Yura berlari tergesa begitu kesadarannya kembali, dia sudah tidak bisa membedakan detak jantungnya yang berdetak kencang apakah karena gugup atau karena penyakitnya. Perkataan Armin beberapa menit yang lalu kembali terngiang di telinganya hingga membuat Yura merasakan gemuruh dan ledakan di otak hingga jantung dan hatinya. Suara pertengkaran orang tuanya sudah tidak terdengar lagi ketika Yura kembali, pandangannya terpusat pada Raymen yang baru keluar dari jendela kamarnya dengan tergesa. “Kemana saja kau?, aku fikir terjadi sesuatu” omel Raymen dengan nada rendahnya. Yura terpaku di tempat, dadanya naik turun menunjukan kecepatan dia bernafas. “Ray” Yura berlari kea rah Raymen dan menubrukan tubuhnya seketika, memeluk Raymen dengan erat. “Kau kenapa Yu?” Tanya Raymen khawatir. Peluk