Menolak Perintah

1035 Kata
Manda sangatlah terkejut ketika melihat foto dirinya yang sedang berada klub malam saat itu, bahkan tanpa sengaja paha Manda yang putih mulus itu terkena kamera, sehingga sangat terlihat seksi dan terlihat benar-benar seperti wanita jalang biasanya. Entah dari mana mereka mendapatkan sebuah foto yang sangat memalukan tentang dirinya itu, sekarang Manda sudah kehilangan muka dan tidak bisa berkutik lagi. Di hari pertama dirinya bekerja, sudah menjadi gadis yang sangat buruk di depan karyawan kantor itu. Manda sangat bersedih, ketika mengetahui orang-orang berangapan tidak baik tentangnga, padahal ia merasa dirinya tidak pernah melakukan kesalahan apapun untuk membuat orang marah. Perlahan-lahan, Manda melangkahkan kakinya untuk kembali bekerja sambil berjalan menatap ke arah bawah karena dirinya sangat malu ketika karyawan-karyawan tidak berhenti meliriknya dan bahkan sambi terang-terangan mengosipi tentang dirinya dekat dengannya sekaligus. "Kamu haru kuat, Manda!" gumam Manda dalam hatinya, lalu menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskanya dengan pelan, hati Manda setidaknya terasa sedikit lega. Manda pun mulai tidak menghiraukan ucapan orang-orang di sekitarnya dan Manda ingin fokus kembali bekerja saja sekarang. Tidak terasa hari pun sudah mulai siang, kini sekarang tiba waktunya semua karyawan The Green untuk makan siang bersama di kantin yang sudah disediakan. Sedangkan Manda dirinya harus menahan laparnya karena tidak enak hati pergi kekantin bersama-sama dengan karyawan lainnya, ia tahu semua karyawan akan terus membicarakannya jika melihat dirinya muncul di hadapan mereka dan pada akhirnya Manda memilih untuk membeli roti di depan kantor yang hargany 10 ribu satu potongan roti, lalu membeli es teh seharga 5 ribu. Manda ingin makan makanan yang seadaanya saja, walaupun tidak memakan nasi karena di sekitar kantor tersebut tidak ada yang menjual nasi atau pun makanan yang lainnya, ingin rasanya Manda pergi keluar lebih jauh tapi ia takut jam istirahat habis dan Manda takut jika dirinya akan dimarah oleh atasannya. "Sepertinya ini lebih dari cukup," gumam Manda dalam hatinya, lalu Manda untuk menaiki tangga untuk naik ke lantai atas, sambil memakan rotinya karena Manda tidak ingin lagi menaiki lif dan bertemu orang-orang yang akan menghinanya lagi. "Uhuk, uhuk!" Manda tiba-tiba saja tersedak karena memakan roti tidak pelan-pelan, Manda terpaksa melakukan hal itu karena perutnya sudah benar-benar sangat lapar saat ini. Bahkan tangan dan kakinya terasa bergetar saking laparnya. "Dasar bodoh!" ucap seseorang dari belakang Manda dengan tiba-tiba, Manda yang mendengar itu sangatlah terkejut, sampai-sampai roti yang ia pegang pun jatuh ke lantai. "Ya Tuhan, rotiku...," lirih Manda dalam hatinya, padahal ia benar-benar sangat kelaparan namun ada-ada saja masalah di dalam hidupnya. "Makanlah dengan pelan-pelan gadis bodoh!" ucap laki-laki itu, lalu Manda pun langsung saja menegok ke belakang dan ia melihat di belakangnya ada Brian yang sedang menatap dirinya dengan dingin. "Pak, Bos!" ucap Manda yang langsung saja menunduk hormat. "Kenapa kamu makan disini sambil berjalan? Bukankah saya sudah menyediakan kantin untuk makan, hah!" bentak Brian dan Manda sangat kesulitan meneguk sisa roti berada di dalam mulutnya saking takutnya Manda. "Maafkan saya, Pak," ucap Manda menunduk. "Kamu hanya memakan roti dan minum teh es saja? Apa itu cukup untuk menganjal perutmu?" tanya Brian dengan dingin dan Manda hanya menganggukkan kepalanya saja, ia tidak berani mengatakan tidak kepada Brian. "Makanlah di kantin sekarang juga!" bentak Brian emosi. "Tidak, Pak. Saya sudah kenyang sekarang," ucap Manda menolak karena dirinya benar-benar tidak ingin pergi kekantin dan menemui orang-orang yang akan menghinanya nanti. "Menolak perintah saya atau pekerjaan kamu akan saya tambahkan!" ucap Brian dengan dingin. "Kenapa pilihannya semua membuatku tambah susah saja, ya Tuhan selalu saja nasib ku sial!" gumam Manda yang sangat kebingungan untuk memilih. "Jawab!" bentak Brian dan seketika Manda terkejut. "Yang kedua, Pak," jawab Manda. "Kau serius? Saya tidak akan memberikan ampun lagi jika kamu sendiri yang memilihnya!" ucap Brian. "Kalau aku makan di kantin yang ada aku akan dihina dan di caci maki, mungkin lebih baik aku memilih menambah pekerjaan saja, walaupun perut aku lapar," gumam Manda dalam hatinya sangat pasrah. "Saya serius, Pak," jawab Manda. "Baiklah, ikut saya!" ucap Brian lalu Brian pun melangkahkan kakinya mendahului Manda, lalu dirinya pun mengirim pesan kepada seseorang, namun entah itu apa. "Kenapa pak bos bisa berjalan lewat tangga ini? Bukankah memiliki lif?" tanya Manda dalam hatinya penasaran. Manda terus saja mengikuti langkah Brian dari belakang, ketika ponsel Brian berbunyi Brian langsung saja menghentikan langkahnya untuk mengangkat panggilan tersebut, namun tiba-tiba saja Manda menabrak belakang Brian tanpa sengaja, sehingga ponsel Brian pun terjatuh cukup keras ke lantai keramik dan pecah. "M-maafkan saya, Pak," ucap Manda terbata-bata, sambil memberikan ponselnya kepada Brian dengan keadaan yang sudah tidak utuh lagi. "Kamu!" geram Brian yang langsung saja merampas ponsel tersebut dan melihat keadaan ponselnya sudah tidak bernyawa lagi sekarang, lalu mata Brian pun langsung saja menatap tajam ke arah Manda. "Pak...," lirih Manda sambil menunduk merasa sangat bersalah. Sedangkan Brian hanya menghembuskan nafasnya dengan sangat kasar, bukan karena masalah ponselnya yang rusak melainkan karena yang menelpon adalah rekan bisnisnya yang akan bekerja sama dengannya nanti, namun malahan Manda menghancurkan segalanya sekarang. "Apa yang akan saya lakukan padamu? Untuk membayar semua ini!" tanya Brian dengan dingin. "Tolong maafkan saya, Pak. Saya tidak sengaja, lagian bapak juga tiba-tiba berhenti," ucap Manda berusaha untuk membela dirinya. " kamu bermaksud menyalahkan saya?" tunjuk Brian dengan dirinya sendiri. "Bukan, bukan itu maksud saya, Pak," ucap Manda. "Lalu apa?" tanya Brian. "Kenapa pak bos ini sangat dingin sekali, sih?!" kesal Manda di dalam hatinya. "Baiklah ini salah saya, saya akan mengantinya. Tapi, tidak sekarang. Saya tidak punya uang untuk membayarnya, bahkan jika punya uang pun saya hanya bisa menyicilnya saja. Apa boleh, Pak?" tanya Manda berharap penuh. "Apa kamu yakin, bisa membayarnya?" tanya Brian. "Tidak," jawab Manda yang juga tidak yakin karena ia juga takut jika dirinya di pecat tiba-tiba, bahkan sehari bekerja saja dirinya sudah mengalami banyak masalah saat ini. "Sudahlah, saya akan pikirkan nanti. Supaya kamu bisa menganti rugi ponsel saya dan sekarang ikut saya, makanya kalau jalan lihat-lihat!" kesal Brian. "Maafkan saya, Pak," ucap Manda. "Jangan meminta maaf terus-terusan! Yang ada kuping saya akan sakit jika mendengarnya, paham!" ucap Brian dengan dingin. "Maaf—" ucap Manda terpotong. "Stt, diam!" bentak Brian kesal dan akhirnya pun Manda terdiam mendengar bentakan terakhir dari mulut Brian.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN