POLOS SEPERTI BAYI

1656 Kata
"Maaf Nona Danita, jangan bercanda denganku!" Rizki masih waras. Tawaran Danita membuatnya malas meladeni dan sudah ingin berbalik arah ke motornya. "Aku serius menawarkan diriku sebagai pengganti mempelai wanitamu, Rizki Fadhlan Umar!" Tapi Danita memanggilnya lagi. Sedikit cenat-cenut kepala Rizki, meski seakan tertantang mendengar suara Danita yang enggan menyerah. "Apa niatanmu?" tanya Rizki yang sudah kembali menatapnya. Rizki berusaha fokus meski bibir merah merona itu memang cukup mengganggunya. "Kamu akan tahu jika kamu masuk ke mobilku!" Danita membuka pintunya setelah bicara. Dia tak lagi menatap Rizki, justru kembali memakai kacamatanya. Sangat PD kalau Rizki akan mengikuti keinginannya. "Katakanlah!" Kalau bukan karena rasa penasaran dan jiwa laki-lakinya yang merasa tertantang, tak akan membuatnya mengikuti alur yang dibuat Danita. "Put on your seat belt, Rizki!" "Bahasa Indonesia!" "Huh?" Danita melirik Rizki. "Bahasa Indonesia jika bicara denganku. Gak usah pakai inggris-inggrisan lah. Kita ada di Indonesia, Nona Danita!" Rizki yang kesal dengan Anton Levi dengan wajah blasteran bule, jelas malas mendengar Danita bicara sok Inggris. Membuat wanita itu tersenyum smirk tapi tak membalas lagi protesan Rizki. "Kau mau membunuh kita? Pelan-pelanlah bawa mobilnya!" Rizki tak suka dengan sikap bossy dan arogan Danita yang tak menjelaskan mereka mau ke mana sudah membawanya pergi. Tapi, dia sendiri kan yang mau masuk dan mengikuti maunya Danita bukan? Rizki yakin, kekuatannya sebagai pria bisa memaksa Danita menghentikan mobilnya. Tapi Rizki penasaran dengan alasan Danita yang menantangnya soal pernikahan. Selain itu, Danita yang menyetir mobil bak orang kesetanan, bermanuver ekstrim, bahkan tak menjawab protesan Rizki lagi, membuatnya ingin tahu seberapa jauh kegilaan wanita itu sebenarnya. "Turun! Ikuti aku!" perintah Danita sesaat setelah mematikan mesin mobilnya. Benar-benar bossy. Sungguh bukan tipe wanita yang disukai Rizki. Perangai Danita jauh dari seorang wanita lemah lembut yang selalu terlihat ramah dan tersenyum manis yang melenakan. Itulah favorit Rizki. Danita terlihat begitu superior, typical Alpha Female sang pengatur. Sikap dominan yang memuakkan untuk Rizki. "Selamat datang Nona Daneswara." Melihat kelakuan congkak Danita yang tak menggubris sapaan pelayannya, menambah rasa muak Rizki. Kesombongan dan keangkuhan Danita memang setinggi puncak Himalaya. "Angkuh, sombong, apa karena dia perawan tua yang gak ada yang suka?" Rizki sempat berpikir begini. Siapa juga yang mau seumur hidup tinggal dengan wanita bossy macam Danita? Tapi dia cantik. Dan Rizki yakin usia Danita masih kepala dua. Lagi-lagi karena penasaran, makanya Rizki tetap mengekor, sambil mengambl handphone-nya dan mengatur sesuatu supaya tak ada yang menghubunginya. Hanya beberapa detik, sebelum Rizki memasukkan lagi ke saku jaketnya. "Nona Danita, apa saya harus mengikuti Anda masuk ke kamar Anda?" Rizki berhenti melangkah saat di depan sebuah kamar di lantai dua. Wanita macam apa mau membawa pria ke kamarnya? Pikiran Rizki sudah negatif. "Kau ingin tahu alasan kenapa aku ingin menggantikan Linda kekasihmu kan?" Jawaban yang membuat Rizki melangkah ke sebuah ruangan dengan perabot kamar tidur super mewah. Indra penciumannya bisa mendeteksi perpaduan aroma kayu manis sedikit strong dan musk yang lembut berbaur dengan mawar dan Ylang Ylang yang kaya dengan zat afrodisiak. Perpaduan aroma ini memuat Rizki sangat berhati-hati karena kecurigaannya. "Kenapa tak menutup pintunya?" Rizki memang belum menutup pintu. Dia tahu wewangian itu bukan sesuatu yang biasa. "Aku tak gila mau menutup pintu ruangan yang dipenuhi oleh wewangian perangsang agar seseorang memiliki keinginan pada lawan jenisnya!" seru Rizki yang masih mempertahankan pintu terbuka. "Wah wah, kau mengerti jenis aroma parfume? Apa kekasihmu sering memberikan aroma ini di kamar tidur kalian?" "Aku dan Linda belum pernah tidur bareng, Nona Danita. Bahkan kami belum pernah menempelkan bibir kami berdua!" "Karena kau miskin, dia jijik?" "Penjagaan!" Rizki protes, "saya menjaga untuk tidak menyentuh wanita yang belum menjadi istri saya." Okelah Rizki memang cukup sabar. Tapi kalau sudah dituduh begitu dia tak tinggal diam juga. Tapi apa Danita percaya? "Hmm, aku tak peduli juga," sahut Danita yang sebelumnya juga tersenyum tipis. “Kalau mau dengar alasanku, tutup pintunya!" Harusnya Rizki pulang. Harusnya dia berhenti dan tak menggerakkan tangannya menutup pintu itu. Tapi kenapa hatinya tergelitik ingin tahu alasan wanita seaneh Danita menawarkan menggantikan mempelainya? "Apa maumu? Apa menutup pintunya saja tak cukup sampai harus mengunci kamar ini?" Makanya sekarang dirinya cukup menyesal setelah pintu tertutup rapat, Danita dengan remote di tangannya malah mengunci ruangan. Rizki tahu, dia dijebak. Tapi apa mau Danita yang menyorot tubuhnya dari atas ke bawah terus-terusan dan tak bicara padahal Rizki yakin Danita mendengar pertanyaannya. "Nona Dan--" "Buka bajumu!" "Eeh, apa?" dan sekalinya Danita memerintah, jelas membuat Rizki shock. Wanita macam apa di hadapannya? Baru dikenalnya beberapa waktu lalu sudah berani meminta Rizki menunjukkan tubuhnya? "Mana kutahu seberapa bahaya dirimu kalau kau tak bisa menunjukkan sejauh mana kau tertarik pada tubuhku dalam pernikahan kontrak nanti," seru Danita memberikan alasan yang Rizki paham apa maksudnya. "Jadi, kau ingin tahu seberapa menarik dirimu untukku?" "Seberapa kau bernafsu padaku tepatnya!" Danita mempertegas dengan mata membulat yang menyorot pada Rizki. "Aku tentu tak mau membahayakan diriku sendiri menikah kontrak dengan pria yang menginginkan tubuhku dan tak bisa menjaga miliknya supaya tak bangun." Rizki bahkan belum bilang dirinya setuju dengan rencana itu. Danita sudah PD sekali. Bagaimana dia tak geli dan menahan tawa? "Aku enggak menikah denganmu gapapa kok, nona Danita Ileana Daneswara." Rizki enggan menurut. "Hmm, mungkin kau akan mempertimbangkan ulang kalau melihat besarnya keuntunganmu dari perjanjian ini," kata-kata yang membuat Rizki melirik Danita dengan gelengan kepalanya tetap menolak. "Tolong buka kunci pintunya!" tegas Rizki yang tak mau kewarasannya makin rusak karena Danita. "Selama pernikahan, aku akan memfasilitasimu dengan semua kemewahan yang tak bisa kau miliki sebelumnya." Alih-alih menurut, Danita justru menjabarkan proposalnya. "Anton, aku ingin menghancurkannya. Bayaran untukmu, cash minimal sejuta dolar, tergantung gimana performa-mu. Ada rumah, mobil, dan kehidupan yang tak pernah bisa kau dapatkan hanya dengan menjadi supir rendahan dengan gaji UMR," sindir Danita lagi. "Jelas dengan syarat kau setuju menikah denganku dan mengikuti aturan yang kubuat. Termasuk ujian seberapa dirimu bisa menahan diri untuk tak menyentuhku dan bisa profesional." "Jadi kau baru saja mempresentasikan proposal bisnis bertajuk balas dendam sang mantan pada Anton Levi?" sindir Rizki yang akhirnya tahu siapa Danita dan apa keinginannya. "Dia bukan mantanku. Tapi karena dia, kembaranku, harus meregang nyawa." Danita menunjuk foto di dinding yang baru disadari Rizki. Dua wanita terlihat di sana dengan wajah mirip bak pinang dibelah dua. Sama-sama cantik, hanya saja wanita satunya terlihat lebih manis dengan senyum dan keteduhan wajahnya. "Jadi kembaranmu yang memakai bando itu meninggal?" Rizki paham apa permasalahan Danita. Dia jujur agak berempati juga padanya. "Well, I don't need to explain anything to you. Just remember it is win win solution --" "Bahasa Indonesia, Nona!" Rizki tak jadi berempati. Dia tahu, kisah wanita di hadapannya memang menyedihkan. Tapi kecongkakan Danita memang membuatnya gerah. Uang sejuta dolar, rumah mewah, semua itu dia punya. Lebih dari itu. Kalau