Malam yang Panjang

1453 Kata
"Ke mana perginya si bodoh itu? Ah sialan! Kenapa juga pria itu harus menunggunya di depan toilet," ucap pria berambut pirang itu. Dia sedari tadi mengawasi Carolina dan akan bertindak ketika wanita itu pergi ke toilet. Tapi pria yang sepertinya mengadakan pesta ulang tahunnya terus menempel pada wanita itu. "Ah sudahlah! Lebih baik aku bersenang-senang saja," pikirnya yang akhirnya menyerah. Toh mereka juga belum tentu mendapatkan bayaran jika dia merencanakan rencananya malam ini. Pria itu akhirnya kembali ke lantai dansa dan mulai berjoget mengikuti irama musik yang dimainkan. *** "Carol mana? Kenapa lo kemari sendirian?" tanya Dion ketika Andrew datang kembali ke meja, tapi setelah menengok ke belakang, Carolina tidak kelihatan. "Sepertinya dia mabuk, gue membawanya kembali ke kamar tapi lupa kamarnya dikunci, handphone gue juga ketinggalan," ucap Andrew kemudian mengambil handphonenya yang berada di meja. Dion hanya menatapnya dan mulai berpikir, "apakah orang bisa mabuk dengan minum tequila rose?" "Pas banget! Ra, kunci kamarnya mana?" ucap Andrew ketika Clara datang mendekati meja mereka. "Lo udah mau balik? Gak asik banget! Masih jam segini juga!" ucap Clara yang menggoyang-goyangkan badannya mengikuti irama lagu. "Carol kayaknya mabuk, gue mau anterin balik dulu, liat nanti deh kalo gue balik lagi," ucap Andrew yang kemudian menyodorkan tangannya. "Nih! Ngomong-ngomong Dion ke mana?" tanya Clara setelah menyerahkan kunci kamarnya. Dia berencana untuk balik ke lantai dansa lagi, tapi sepertinya cuma Andrew yang berada di sana. "Dia di…. lah, ke mana dia?" tanya Andrew bingung. Tadi Dion masih ada bersamanya kok, tapi sekarang malah dia tiba-tiba menghilang. "Pokoknya gue duluan, ya! Gak usah tungguin gue! Kalian bebas pesan apa aja! Ntar masuk ke tagihan ketika check out, kok!" ucap Andrew yang langsung bergegas menuju kamar hotel. "Ahh… gue kan masih pengen joget!" ucap Clara yang memonyongkan bibirnya. Setidaknya butuh satu orang untuk menjaga meja mereka sehingga bisa terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. *** "Sakit, On! Apa sih! Lepasin gak!" ucap Vera ketika tiba-tiba Dion langsung menariknya keluar dari lantai dansa. Dion bahkan menyeretnya keluar dari klub. "Lepasin!" ucap Vera yang akhirnya berhasil melepaskan genggaman Dion dari tangannya. "Lo bener-bener keterlaluan Ve!" ucap Dion. Nafasnya terengah-engah karena marah. Dia tak menyangka Vera akan berbuat seperti itu. "Duh merah kan!" ucap Vera yang melihat pergelangan tangan yang dipegang oleh Dion memerah, "Lo kenapa sih?" tanyanya kemudian. Dia tak pernah melihat Dion yang seperti ini. "Lo kan yang menaruh sesuatu di minuman Carol? Gak mungkin dia mabuk dengan minum shot* dari tequila rose!" ucap Dion yang langsung to the point. (* gelas minuman tapi yang kecil (?) gugel aja deh, wkwk) "Apa sih maksud lo!" ucap Vera yang benar-benar bingung. "Gak usah ngeles deh! Gue tahu lo emang gak suka sama Carolina, tapi gak gini juga!" Vera terdiam dan berpikir sebentar, bukannya Dion yang harusnya menaruh sesuatu di minuman Carolina? "Bukannya itu ulah lo, ya?" tanya Vera balik. Dion memandangi wanita itu dengan tidak percaya. Omong kosong macam apa lagi itu? "Gue lihat lo ngasih sesuatu ke bartendernya!" ucap Vera akhirnya. Ketika dia memberikan kue ulang tahun yang dia beli ke pelayan klub itu, dia melihat Dion sedang berbicara dengan pegawai di situ, setelah memasuki klub dia melihat orang itu lagi yang ternyata adalah bartender. Makanya sejak tadi dia agak waspada dengan Dion. Vera tidak seperti Carolina yang gak peka. Dia bisa melihat dengan jelas bahwa Dion menyukai Carolina. Dan mungkin seperti dirinya yang putus asa, Dion juga ingin menggunakan jalan pintas lainnya, Mungkin dengan membuat Carolina mabuk dan melakukan sesuatu kepada wanita itu? Itulah yang Vera pikirkan ketika dia melihat Dion. "Jadi itu alasan dari tadi lo kayak takut sama gue?" tanya Dion akhirnya. Dia awalnya berpikir Vera takut padanya karena wanita itu takut ketahuan telah melakukan sesuatu, makanya dia juga dari tadi waspada sama Vera. "Iya lah! Gue lihat lo sendiri melakukan transaksi mencurigakan di klub! Siapa tahu lo menyuruh bartender itu buat masukin sesuatu ke minuman Carol, kan? Makanya lo yang nyuruh untuk pesan tequila rose!" ucap Vera akhirnya. Mengatakan semua perkiraannya. "Bartender itu sepupu gue! Gue emang ngasih duit ke dia karena kehidupannya lagi gak baik aja! Ah ngapain juga gue jelasin! Pokoknya bukan lo kan yang ngasih aneh-aneh ke minuman Carol?" tanya Dion sekali lagi untuk memastikan. "Bukan lah! Ngapain gue pesen minuman yang sama kalo gitu?" tanya Vera balik. Dion hanya diam saja kemudian kembali ke klub. "Apa Andrew ya yang ngasih itu?" pikirnya. Setelah mengkonfirmasi sekali lagi ke sepupunya yang bartender bahwa tidak ada yang salah dengan minumannya, Dion bergegas kembali menuju kamar hotel. *** "Lah? Ke mana dia?" pikir Andrew ketika Carolina tidak berada di tempatnya. "Apa dia nyasar, ya? atau malah diculik?" tiba-tiba pikiran buruk mulai memasuki pikiran Andrew. Dia berusaha tetap tenang dan mencari Carolina di seluruh koridor lantai itu, tapi Carolina sama sekali tidak ada. Dia kemudian mengingat bahwa ada cctv yang terdapat di koridor itu, dan segera kembali menuju resepsionis. "Beneran mbak! Teman saya diculik!" ucap Andrew ketika menjelaskan kejadiannya kepada resepsionis. Resepsionis itu hanya tersenyum sopan, "Maaf bapak, tetap saja bapak gak bisa meminta rekaman cctv-nya. Kami hanya bisa berikan jika ada surat perintah dari kepolisian." Andrew seketika marah ketika mendengarnya. Kepolisian? Baiklah! Lo gak tau ya kalo gue anak Inspektur Jenderal Polisi! Andrew baru saja hendak menghubungi bokapnya ketika tiba-tiba sebuah pemikiran terlintas di benaknya. "Ini kan bukan daerah wilayah kekuasaan bokap," pikirnya. Dia kemudian menscroll kontaknya lagi dan berhenti di kontak kakeknya. "Apa si kakek tua itu mau bantuin, ya? pikir Andrew yang tidak begitu yakin, tapi akhirnya dia mencoba untuk menelepon kakeknya. "Gak aktif, cih! Jenderal macam apa yang menonaktifkan handphonenya!" maki Andrew dalam hati. Dia juga tidak bisa melapor ke kepolisian setempat karena minimal dibutuhkan 24 jam orang itu hilang baru bisa dilaporkan sebagai orang hilang. Merasa tak ada jalan lain, Andrew memutuskan untuk kembali ke kamar dan menunggu Carolina. Malam semakin larut, namun tak ada tanda-tanda pintu kamar mereka akan dibuka. Ketika pintu itu akhirnya terbuka, Andrew yang tiduran di sofa menghadap ke pintu melihat bahwa yang masuk adalah Dion. Dia tak menyapanya dan hanya tetap kembali pura-pura untuk tidur. Mungkin sekitar 5 menitan pria itu di dalam kamar sebelum akhirnya dia keluar lagi. Beberapa menit kemudian, Vera muncul di balik pintu. Andrew bisa melihat bahwa wanita itu sedikit mabuk. Vera beberapa kali memanggilnya tapi Andrew tak menjawab. Andrew malam ini berencana untuk pura-pura tidur sehingga yang lain tidak mengetahui bahwa dia sedang menunggu seseorang. Dia akan tidur dan baru bisa tidur ketika dia melihatnya sendiri orang itu telah masuk ke dalam kamar. Tak mendapatkan jawaban, Vera akhirnya pergi ke toilet sebelum akhirnya menuju tempat tidur. Suasana kembali hening. Andrew sebentar lagi akan memejamkan matanya ketika pintu kamar mereka kembali terbuka. Namun lagi-lagi Andrew kecewa, yang masuk adalah Riko dan Clara. Clara sepertinya sudah mabuk berat sampai Riko harus memapahnya. Andrew bisa melihat Riko memapah wanita itu ke tempat tidur sebelum akhirnya kembali ke ruang tamu dan tidur di sofa satunya Andrew hanya bisa menghela nafas sebelum akhirnya secara diam-diam melihat jam di layar handphonenya. 1:23 Andrew tetap berusaha untuk berpikir positif! Mungkin saja Carolina hanya tertidur sementara di suatu tempat dan akan kembali ke kamar mereka. Bagaimana pun, wanita itu adalah wanita yang cerdas! Malam semakin larut tapi masih belum ada tanda-tanda pintu kamar mereka akan kembali terbuka. Andrew berusaha untuk tetap sadar meski kantuk mulai tak kuasa untuk ditahan olehnya. "Dia pasti akan datang!" pikir Andrew yang menepuk kedua pipinya dengan keras agar tersadar. Namun waktu semakin berlalu... 3.30.... 4.15… 5.00… 6.15... Tiba-tiba bunyi suara alarm mulai terdengar di salah satu handphone milik teman-temannya. "Berisik woi! Matiin!" teriak Riko yang masih setengah sadar. Andrew sekali lagi melihat jam di layar handphone miliknya. 7.30 Malam yang panjang itu akhirnya berlalu begitu saja. Carolina tidak kembali! Di mana wanita itu sebenarnya?! Andrew sekali lagi hanya bisa menghela nafas dan berharap semoga wanita itu baik-baik saja! "Eh! Carol kok gak ada?" tanya Clara begitu keluar dari kamar mandi dan hanya melihat Vera yang berada di atas tempat tidur. Clara kemudian berjalan ke ruang tamu dan mulai menggoyang-goyangkan badan Riko. "Gondrong! Bangun! Katanya mau renang!" ucap Clara yang sepertinya kelihatan baik-baik saja. Padahal semalam Andrew bisa dengan jelas melihatnya seperti mabuk berat. "Eh ndrew! Carol mana? Kayaknya semalam juga gak ada deh! Ngomong-ngomong penginapannya termasuk sarapan di hotel, gak?" ucap Clara yang melihat Andrew sudah bangun. Andrew terdiam sejenak. Apakah dia harus mengatakan bahwa Carolina menghilang? Tapi jika dia mengatakan hal itu, dirinya akan disalahkan karena tidak bisa menjaga seorang wanita! Itu sama saja akan menghancurkan kebanggaan dalam diri Andrew! "Hah? Oh! Carol udah turun duluan, lapar katanya. Dia tadi ngajak tapi gue masih ngantuk! Iya tarif kamarnya udah termasuk sarapan, kok!" Andrew akhirnya memilih untuk berbohong. Dia akan mengatakan hal yang sejujurnya ketika Carolina tidak ada kabar sampai mereka check out dari hotel
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN