"Kamu mau kemana?" Rayyan menarik tangan Cintya yang ingin berlari mengejar Sena. "Sena nggak boleh pergi gitu aja, Ray. Dia harus ikut kita." "Sudahlah, Yang. Itu pilihan Sena, Sena maunya sama pacarnya. Biarkan saja. Toh kita masih bisa menyewa rahim wanita lain, atau kita juga bisa adopsi anak." "Adopsi katamu?" Cintya menyentak tangan Rayyan dan menatap suaminya itu tajam. "Apa kamu sadar kalau kita mengadopsi anak, posisimu di perusahaan akan tergantikan?" "Tanpa perusahaan itu aku masih bisa menghidupi kamu!" "Tapi itu perusahaan Oma Retno, Ray! Bagaimanapun juga kamu satu – satunya cucu beliau dan kamu berhak atas perusahaan itu." "Aku lebih suka mengajar dan mengelola yayasan. Perusahaan akan tetap berjalan meskipun bukan aku pemimpinnya. Sudahlah, Yang. Kita berhenti saja,"