Kalian menertawakan ceritaku!” Ohn mencoba bersikap lembut. “Kami senang kamu selamat! Kau tak tahu betapa sedihnya kami karena kau menghilang!” Kata Ohn. Kemarahan Wish pun meredah.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN