“B—bulan madu?” cicit Kirana. Wanita itu melepas pelukan seraya bergerak mundur dengan wajah tercengang menatap suaminya. Mulut Kirana membuka dan menutup bergantian tanpa mampu mengucapkan sepatah kata untuk bertanya. Wanita itu kehilangan kata-kata! “Ya, bulan madu. Bagaimana, apakah Neng Kira mau menghabiskan malam bersama Akang?” Kirana menggigit bibir pucatnya, entah mengapa otaknya justru tak mampu berpikir cepat. Pikiran Kirana kosong tiba-tiba. Ia tak mampu menjawab ajakan itu dengan gesit dan mudah. “Akang…” lirih Kirana. “Kenapa Neng Kira terkejut begitu? Apakah ajakan Akang adalah hal yang sangat buruk?” Ibunda Dwika dan Dhika itu menggeleng, lalu menunduk dan memperhatikan kedua telapak tangannya tang saling meremas dan bertaut. Setelah berusaha menormalkan ekspresi