Langit yang sangat cerah membuat Fira begitu bahagia, dia hari ini diantar oleh ayahnya ke butik dan hal yang membuat Fira bahagia adalah kedua orang tuanya mendukung Fira yang mau menjadi penyanyi dengan bantuan Brian.
Awalnya Fira mengira orang tuanya terutama ayahnya akan menolak keinginannya, maka dia mengatakan dengan sangat hati-hati kepada ayahnya. Jika memang ayahnya tidak memberikan ijin dia akan mengerti, tapi diluar dugaan ayahnya begitu bahagia. Apalagi mendengar Fira diminta langsung oleh Brian Wisnu, ayahnya tahu nama musisi terkenal itu dan juga akrab dengan nama belakang Jayker pria itu.
"Makasih yah, nanti sore Fira pulang mungkin sama Emil. Dan akan sedikit terlambat."
Ayahnya mengangguk mengerti. Lalu mobil ayahnya yang dikendarai supir menghilang dari pandangan Fira.
Fira terkejut bukan main saat membalik tubuhnya kebelakang melihat sosok Brian yang tengah menyandar dipintu Butik. Fira melihat jam dipergelangan tangannya dan ini masih jam sepuluh pagi, Emil juga pasti belum datang.
"Kamu kenapa disini?" tanya Fira heran.
"Tadi saya didalam nunggu kamu, tapi kamu belum datang. Jadi saya putuskan menunggu kamu disini, apa tidak boleh?" Fira menggelengkan kepalanya lalu masuk diikuti Brian.
"Maksud saya, kamu ngapain pagi-pagi datang ke butik saya?"
"Menjemput kamu!" Fira terdiam ditempatnya, lalu menepuk jidatnya sendiri. Dia lupa kalau dialah yang sudah memberitahu Brian kalau dia menerima tawaran Brian semalam. Tapi tidak disangka pria itu semangat sekali pagi-pagi menjemputnya.
"Saya harus menyelesaikan pekerjaan saya dan Fira. Setelah itu baru saya bisa berbicara serius sama kamu."
"Tidak masalah, kebetulan niat saya datang pagi karena mau membantu kamu dan Emil."
Fira meneliti pria tampan didepannya ini yang terlihat sangat berbeda dari citra Brian yang selalu dia lihat ditelevisi.
Brian biasa dikatakan pendiam dan sulit didekati, tapi lihat Brian yang didepannya ini.
"Kamu pulang saja, saya dan Emil biasa bekerja berdua. Saya takut kamu nanti malah merecoki."
"Astaga Ra, saya itu mau bantu loh. Lagi kamu gak percaya sama jiwa bisnis saya? Ayo saya bantu, pasti butik kalian lebih rame." Fira menghela nafasnya dan duduk di kursi kerjanya. Emil masuk dan terkejut melihat Brian ada diruangan Fira.
"Duh kayak penganti baru aja sih, gak bisa lepas kemana-mana."
Brian tersenyum sementara Fira melempar Emil dengan pena nya. Emil tertawa dan duduk didepan meja kerja Fira bersebelahan dengan Brian.
"Jadi kita hari ini kemana dulu?" tanya Emil langsung.
"Gue urus masalah gedung baju-baju yang akan dipakai, sementara loe kayaknya urus undangan dan tim yang akan bantu kita deh."
"Trus gue ngapain?" tanya Brian yang terlihat konyol dimata Emil.
"Kamu temenin si Fira aja deh, dia kan juga mau urus model juga."
Emil mengingatkan.
"Itu ide bagus Emil." Fira menggelengkan kepalanya. Sedangkan Brian dan Emil bertos ria.
****
Seminggu berlalu, Fira dan Brian kian dekat. Fira yang mulai mempelajari lagu yang akan menjadi lagu pertamanya terlihat begitu bahagia akan lagu itu, dia bisa menghabiskan waktu berjam-jam duduk bersama Brian di apartment Brian untuk belajar membawakan lagu itu, kebetulan lagu itu adalah lagu ciptaan Brian. Brian terkadang mengiringi Fira dengan Gitar atau terkadang dengan piano yang dia mainkan, Fira sepertinya harus mulai terbiasa dengan segala macam teknik bernyanyi yang diajarkan oleh Brian.
Bukan hanya untuk urusan Rekaman saja Fira dan Brian dekat, tapi juga untuk urusan butik Fira juga Emil. Brian akan ikut membantu mengerjakan desain panggung untuk acara fashion show itu. Kamera yang mengikuti Brian kini juga ikut menyorot wajah Fira, mereka meyakini Fira adalah kekasih Brian. Dan Brian santai saja dengan pemberitaan itu, tidak seperti Fira yang sudah mencak-mencak namanya menjadi bahan gosip di semua infotaiment.
Tapi sebenarnya wajar jika para wartawan menggosipkan mereka, karena lihat saja mereka selalu bersama dan Brian terlihat begitu perhatian kepada Fira. Bukan karena Brian sudah memiliki rasa itu pada Fira, hanya dia menjaga calon artisnya yang akan buming ini.
Brian saat ini sedang menuju studio rekaman bersama Fira yang ada disebelahnya, Fira terlihat gugup sekali. Dan Brian tahu itu, Brian menggenggam tangan Fira dan menguatkan genggamannya.
"Percayalah kamu bisa melakukannya. Ada aku disana." Fira mengangguk, lalu dia turun bersamaan dengan Brian. Beberapa wartawan sudah menunggu mereka ternyata, Brian dengan sigap membawa Fira aman ke dalam studio.
"Brian, Brian, benarkah anda dan nona ini menajalin kasih?"
Tanya seorang reporter, Bian hanya tersenyum tak menjawab pertanyaan itu.
Fira menghembuskan nafas lega saat sudah didalam gedung.
"Huh... Belum jadi artis saja sudah repot." Fira menghapus keringat dikeningnya.
"Itu karena kamu bersamaku, kamu tahu bukan aku ini sangat menggoda." Fira tertawa dan mereka melanjutkan jalan lagi.
Saat take vocal, Fira mencoba tenang dan mengahayati lagu yang dia nyanyikan hingga tuntas. Tak ada salah sama sekali, Brian dan tiga orang lainnya bertepuk tangan, Fira tersenyum dan melihat kearah Brian yang terlihat begitu bahagia.
Fira keluar dari ruangan yang membuatnya gugup selama setengah jam ini. Saat dia tiba didepan pintu ternyata Brian sudah menunggunya.
"Kau mengejutkanku Brian." Pria itu tertawa dan mengacak rambut Fira.
"Kau lihat sendiri bukan, kau sungguh luar biasa sayang." Fira mengernyit mendengar Brian memanggilnya sayang, pria ini benar-benar nakal pikirnya. Padahal bagi Brian dia juga tidak sengaja memanggil Fira begitu.
"Aku tidak yakin kalau lagu tadi akan laku dipasaran. Kau tahu rasanya mustahil,"
Mereka berjalan bersama dilorong studio. Brian dan Fira akan makan siang bersama Emil, karena mereka memang sudah janjian.
"Jangan khawatir, masih ada lima lagu lagi yang aku persiapkan untukmu. Dan besok pagi kita akan promosi di salah satu acara."
Fira berhenti berjalan, dia merasa tubuhnya tidak bisa digerakkan.
"Hei, kamu kenapa? Ayo, Emil pasti sudah menunggu. Atau mau aku gendong nih."
Fira langsung menjauhkan tangan Brian yang ingin menyentuhnya. Brian tertawa lagi, saat akan memasuki mobil seseorang mendatangi Brian dan Brian merangkul temannya itu.
"Thanks ya, nanti gue transfer." Bisik Brian kepada orang itu. Fira melihat gerak-gerik Brian yang aneh tapi dia tidak ambil pusing. Brian memang selalu aneh menurutnya.
Hampir satu jam mereka berada didalam mobil, mereka membicarakan masalah promosi lagu dan juga acara-acara yang akan Fira datangin beberapa hari kedepan. Brian tak henti-hentinya membuat Fira tertawa, bahkan Fira merasakan perutnya akan kram sebentar lagi.
"Brian stop.. stop... Perutku terasa akan kram." Fira mencoba memberhentikan tawanya akibat lelucon Brian yang menceritakan dia pernah tertipu dengan penampilan seorang wanita yang dia sangka bule ternyata produk lokal.
"What? Aku hanya bercerita yang sesungguhnya, kau saja yang tertawa sedari tadi." Brian sebenarnya suka melihat suara tawa Fira, sangat menggoda bagi Brian. Tanpa Fira sadari Brian memperhatikan wajahnya yang sedang tertawa.
"You know what? You stupid Brian, muka ganteng tapi bedakan mana bule mana lokal aja gak bisa. Hahahhaha..."
"Kamu sendiri prodak luar atau lokal?" pertanyaan Brian membuat Fira berhenti tertawa tiba-tiba.
Fira mengikat rambutnya dan duduk dengan tenang.
"Sepertinya rambut mu bukan hasil cat warna rambut, ini nyaris seperti asli." Fira tersenyum sedikit dan melihat wajah Brian.
"Awal melihat kamu bahkan aku pikir kamu wanita asal pakistan atau turki misalnya. Hanya karena warna bola mata kamu yang berwarna hitam lah yang membuat kamu sedikit mirip orang Indonesia."
"Aku tidak tahu aku ini asli Indonesia atau tidak. Hanya saja warna rambut ini sudah aku dapatkan dari lahir."
Brian melihat Fira dengan bingung. Bagaimana bisa Fira berambut coklat terang seperti ini jika dia asli Indonesia.
"Aku bukan anak kandung kedua orang tua ku, ehm.. Aku anak angkat papa dan mama. Tapi syukurnya mama dan papa benar-benar menyayangiku seperti aku anak kandung mereka."
Brian terkejut dengan fakta ini. Dia juga melihat wajah murung Fira saat ini, wanita yang tawa dan juga suaranya mampu menghipnotis dirinya ini ternyata bisa juga membuat hatinya tak tenang karena wajah murungnya. Brian ingin mendekap Fira saat ini, tapi selama mengenal Fira dia tahu pasti kalau Fira bukan wanita yang bisa menerima sentuhan pria. Wanita ini terlalu menjaga dirinya, meski itu hanya pelukan sebagai seorang teman.
TBC...