Ch.5 (21+) Keraguan

886 Kata
Kedua tangan Damien merayap naik menyentuh dua bongkahan indah di d**a Lily, memberi remasan kuat, dan jari yang sekali-kali sengaja memainkan dua pucuknya. Mulut Lily meracau tak karauan, desahannya terdengar semakin kuat, hal itu membuat Damien semakin b*******h, begitu Damien mengisap kuat klit Lily, tubuh recepsionis cantik itu kembali bergetar hebat, menjambak rambut Damien dengan kuat, disertai lenguhan panjang yang tak kalah kuatnya. Lily kembali mencapai puncak, dengan skala yang jauh lebih nikmat dari yang pertama. Damien tersenyum puas, mengecup pelan bibir bawah Lily lalu mengarahkan wajahnya sejajar dengan wajah Lily, dia menikmati wajah Lily yang tersenyum puas, lalu mendaratkan ciumannya di bibir Lily, saling melumat penuh nafsu, di sertai suara nafas yang kian memburu. Sambil saling melumat, Damien perlahan membuka celananya, dari balik boxer hitam miliknya terpampang cetakan milik Damien yang sedari tadi seakan sudah meronta minta di keluarkan. Tangan Lily gemetar saat dia menjangkau untuk menyentuh cetakan kejantanan Damien yang masih berada di balik boxer hitam Damien, perlahan dia mengeluarkan kejantanan sang Presdir. Matanya membelalak terkejut begitu senajata yang di penuhi urat itu keluar, ukurannya yang besar membuat Lily tersenyum nakal menatap Damien. Damien mendesah pelan saat Lily melingkarkan jari-jarinya di miliknya. Mata Damien terpaku menatap wajah cantik Lily. Tanpa ragu Lily memasukkan kejantanan Damien ke dalam mulutnya. Damien mengerang nikmat saat Lily mulai menghisap dan memutar lidahnya di sekitar milik Damien yang berdenyut. Damien menutup matanya, menikmati sensasi... sungguh nikmat. Meski merasakan ketegangan meningkat di dalam dirinya, Damien berusaha menahan agar momen ini tidak berakhir terlalu cepat. Dia ingin menikmati setiap detik, tenggelam dalam sensasi nikmat yang di lakukan oleh Lily. Damien mengerang pelan, dia menutup matanya merasakan kenikmatan yang begitu kuat hingga terasa menyebar ke seluruh tubuhnya. Damien yang tidak tahan lagi mencabut miliknya dari mulut Lily, dia lalu meraih tubuh Lily dan merebahkan tubuh resepsionis cantik itu di tempat tidur, “Aku tidak dapat lagi menahannya, Lily.” Lily tersenyum dan mengangguk, ia mengerti dengan membuka kedua kakinya, memperlihatkan bibir bawahnya yang telah basah. Damien meneguk salivanya, tak bisa menahan, kagum melihat gundukan indah berbulu tipis milik Lily, terlihat begitu cantik dan sangat menggoda, membuat kejantanannya berdenyut keras. Pria tampan itu memposisikan dirinya di antara kedua kaki Lily, dan melesakkan masuk miliknya. Desahan Lily bercampur erangan kuat memenuhi ruangan, “Oh! Pak... Euhmmm.” Tangannya meremas selimut, kuku-kukunya mencuat ke dalam kain saat milik Damien mendorong masuk dan menghantam inti kenikmatannya berulang kali. Ritme gerakan tubuh mereka sempurna, setiap pergerakan menjadi bukti dari hasrat mereka satu sama lain. Pinggulnya naik untuk menyambut setiap dorongan dan hentakan kuat yang Damien lancarkan, napas resepsionis cantik itu terengah-engah, dia berada dalam puncak kenikmatan. Damien mengerang, merasa nikmat di tiap gerakannya. Dia menahan pelepasan yang hampir saja terjadi, presdir tampan itu ingin menikmati pertarungan ini lebih lama, menikmati setiap detik dari hubungan panas mereka. Predir tampan itu memperlambat gerakannya, sengaja menggoda Lily agar mendapatkan kenikmatan lainnya, merasakan panas yang memanjakan kejantanannya. Mata mereka bertemu, Lily tersenyum sambil menggigit bibir bawahnya, pipinya memerah dan bibirnya terbuka dalam desahan. “Cantik...” gumam Damien dan melumat bibir Lily dengan intim, kemudian mengubah posisi pinggulnya, mengubah poisisi, mencari titik di dalam kenikmatan resepsionisnya itu, dia lalu menghujam kejantanannya dengan kasar, menciptakan suara tabrakan basah yang sontak membuat pinggul Lily terangkat dengan mulut merintih kenikmatan merasakan miliknya terhantam begitu kuat tapi nikmat. “Oh sial! Ini sangat nikmat!” geram Damien dalam hati. Bongkahan indah di d**a Lily berguncang hebat setiap Damien menabrak tubuhnya, pucuknya mengeras dan semakin sensitif, Damien terhipnotis oleh kedua bongkahan itu, sambil tetap memompa tubuh Lily, kepalanya meluncur menuju kedua bongkahan itu, memasukkan salah satu pucuk ke dalam mulutnya. Tiba-tiba Damien merasakan remasan dari Lily yang semakin kuat disertai gerakan pinggul yang terangkat, nafas dan desahan Lily semakin kuat, Damien menyadari tanda itu, dia menghujam milik Lily lebih cepat dan lebih dalam, mengubur semua miliknya di dalam sana. Tubuh Lily bergetar hebat, pinggulnya meronta, Damien menikmati setiap remasan kuat yang dia rasakan di senjatanya, Lily mencapai puncak untuk ketiga kalinya, pemadangan itu membuat gairah Damien meledak-ledak, dia tak memberi waktu bagi Lily berisitirahat, pinggulnya bergerak makin cepat, dan erangan kuat dan panjang terdengar dari mulutnya. Disertai hentakan-hentakan kecil saat cairan kenikmatannya menyembur di dalam tubuh Lily. Tubuh mereka ambruk bersamaan, kulit yang basah oleh keringat melekat satu sama lain. Lily menyelipkan kepalanya di leher pria itu, napasnya terengah-engah, dia memeluk erat tubuh Damien, mengatur nafasnya setelah pertempuran panas mereka dan berbisik parau, “Anda sangat luar biasa, Pak.” Dengan napas yang masih terengah-engah dan perasaan yang tercampur aduk, Damien dan Lily beristirahat sejenak di atas tempat tidur, tubuh mereka saling berpelukan dalam kehangatan. Namun, meskipun suasana terasa intim, ada ketegangan yang menggelayuti pikiran Damien. Perasaan bersalah mulai menyelimuti pikiran Damien. Dia merasa ragu tentang segala sesuatu yang telah terjadi di antara mereka. Meskipun dia menikmati setiap momen, ada suatu hal yang membuatnya merasa tidak nyaman. Sementara Damien masih dalam lamunan, perlahan Lily bangkit dari tempat tidur. Dia mengusap lembut lengan Damien sebelum berdiri di samping tempat tidur. Dengan lembut, Lily meminta izin kepada Sang Predir untuk pergi ke kamar mandi membersihkan diri. Damien tersenyum lembut, mencoba menyembunyikan kebingungannya di balik senyuman itu. Dia mengangguk perlahan, ketika pintu kamar mandi tertutup rapat, Damien duduk di tepi tempat tidur, mengusap wajahnya dengan tangan gemetar. “Hah… sialan… apa yang sudah aku lakukan,” gumam Damien. Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN