Benar kata Audy, bahkan setelah mati pun hantu masih bisa merasakan yang namanya sakit. Tepatnya sakit hati. Tapi, Jeanne nekat demi bahagia yang ia pikir akan ia dapatkan. Nekat untuk menyelimuti rasa sakit itu di balik tubuhnya yang tak mampu terlihat oleh Pangeran Maulvi. Jeanne tidak berdiam diri di tempat. Tak ingin membiarkan sakit hatinya semakin dalam. Bahkan kematian telah ia lewati, apa yang bisa lebih buruk dari ini. Karenanya, ia mengikuti tiap derap langkah pria itu. Berjalan di sisinya, menembus satu persatu pengawal yang berjalan beriringan dengan sang pangeran. “Ehm … Pa-pangeran,” Jeanne berbisik. Rugi sebenarnya. Entah berbisik atau berteriak sekali pun, hasilnya akan sama saja. Pangeran Maulvi tetap tak akan mampu mendengarnya. Tapi, hal itu tak membuat ciut nyali