Chapter 81 - Wish Kembali

1135 Kata
Apa yang dilakukan Mensis untuk mengembalikan Wish benar-benar berjalan sesuai dengan rencana. Ia yang masih bayi, dengan cepat bertumbuh besar dan mendapati dirinya sedang tidur di kamar asrama birunya. Ia bangun dari tempat tidurnya sambil memegang kepalanya yang terasa berdenyut keras seperti ada sebuah drum kecil mengelilingi kepalanya. “Mengapa sangat sakit?” Tanya Wish. Kemudian ia melihat jam. Waktu sekarang pukul delapan pagi. Ia melihat tanggal saat itu. Di kalendernya ia melingkari tanggal yang penting. ! November 2020. “Apakah semalam adalah 1 november tahun ke lima belas saat kami menguji alat tersebut?” Tanya Wish kepada diri sendiri. “Berarti sekarang 2 November!” Ucapnya. Ia mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya, tetapi, ia tidak mengingatnya.  Kemudian pandangannya menuju kaca di tembok. Ia ingin melihat penampilannya sekarang. Apakah ada sesuatu yang membentur kepalanya sehingga ia sangat kesakitan atau tidak. Tak ada luka ataupun pembalut luka di kepalanya. Ia baik-baik saja. Tetapi, mengapa terasa sangat sakit. Ia pun pergi ke rumah sakit sekolah menemui dokter untuk meminta obat untuk sakit kepalanya. Saat berjalan menuju lift dan berjalan menuju rumah sakit. Wish hanya bisa berjalan dengan lambat. Ia tidak bisa mengandalkan seseorang untuk bisa mengantarnya kesana dengan cepat. Ia berjalan pelan dan pasti hingga Max melihatnya hampir terjatuh. “Wish? Kau sakit?” Sambil memegang Max dan mencoba berdiri, ia berkata, “Kepalaku sangat sakit, bisa bantu aku ke rumah sakit?” Tangannya mencoba mengurut-urut kepalanya. Max yang di mintai pertolongan sedikit keberatan karena sebentar lagi kelas mereka akan dimulai.  “Sepertinya aku harus menolongmu!” Ucap Max pelan dan mengabaikan kelasnya. Ia pun berjalan sambil merangkul Wish agar ia tidak terjatuh. Selama berjalan, Max yang lebih tinggi dari Wish merasa tersiksa. Kakinya yang lebih tinggi membuatnya lebih sering menekuk karena jika ia berdiri sempurna, Wish yang akan terangkat dan kakinya tidak menginjak tanah lagi. Dengan upaya keras mereka akhirnya sampai di rumah sakit. Ia meletakkan Wish di tempat tidur agar di cek oleh dokter dan Max akhirnya bisa bernapas lega. Setelah dokter menangani Wish, Max pun kembali ke dalam kelas. Ia tidak masalah datang terlambat. Ia tidak ingin kelewatan dengan pelajaran Mr. Slurp, guru alamiah yang paling disukainya. Saat datang ke ruang kelas, Mr. Slurp pun menanyakan mengapa ia datang terlambat. Ia berkata bahwa alasan dirinya terlambat adalah karena mengantar Wish ke rumah sakit. Ardy berada di dalam kelas. Ia mendengar apa yang diucapkan oleh Max. “Wish ada di sini?” Tanya Ardy dengan mata melotot.  Pagi ini ia melapor bahwa Wish hilang dalam proyek uji coba penelitian mereka. Tapi, mengapa tiba-tiba ia berada di rumah sakit? Merupakan sebuah tanda tanya besar bagi Ardy.  Ia pun mengangkat tangan dan meminta izin kepada Mr. Slurp untuk menjenguk Wish. Ia sangat khawatir dengan kesehatan Wish. Ia beralasan bahwa Wish pasti membutuhkan seseorang yang bisa membantunya saat sakit. “Dans ce cas, d'accord!” Ucap Mr. Slurp yang menjawab dengan bahasa Prancis. Ia mempersilahkan Ardy untuk menjenguknya. Dengan kepala yang menunduk ke bawah, Ardy berterima kasih kepada Mr. Slurp dan berlari menuju rumah sakit.  Ia langsung bertanya kepada resepsionis setelah berada di rumah sakit dan memastikan ruangan Wish. Ia tidak percaya bahwa Wish ternyata tidak menghilang. Ia berada di rumah sakit sekarang. Ia sangat lega dan mengucapkan terima kasih berulang-ulang di hatinya.  “145B,” Kata resepsionis memberitahu nomor ruangan Wish.  Ardy langsung berlari ke ruangan itu. Tak jauh dari tempat resepsionis berada. Dibukanya pintu dengan harapan bahwa ini bukanlah mimpi. Ternyata benar, ia menemukan Wish di ruangan tersebut. Dengan linangan air mata dan teriakan, ia masuk dan langsung memeluk Wish.  Wish membuka matanya. “Ardy? Kau kenapa?” Wish tampak kebingungan dengan sikap Ardy. “Ternyata kau masih hidup! Aku pikir kau benar-benar menghilang!” Kata Ardy lagi yang pikirannya langsung membayangkan Panom yang berada di raungan Mr. Pella dan mengatakan bahwa Wish telah hilang.  “Bagaimana mungkin kau bisa berada di sini? Apakah kau pergi duluan tanpa memberitahu kami?” Wish bingung dengan pertanyaan Ardy. Ia tidak tahu apa maksudnya.  “Apakah kau lupa ingatan?” Tanya Ardy lagi karena Wish tampak tidak mengerti dengan apa yang ditanyakannya. Ardy pun mengganti pertanyaannya. “Jadi mengapa kau bisa berada di sini?” Wish menjawab dengan wajah penuh kebingungan. “Aku bangun pagi ini, lalu kepala ku sakit dan aku pergi ke rumah sakit. Di tengah perjalanan aku ketemu Max dan ia membantu membawaku ke rumah sakit ini!” Jawabnya dengan bingung. “Bagaimana dengan semalam? Kau berada dimana?” “Aku? Berapa dimana..?” Ia mengulang pertanyaan Ardy.  “Aku tidak ingat!” Geleng Wish melihat ke arah Ardy. Ardy bingung mengapa Wish tidak ingat apapun. Ia berpikir apakah Wish terjatuh tanpa diketahui mereka. Tapi bagaimana bisa ia berada di sekolah di pagi harinya. Ia pun menjelaskan apa yang terjadi sebelumnya. “Tanggal 31 Oktober 2020, kita menaiki gunung di belakang sekolah. Kita sedang menunggu bulan direfleksikan dengan sempurna di permukaan danau tepat jam 00.00. Disana kita mencoba alat penelitian kita dan ternyata tidak berhasil. Lalu kau tidak ditemukan di pagi harinya!” Jelas Ardy. “Benarkah?” Wish tampak tegang. “Apa yang terjadi selanjutnya?” “Hari ini, kami cepat turun dari gunung agar bisa mengejar sekolah. Lalu aku melaporkan kepada Mr. Pella bahwa aku bersamamu menaiki gunung dan kau menghilang. Aku tidak mengatakan bahwa aku bersama Chery, Ohn, dan Panom. Agar mereka tidak kena hukuman juga. Tapi, semua malah berubah. Tiba-tiba kau berada di sekolah! Apakah ada seseorang yang membawamu ke sekolah?” Wish menggelengkan kepalanya melihat Ardy. Ia tidak tahu hal tersebut. Tiba-tiba kepalanya sakit lagi. Sakit yang dirasa sangat tak hilang dengan cepat sehingga mereka harus memanggil dokter untuk mengecek keadaan Wish. Ardy terlihat sangat ketakutan dengan kondisi Wish. Ia bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa begitu banyak keanehan yang terjadi selama ia berteman dengan Wish. Dokter pun menyuruh Ardy untuk keluar sebentar. Beberapa menit kemudian Ardy yang duduk di kursi tunggu melihat dokter keluar dari ruangan. Ia bertanya bagaimana kondisi Wish setelahnya. “Sepertinya Wish sedang mengalami trauma. Ada sebuah kondisi yang membuatnya tidak bisa berpikir jernih dikarenakan peristiwa buruk yang terjadi sebelumnya. Ia sudah berada dalam kondisi yang cukup baik sekarang. Tapi, tidak bisa diganggu dalam beberapa jam kedepan. Ia sudah diberi obat penenang. Setelah obat penenang tersebut hilang, kita akan pantau lagi perkembangannya!” Jelas dokter. Ardy tampak kecewa karena Wish ternyata memiliki gangguan jiwa. Pikirannya melayang-layang dan selalu berpikir negatif. Ia kemudian melihat sekelompok orang berlari dari ujung lorong. Ternyata Chery, Ohn dan Panom berlari ingin melihat kondisi Wish. “Kalian?” Kata Ardy terkejut dari mana mereka mendapat kabar. “Bagaimana kondisi Wish?” Tanya Ohn dengan cepat. Wajahnya tampak senang karena tahu Wish baik-baik saja.  “Mengapa ia bisa tiba-tiba berada di sekolah?” Kata Panom. “Max memberitahu kami. Mengapa kau tidak memberitahu kami?” Kata Chery dengan kesal.  Ardy tidak menjawab apapun. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN