Ch.1 Damien D'Arcy
“Hah... katanya cuma sebentar, ini sudah hampir sepuluh menit, di mana lagi si Tyler itu,” keluh Damien. Ia menghela napas panjang, sedikit kesal karena harus menunggu Tyler yang tak kunjung muncul. Ia menyandarkan tubuhnya di kursi VVIP di Purple Swan Bar, milik sahabatnya itu. Sudah hampir sepuluh menit berlalu sejak Tyler berjanji akan segera menemuinya, tapi pria itu masih belum menampakkan batang hidungnya.
Merasa jengah, Damien pun memutuskan untuk bangkit dari duduknya. Iris matanya menjelajahi seluruh penjuru ruangan, mencari-cari keberadaan salah seorang karyawan bar. Tak lama kemudian, pandangannya tertuju pada seorang pria yang mengenakan seragam karyawan bar itu. Dengan cepat, Damien melambaikan tangan memanggil pria itu.
Pria itu pun segera menghampiri Damien, senyum ramah terkembang di wajahnya. "Apa yang bisa saya bantu, Tuan?" tanyanya dengan sopan.
"Aku mencari Tyler," ujar Damien to the point.
Pelayan itu mengangguk paham. "Pak Tyler biasanya berada di ruang kerjanya di lantai dua. Mari aku antar Tuan," tawarnya, lalu berbalik dan berjalan menuju tangga.
Damien mengikuti pelayan itu, menaiki anak tangga satu per satu. Sesampainya di lantai dua, pria itu langsung menunjuk pintu ruangan Tyler yang terletak di bagian ujung.
“Itu ruangan Pak Tyler,” ucap pria itu sopan.
"Terima kasih atas bantuannya," balas Damien yang lalu berjalan menghampiri ruangan yang pria tadi tunjuk.
Tok! Tok! “Tyler!”
Damien mengetuk pintu beberapa kali sambil memanggil nama Tyler, namun tak mendapat jawaban.
Karena tak kunjung mendapatkan jawaban, Damien langsung saja membuka pintu ruang kerja Tyler, matanya sontak membelalak terkejut mendapati Tyler sedang mengukung Miranda diatas meja, yang merupakan salah satu karyawan wanita yang bekerja di bar itu.
Pakaian mereka berdua berserakan di lantai, Tyler dan Miranda bercinta tanpa mengenakan sehelai benang pun. Kaki Miranda yang putih dan jenjang melingkar di tubuh Tyler, suara Miranda membaur dengan lantunan musik Jazz yang memenuhi ruang kerja Tyler.
Damien diam membatu, sangat terkejut dengan apa yang dia saksikan saat ini, Tyler menyeringai sambil terus menghujam tubuh Miranda, “Maaf Damien, sepertinya kamu datang terlalu awal," katanya santai, jelas menikmati keterkejutan di wajah Damien.
Miranda yang sudah menyadari kehadiran Damien langsung memalingkan wajahnya karena malu, pipinya memerah. Milik Tyler yang masih terkubur jauh di dalam dirinya menyebabkan dia terkesiap dan menggeliat di bawah hentakan tanpa henti.
“Jadi ada perlu apa kamu mencariku, Bro?” Tanya Tyler santai tanpa menghentikan aktifitasnya.
Damien terdiam tak menjawab pertanyaan Tyler, matanya tertuju pada tubuh indah Miranda yang terekspos. Reaksi Damien yang diam membatu membuat Tyler tertawa dan mengulang pertanyaannya.
“Hey Bro, Jadi ada perlu apa kamu mencariku?”
Wajah Damien memerah, dia menunduk dan memalingkan wajahnya, “Po… ponselku,” jawab Damien yang memang sebelumnya meminta Tyler untuk mengisi daya ponselnya yang lowbat, namun sahabatnya itu tidak kunjung kembali.
Tyler yang masih menghujam tubuh Miranda tersenyum nakal melihat reaksi Damien, dia menunjuk ponsel Damien yang sedang di charging di bagian sudut ruang kerjanya.
Damien mengangguk paham, dia berjalan melewati Tyler.
Suara rintihan Miranda semakin kuat terdengar, membangkitkan gairah Damien yang juga lelaki normal.
"Berengsek Tyler, kamu masih belum berubah," gumam Damien yang bergegas meraih ponselnya. Dia ingin segera meninggalkan ruangan yang telah menciptakan situasi aneh seperti ini.
Tyler tertawa pelan, "Hei Damien, bukan hanya aku yang tidak berubah setelah 5 tahun tak bertemu, sepertinya kamu juga masih belum berubah, masih seperti bocah polos yang tidak mampu melihat adegan seperti ini," ucap Tyler menyindir sekaligus menantang Damien.
Provokasi yang Tyler lemparkan terbukti efektif, Damien yang tadinya hendak langsung pergi setelah mengambil ponselnya, memutuskan duduk di sofa, dia berusaha bersikap biasa saja, untuk membuktikan ke Tyler jika dia tidak masalah dengan hal seperti ini.
“Nah… i… ini baru Damien Versi tangguh,” ucap Tyler yang mempercepat gerakan pinggulnya.
Damien duduk di sofa, jantungnya berdebar kencang sambil menatap layar ponselnya dengan tangan gemetar. Di depannya, Tyler terus menikmati tubuh Miranda, menyebabkan wanita cantik itu terus menggeliat. Suara erangan mereka memenuhi ruangan, bercampur dengan gairah Damien yang semakin besar.
“Ayolah Bro, lihat kesini, bukankah Miranda terlihat semakin cantik dengan tubuh yang berkeringat seperti ini?” Tantang Tyler yang tak henti-hentinya menggoda Damien.
Damien menjawab tantangan Tyler, dia kini menatap Tyler dan Miranda yang sedang bercinta.
“Akh! Bukankah Miranda sangat cantik?” tanya Tyler di selingi desahan kuat yang keluar dari mulutnya.
Gluk!
Damien mengangguk pelan, tubuh indah Miranda yang berguncang hebat seakan menghipnotis matanya.
Damien D’Arcy, adalah seorang pria tampan berusia 28 tahun, terlahir dari keluarga kaya raya di Kanada. Ayahnya, Julian D’Arcy, merupakan pengusaha sukses di dunia perminyakan, sedangkan ibunya, Carol D’Arcy, dikenal sebagai pengusaha property terkemuka di Kanada. Pilihan besar menghadang Damien ketika ia lulus kuliah pada usia 21 tahun. Ayahnya menawarkan dua jalur kepadanya: bergabung dalam kerajaan bisnis keluarga atau membangun jalannya sendiri. Tertarik dengan dunia perhotelan, Damien memutuskan untuk membangun bisnisnya sendiri.
Dengan modal besar dan koneksi dari sang ayah, Damien merintis perjalanannya di dunia perhotelan. Diamond Rose Hotel, adalah nama hotel bintang lima pertamanya di Kanada, lahir berkat visi dan dedikasi tinggi Damien. Bakat bisnisnya, yang diwarisi dari ayah dan ibunya, membawa keberhasilan pesat. Dalam waktu tujuh tahun, Diamond Rose Hotel telah berkembang dan membuka cabang di beberapa negara.
Tyler semakin liar menikmati tubuh indah wanita cantik itu, Miranda sendiri pasrah dengan apa yang Bosnya itu lakukan, menikmati setiap permainan nikmat dari Bos tampannya itu.
Pikiran Miranda menjerit minta dilepaskan, tapi kenikmatan dari setiap gerakan Tyler membuatnya ingin lebih.
Dia menggigit bibirnya untuk menahan rintihannya, wajah cantiknya yang sedang merasakan nikmat di setiap nadinya menjadi tontonan Damien yang perlahan melonggarkan dasi miliknya.
Tyler tersenyum puas, menikmati lenguhan panjang Miranda yang menandakan mencapai puncak kenikmatan.
Damien menarik nafas panjang, ini pertama kalinya dia melihat wanita mencapai klimaks, gairahnya meningkat drastis, menikmati wajah cantik Miranda, dan juga tubuh indah Miranda yang terlihat basah karena pertempuran panas yang terjadi.
Tyler semakin b*******h hingga ia pun mencapai puncak kenikmatan. Pria tampan itu menarik nafas panjang, tersenyum puas menatap wajah nakal Miranda yang mendongak menatap balik dirinya.
Damien yang melihat hal itu membuat dirinya bertanya-tanya, “Kenapa wanita itu malah terlihat bahagia? Bukankah Tyler baru saja memaksanya berhubungan badan?” batin Damien.
“Pak Tyler, sebentar lagi anda harus bertemu dengan Tuan Smith, bukankah hari ini anda sudah janji bertemu dengannya?” Tiba-tiba seorang wanita cantik mengenakan blouse putih dan rok pendek berwarna biru masuk ke dalam ruangan. Memberitahu jadwal Tyler hari ini.
“Terima kasih Anna,” jawab Tyler sembari menyerahkan beberapa lembar tisu kepada Miranda.
Tyler melompat turun dari meja, dia lalu menghampiri Anna yang terlihat biasa saja dengan pemandangan itu.
Tyler melingkarkan lengannya di pinggul Anna, dia lalu mencium bibir Anna dengan ganas.
Hal itu membuat Damien kembali tercengang, bagaimana mungkin hal seperti ini bisa terjadi pikirnya.
Hal yang membuat Damien semakin heran, karena Anna bukannya marah, malah membalas ciuman Tyler. Sementara diatas meja, Miranda terlihat santai membersihkan bibirnya dengan tisu yang di berikan Tyler tadi.
“Astaga… bagaimana bisa ini terjadi?” batin Damien dengan gairah yang kembali meningkat.
Bersambung...