Fira menikmati secangkir kopi disebuah cafe, didepannya sudah ada sketsa yang dia ciptakan dengan baik.
Setelah ini dia harus memulai mencari bahan kain dan beberapa keperluan lain untuk butiknya. Saat seorang pria menghampirinya dia hampir menyemburkan cairan kopi yang sudah ada dimulutnya itu.
"Boleh saya duduk?" Fira mengangguk mendengar permintaan orang didepannya ini. Seminggu yang lalu pria ini menawarinya menjadi penyanyi dan sekarang mau apa lagi pria ini.
"Kamu sendirian?" tanya Brian melihat tepat ke mata Fira. Mata Fira sungguh indah jika dilihat seintens ini.
"Memangnya kamu lihat saya bawa teman?" jawab Fira ketus. Sedangkan Brian hanya tersenyum aneh.
"Ya kan saya gak tau atuh mbak, kok galak amat sih."
"Kamu mau apa sebenarnya?" tanya Fira langsung, dia tidak ingin Brian berbasa-basi padanya.
"Wow... Wow... Slow baby. Saya hanya kebetulan masuk cafe ini dan melihat kamu. Kita kan sudah berkenalan, dan saya sudah bertanya apa boleh saya duduk disini. Dan kamu jawab boleh."
Jelas Brian mengelak dengan maksud tujuan dia mendatangi Fira.
"Anda yakin?" tanya Fira lagi, membuat Brian tertawa. Brian harus sabar menghadapi wanita didepannya ini, dia tidak ingin berlian di depannya ini kabur karena takut padanya.
"Tentu." jawab Brian dengan senyuman melelehkan hati para wanita. " saya dengar dari Emil kalian akan mengadakan acara fashion show untuk memperkenalkan butik kalian?" Fira mengangguk dan meminum kopinya. Didalam hatinya kapan pria ini berbicara dengan Emil.
"Kalau kamu mau, saya bisa menjadi model pria nya."
"Benarkah?". Tanya Fira antusias, bagaimana mungkin dia menolak menjadikan Brian Wisnu Jayker sebagai model pria di acara fashion show yang akan dia gelar. Pasti akan banyak tamu yang hadir jika Brian menjadi modelnya, terutama para wanita penggila pria seksi seperti Brian.
"Tentu. Tapi dengan satu syarat." Jleb, Fira stupid. Mana mungkin pria didepannya ini tulus membantunya.
"Apa? Saya tidak sanggup kalau mau bayar kamu mahal." Jujur Fira yang membuat Brian tertawa.
"Saya mau kamu." Jawab Brian sambil menyeringai, bulu kuduk Fira merinding memikirkan hal negative dari kalimat ' saya mau kamu' itu.
"Tenang baby, saya bukan bermaksud menginginkan itu dengan kamu. Ya walaupun kamu cantik dan menarik tapi saya tahu kamu bukan tipe saya untuk dijadikan teman satu malam saya."
Kuping Fira rasanya sudah berasap tapi Brian belum menghentikan apa yang dia ingin katakan.
"Kamu lebih pantas dijadikan Istri yang menunggu saya dirumah dan setiap malam menghabiskan waktu bersama saya." semburat merah diwajah Fira muncul setelah tadi dia berasap karena kesal. Fira dan Brian lalu tertawa bersama.
"Serius Ra, kamu akan lebih baik menjadi istri saya." Kata Brian lagi membuat Fira semakin tertawa.
"Kamu gombalin saya biar saya mau diorbitkan oleh label dan managment artis kamu kan. Usaha yang bagus tuan Brian." Gantian Brian yang tertawa.
"Tapi saya harap kamu mau memikirkannya. Kerjasama kita ini akan sangat menguntungkan kita berdua."
"Saya menjadi model kamu dan pastinya banyak orang yang akan melihat acara kamu, dan juga jika kamu menjadi penyanyi di managment saya, kamu bisa menghasilkan uang banyak lalu bisa memperbesar butik kamu, bahkan menambah cabang baru." Jiwa pengusaha Brian keluar tanpa diminta. Dan sepertinya Fira mulai tergiur.
"Tapi jika saya jadi penyanyi, waktu saya sebagai desainer akan berkurang malah bisa-bisa saya tidak ada waktu lagi."
"Tenang saja Fira, saya akan berusaha mengatur waktu kamu sebaik mungkin. Saya sendiri yang akan menjadi manager kamu." Fira tidak percaya mendengar ini semua. Dia mengerjapkan matanya melihat Brian.
"Teriamakasih atas tawaran menarik ini tuan Brian, bisakah saya memikirkan dan membicarakan ini kepada Emil dan orang tua saya?" Brian mengangguk setuju.
"Ra, bisa kamu panggil saya dengan nama saja. Tidak dengan kata tuan yang ikut." Fira tertawa, " baiklah Brian."
"Good, masak calon suami dipanggil tuan-tuan sih." Fira mencubit gemas tangan Brian.
"Kenapa? Kamu takut ya pacar kamu marah?" Fira menggelengkan kepalanya dan tersenyum.
"Saya tidak lagi pacaran Brian,"
"Ha? Why?" Dalam pikiran Brian tidak mungkin tidak ada pria yang menyukai Fira. Wanita ini sungguh anggun dan juga manis. Dan terlihat sangat dewasa.
"Aku ingin langsung nikah aja, kalau udah ada yang pas, cocok, dan tentunya mau menikahi ku. Jaman sekarang pacaran terlalu bebas dan aku tidak mau menjalin hubungan seperti itu. Takut dosa dan juga rugi. Rugi jika sudah begitu, eh ditinggalin."
Brian mengangguk mengerti. Dilihatnya Fira yang menggunakan kemeja dan celana panjang berbahan kain. Fira bukan wanita berhijab, tapi pemikiran Fira seperti wanita yang menggunakan hijab saja.
"Brian, saya balik ke butik deh ya." Brian ikut bangkit dari duduknya.
"Biar saya anterin kamu. Kamu pasti gak bawa mobil kan?"
Fira tersenyum dan menerima tawaran Brian.
****
Dua hari kemudian....
Brian menikmati asap yang keluar dari hembusannya sendiri. Suara dentuman musik di Club malam yang dia datangi membuat Brian semakin rileks. Salah satu temannya yang selalu membawakan Brian barang-barang terkutuk itu selalu bersamanya. Setelah mendapatkan apa yang dia inginkan Brian bergegas ke apartemen nya. Brian mengikat tangannya dan menyuntikkan sesuatu, setahnya dia merasa puas dan melupakan kesedihannya juga kerinduannya. Dia melihat wajah ibunya dan dia tersenyum.
Hampir setiap malam Brian melakukan ini jika dia sangat merindukan sosok ibunya. Penyesalan karena tidak ada disisi ibunya saat ibunya sekarat membuat Brian jatuh sejatuhnya kejurang gelap yang sangat sulit dijangkau nya untuk bebas.
Jika tidak mendapatkan barang-barang haram ini, Brian akan menggigil dan seluruh tubuhnya akan sakit. Dia tidak lagi bisa lepas, sehingga Brian selalu mengkonsumsi barang-barang itu.
Paginya dia akan segar dan bisa berkatifitas lalu malamnya dia akan memakainya lagi. Begitulah cara Brian hidup, dia akan minum alkohol sepuasnya jika sudah ikut party bersama teman-temannya. Kehidupan seperti itulah yang dia jalani, sangat berbeda dengan Fira yang memiliki kehidupan teratur juga jauh dari dunia malam.
TBC...