Pagi ini Sena bangun dengan mata yang bengkak. Tubuhnya lemas karena belum makan sejak kemarin siang, bagaimana bisa dia makan dengan tenang setelah keluarganya datang dan dengan tidak berperasaan memintanya meminjamkan rahim untuk bakal janin Cintya dan Rayyan yang akan tumbuh dan berkembang di rahimnya. Sena mendengkus lirih, menertawai dirinya yang begitu menyedihkan ini. Ah, kenapa aku harus berada di tengah – tengah keluarga itu? Desaunya dengan mata berkaca - kaca. Tak ingin larut dalam kesedihan, Sena memilih bersiap – siap untuk memulai hari. Empat puluh lima menit kemudian, Sena keluar dari gedung apartemennya dan berjalan gontai menelusuri trotoar untuk sampai ke tempat kerjanya. Dia berharap keluarganya tidak lagi mengusik ketenangannya. Cukup kemarin saja karena hari ini at