Tak ada suara hujan atau pun petir yang terdengar. Gemuruh badai berganti bunyi detak jantungnya sendiri menggaung di telinganya bagai lonceng kuil dipukul dengan kencang. Desau hujan berganti embusan napas berat tuan di atasnya. Wajah pria itu menggelap, tidak lagi menampakkan kelembutan, melainkan keangkuhan sang penguasa. Tuan yang berkuasa atas tubuhnya. Chandni tidak tahu tubuhnya bisa begitu mendambakan sentuhan dari Tuan Imdad hingga semua rasa takutnya hilang dan dia siap menerima seperti apa pun rasa sakit yang akan diberikan Tuan Imdad padanya. Dia tahu Tuan Imdad lebih menderita daripada dirinya. Tuan itu kesakitan oleh batang di selangkangannya yang mengeras. Chandni memejamkan mata, menarik napas bersamaan dengan lumatan lembut bibir Tuan Imdad. Kecupan basah yang membuainya