Abah Kosim sebenarnya ingin menyusul putranya yang baru saja berangkat. Ada sesuatu yang mengganjal pikirannya. Entah mengapa ia seolah berhalusinasi jika anaknya tadi berangkat diikuti sosok asing di belkangbya. Mereka nampak berlima bukan berempat. Ada pria tinggi besar yang berjalan di belakang mereka. Namun ia tak bisa menyusul karena mereka sudah menjauh. Pikirannya menjadi tak tenang. Siapa gerangan sosok tak dikenal itu? Ia tak pernah melihatnya. Itu bukan halusinasi, ia yakin itu benar-benar nyata. Ingin rasanya ia berbagi keanehan ini dan bertanya kepada panitia, namun ia tak memiliki keberanian. Ia khawatir malah membuat kegaduhan. Saat tengah asyik dengan pikirannya. Bahunya ada yang memukul pelan. Tentu saja pria berkemeja batik itu terkejut. "Eh, Mbah Anta! Membuat sa