mau, tinggal telepon asistennya saja, Rizki bisa menunjukkan sejuta dolar itu di hadapan Danita. "So, intinya aku cantik, Anton pasti terpukau denganku apalagi wajahku tak ada beda dengan adikku. Dan kau bersamaku, ini akan jadi pukulan sempurna untuknya. Aku juga bisa membuat pacarmu menyesal melepaskanmu! That's my offer." Danita bicara lagi. "Bicara bahasa Indonesia setiap kali bicara denganku, aku akan mempertimbangkannya." Tapi Rizki tersenyum yang sepertinya masih tak puas. "Apa hatimu bisa menerima rasa sakit setiap kali kau bertemu dengan mereka yang sedang memadu kasih nantinya?" makanya Danita mulai masuk mempermainkan perasaan Rizki yang tadi belum menjawabnya Ya, Rizki memang ingin balas dendam. Tapi dengan caranya sendiri. Hanya saja, yang dikatakan Danita memang merupakan rencana yang lebih powerful. Rizki tahu, kecantikan Danita jauh dari Linda. Tak ada kurangnya. Wanita itu memang bak Dewi Athena. Dan satu lagi yang penting, wajah Danita mirip mantan Anton Levi. "Jadi itu rencanamu?" Pertanyaan Rizki yang membuat Danita mengangguk. "Ya! Kau hanya perlu mengikuti rencanaku. Aku jamin semua sakit hatimu juga akan terbayarkan." Danita meyakinkan lagi. "Kau yakin tak menuntut lebih?" "Dengar Rizki, setelah aku puas membalas dendam dan menghancurkan mereka, kau bisa kembali pada kehidupanmu sendiri dengan sejumlah uang dan semua yang kujanjikan tadi. Jumlah yang tidak mungkin bisa kau dapatkan selama kau bekerja sebagai sopir rendahan, Rizki Fadhlan Umar!" Danita menekankan ulang. "Hahahaha!" Rizki tertawa refleks. "Apa yang lucu?" membuat Danita protes. "Kau pun menghinaku sebagai karyawan rendahan Nona Danita. Bukan cuma Anton Levi dan Linda yang melakukannya padaku. Semua orang merendahkan karena melihat pekerjaan dan nominal gajiku." "Hmmm. Aku tak menampik," seru Danita yang memandang Rizki penuh makna. "Karena sejujurnya para wanita memang menyukai pria kaya yang punya power!" sindir Danita. "Tapi aku sudah kaya, punya power!" Danita menekankan dengan keangkuhannya. "Dan aku tidak membutuhkan mereka. Yang aku inginkan sekarang kau bekerja sama denganku untuk membalaskan dendamku lalu aku akan membantumu juga. Itu saja!" Sesaat setelah Danita bicara, Rizki terdiam. Dia sebenarnya enggan berurusan dengan yang seperti ini. Hanya saja ada sesuatu dalam hati Rizki yang bergejolak, tergoda, terngiang ucapan Danita. Sepertinya tawaran Danita cukup menggiurkan kalau dipikir ulang dan tidak ada rugi baginya. Makanya Rizki melirik lagi wanita di hadapannya. "Kau yakin tidak akan menyesal membuat perjanjian ini denganku?" "Aku selalu memikirkan lebih dulu setiap kali aku mengambil keputusan!" tegas Danita yakin. "Mungkin aku sudah gila!" "Bagaimana?" Danita tak paham maksud ucapan Rizki. "Kau mau bekerja sama denganku?" Rizki biasanya tak peduli jika ditantang. Dia bukan orang yang terpancing emosinya. Tapi saat ini, entah kenapa dirinya memilih mengangguk menerima challange dari Danita. Sungguh Rizki belum tahu alasan terbesar dalam dirinya. Apa ini emosi sesaat? Apa benar sebesar itu dendamnya pada Linda? "Kalau begitu buka bajumu! Itu tes pertama untukmu!" seru Danita tak pakai basa basi. "Kau ingin tahu seberapa aman dirimu di dekatku?" "Hmm, tentu saja!" jawab wanita dengan ujung bibir tertarik ke atas membuat senyum yang jelas merasa derajatnya di atas lawan bicaranya. Ini memalukan untuk Rizki yang merasa terhina karena dianggap miskin, apalagi harus melucuti kemejanya. Tapi Danita menekannya dan sebagai pria, ada hasrat dalam dirinya ingin membuktikan sesuatu. Karena itu ... "Sudah puas?" tanya Rizki yang sudah menanggalkan semua kain yang menutupi tubuh bagian atasnya. "Sepertinya aku salah memberi instruksi!" Danita menggelengkan kepala dengan jari telunjuknya mengarah pada bagian bawah tubuh Rizki. "Buat dirimu polos seperti bayi baru lahir!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN