Chapter 8

1190 Kata
Sekolah berlangsung seperti biasanya tak ada yang berbeda dari hari sebelumnya. Ketika tiba di parkiran sekolah Dewi langsung turun dari boncengan cowok itu sambil memberikan helm sebelum lari meninggalkan Lingga. "Dewi baru datang?" tanya Naren yang sepertinya sudah dari arah perpustakaan. "Rajin banget jam segini udah dari perpus?" bukannya menjawab Dewi balik bertanya. Naren terkekeh geli, "Lupa ngerjain PR makanya tadi buru-buru ke perpus buat nyari buku paketnya." Jawab Naren sambil menunjukan buku yang dia pegang. "Duluan ya kalau gitu soalnya aku harus kerjain PR di sekolah dulu sebelum guru datang." "Silahkan." ucap Dewi lalu Naren lewat di depannya berjalan membelakangi Dewi memperlihatkan bahu lebar Naren dari belakang. "Ekhm! Serius banget natapnya." ujar Lingga. Dewi menoleh ke arah Lingga cepat lalu dengan cepat juga memalingkan wajah dan berjalan lebih dulu. Lingga berkacak pinggang sambil menggeleng pelan. "Dewi, tunggu woy!" seru Lingga sembari mengejar langkah Dewi. "Kalian makin akrab aja." kata Rika yang baru saja selesai mempoleskan lipstik di bibirnya. Lingga menoleh. "Gak sekalian aja kamu buka salon di sekolah siapa tau laris." ucap Lingga. Rika mencebikan bibirnya, "Kalau aku buka salon di sekolah orang yang pertama aku dandanin paling cantik itu kamu." sambil menunjuk Lingga. "Dewi ke kantin yuk, tadi aku belum sarapan di rumah, kamu juga belum kan kalau gitu barengan kesana mau gak?" "Aku udah sarapan dirumah jadi nanti-nanti aja deh ke kantin nya." Dewi meringis ketika menolak tawaran Rika. Cewek berambut pendek itu menghela nafas, "Oke deh kalau gitu aku kesana dari pada kena magh." "Makan yang banyak jangan nanggung-nanggung sekalian buat cadangan nanti!" seru Dewi bercanda kemudian Rika menjawab dengan mengacungkan dua jempol kearah Dewi. Dewi membuka screen ponsel bermain benda persegi itu sambil menunggu guru datang. "Lingga kamu udah sarapan belum, kalau belum tadi aku sengaja buat sandwich siapa tau kamu suka." Telinga Dewi tiba-tiba mengembang mendengar suara yang tak asing di telinganya lalu ia melirik kearah Lingga duduk dimana di depan cowok itu ada Shania, cewek itu memang sering mendekati Lingga, mereka juga terlihat dekat mungkin saat ini keduanya sedang berpacaran, terserah mau pacaran atau bukan itu urusan Lingga. Dewi kembali bermain ponsel sampai ia melihat lewat pupil matanya Shania keluar dari kelas dengan wajah tersenyum malu. Sedangkan Lingga menoleh kearah Dewi melihat gadis itu terlihat santai-santai saja tanpa merasa terganggu akan keberadaan Shania barusan. Apa benar-benar tak ada sedikitpun rasa cemburu yang Dewi rasakan?. Lingga adalah suaminya seharusnya sebagai istri Dewi cemburu melihat suaminya di dekati cewek lain lah ini malah senyam senyum melihat layar hp. Apa jangan-jangan Dewi lagi chat sama cowok? Membayangkan hal itu Lingga tidak terima, perlahan ia berdiri mengintip apa yang sedang Dewi lakukan namun pantulan Lingga terlihat di layar hp Dewi sehingga cewek itu langsung menyembunyikan hp nya dan berbalik menatap Lingga. "Apaan sih ganggu orang aja, sana duduk di tempat kamu sendiri." "Kepo dong." Lingga langsung menyahut ponsel Dewi dan membawanya kabur hal itu tentu saja membuat Dewi mengejar Lingga untuk mendapatkan ponselnya kembali. "Lingga!" "Sini kejar kalau bisa!" seru Lingga. "Balikin hp gue!" teriak Dewi. Lingga yang tidak merasa bersalah terus berlari kemudian berhenti ketika hp Dewi berdering. "Iya halo siapa nih." ucap Lingga. "Aku yang tanya kamu siapa kenapa yang angkat laki-laki bukan cewek?" "Lingga balikin hp aku!" teriak Dewi lagi, Lingga menoleh kemudian lari. "Kamu copet ya? Balikin gak hp nya sama yang punya atau aku laporin kamu ke polisi," ancam orang yang bersuara cowok dari hp Dewi. "Laporin aja aku gak takut." jawab Lingga namun hp yang dia pegang di rebut kembali oleh Dewi. Lingga menatap Dewi kesal, kenapa Dewi punya banyak sekali teman cowok, dan yang menelfon Dewi barusan itu siapa lagi?. "Awas ya kalau berani rebut hp aku lagi." tunjuk Dewi pada Lingga dengan lirikan tajam, Lingga berdecih melihat Dewi yang berbicara akrab dengan orang di panggilan tadi. ___ Sekolah terlihat ramai saat jam istirahat, Lingga ikut bermain basket bersama yang lain termasuk Naren. Dari kejauhan terlihat Dewi duduk melihat permainan Naren. Lengan Lingga di senggol oleh Nuga. "Lu suka sama Dewi?" bisik Nuga. Lingga langsung menggeleng, "Siapa juga yang suka sama cewek kayak gitu." jawabnya, padahal saat ini Lingga tengah cemburu melihat tatapan kagum yang selalu Dewi berikan untuk Naren. Nuga mengedikkan bahu sambil menerima operan bola dari yang lain, Lingga pun ikut berlarian di lapangan menerima operan bola untuk di masukan kedalam ring. "Lingga, Lusa mau ikutan tour ke tempat wisata gak?" tanya Nuga. Lingga duduk meminum air mineral. "Kayaknya enggak deh." "Lah kenapa padahal seru loh yang kesana juga bukan kita aja ada yang lain bahkan setengah dari tim basket ikut." Lingga tetap menggeleng, "Gak bisa soalnya kamu tau kan papa ku baru meninggal terus rumah juga gak ada orang jadi untuk sementara aku gak bisa kemana-mana." Nuga mengangguk paham namun kemudian matanya melihat keberadaan Dewi bersama Naren berbicara akrab bahkan tertawa. "Kayaknya mereka bentar lagi pacaran deh, menurutmu gimana Ling? Mereka cocok gak?" Lingga melihat kearah yang Nuga maksud, "Enggak!" jawab nya kemudian. "Lah kok mukamu kayak orang cemburu gitu sih Ling, aku curiga pasti kamu beneran suka deh sama Dewi iya kan ngaku aja deh, kalau emang suka buruan ungkapin sana keburu mereka jadian." saran Nuga. Tidak untuk saat ini, Lingga masih belum akan mengungkapkan perasaan nya pada Dewi, lebih baik cewek itu tidak tau. "Biarin mereka jadian apa urusan nya sama aku justru bagus kalau mereka jadian biar aku minta pajak jadian dari Dewi." kekeh Lingga. Nuga menggeleng pelan. "Mau sampai kapan kamu gangguin Dewi mulu, pantes aja tuh cewek tiap kali liat kamu mukanya langsung judes begitu." ucap Nuga tepat setelah ucapannya berhenti Dewi menoleh kearahnya, tebakan Nuga benar tatapan Dewi langsung berubah saat melihat Lingga. Nuga tertawa pelan. "Kalau kalian di jadiin serial kartun paling cocok jadi tom jerry terus aku bakalan jadi penonton setianya." cibir Nuga. Lingga menoyor kepala Nuga. "TV mu bakalan aku gigit kabelnya biar gak bisa kamu tonton." "Emang kamu tikus." "Kamu bilang tom jerry, ya aku yang jadi tikus aja yang selalu menang." kata Lingga dengan santainya. "Terserah elu dah, yang waras ngalah." Nuga tertawa pelan dan langsung di hadiahi tinjuan oleh Lingga di lengan Nuga. Dewi dari tempatnya kembali berbicara dengan Naren, tatapan ketika ia menatap Nuga dan Naren jelas sangat berbeda. "Entar sore mau jalan-jalan keluar gak aku dengar ada kafe baru buka yang tempatnya kece." "Boleh tuh langsung pulang sekolah nanti atau gimana?" jawab Dewi. "Aku antar kamu pulang dulu nanti baru keluar sekalian ketemu sama mama kamu." Dewi meringis tipis, bertemu mama Nita? Ya emang Naren bukan pertama kali datang kerumah Dewi, tapi saat itu Dewi belum memiliki status lebih dari seorang pelajar lalu jika sekarang Naren datang kerumah dan bertemu mama Nita takutnya mama Nita akan mengatakan hubungan Dewi dengan Lingga, Dewi tidak mau Naren mengetahuinya sekarang. "Kenapa kok diem?" "Langsung pulang sekolah aja ya soalnya mama juga lagi gak dirumah." kata Dewi berbohong. "Em oke deh jadi nanti pulangnya bareng ya." Dewi mengangguk setelah itu Naren keluar dari area lapangan. "Ciee... yang mau ngedate." ujar Nuga menggoda Dewi. Dewi mengedipkan sebelah matanya setelah itu berjalan mengikuti arah keluar Naren barusan dengan wajah malu-malu. Lingga berdecih kemudian meneguk air mineralnya lagi baru keluar dari area lapangan juga di ikuti Nuga dibelakang. ____ Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN