Begitu mendengar semua yang dituturkan Tony melalui panggilan suara tadi, sesegera mungkin Daniel bergegas meluncur ke lokasi yang dikirimkan. Melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Tony memberinya kabar, kalau ia baru saja mendapat laporan ada penemuan mayat. Begitu Daniel tiba di lokasi, ternyata tim medis sudah lebih dulu tiba dan segera mengeksekusi sang korban.
"Apa kau Mr. D?" Sapa seorang lelaki berbalut setelan forman dengan sarung tangan karet merekat pada kedua tangannya.
"Aku Tony, yang meneleponmu tadi." Ucapnya memperkenalkan diri.
Daniel menganggukkan kepalanya, sembari menyaksikan tim medis yang menggotong tubuh korban untuk masuk ke dalam mobil.
"Bagaimana kronologisnya?" Tanya Daniel.
"Aku mendapat panggilan telepon secara tiba-tiba yang melaporkan kalau ada temuan mayat. Lalu aku segera ke lokasi dan benar saja, kondisinya sangat parah," tutur Tony.
"Sangat parah?"
Tony menangguk, "Tubuhnya berlumuran darah. Ada beberapa luka tusuk, tapi tidak ada tanda-tanda perlawanan dari korban,"
Daniel nampak berpikir sejenak, kemudian mengedarkan pandangannya berusaha menemukan sosok yang ia cari.
"Willy dimana?"
.
.
.
.
.
"Aku di rumah sakit, Daniel! Tadi aku mendapat telepon kalau ada korban pembunuhan, aku harus segera memeriksanya." Kata Ben melalui panggilan suaranya, kini ia tengah berjalan dengan sangat tergesa di lobby rumah sakit.
"Dokter Ben? Di sebelah sini!" Kata seorang perawat yang menunjukkan jalan kepada Ben.
Kemudian Ben segera mengambil peralatannya. Dengan berbalut jas putih ia mulai mengenakan masker bedah dan merekatkan sarung tangan karet di kedua tangannya. Mulai menyingkap kain yang menutupi jasad korban, dan melakukan pemeriksaan sedetail mungkin.
Sementara di luar, Tony baru saja tiba di rumah sakit untuk mendengar langsung penuturan dari dokter tentang korban tersebut.
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Ben, dokter yang bertugas memeriksa pun keluar dari ruangannya, dengan segera Tony mengambil langkah untuk menemuinya.
"Permisi, dokter!" Sapa Tony, seraya menunjukkan kartu pengenalnya yang menyatakan kalau dirinya anggota intelejen swasta.
"Ah! Setelah aku periksa, korban mengalami penyerangan tapi anehnya dia tidak melakukan perlawanan. Kurasa... Si pelaku memang telah merencanakan penyerangan ini, terlihat dari luka di wajah korban yang memang sengaja dibuat. Untuk mengetahuinya lebih lanjut mungkin aku akan segera menjalankan prosedur autopsi," Jelas Ben
"Dan ini..." Ben menyerahkan sebuah kertas yang sudah sangat lusuh kepada Tony, ia menemukannya pada saku celana korban.
"Sepertinya korban baru saja melakukan reservasi hotel, aku menemukan ini pada saku celananya."
Daniel masih berada di lokasi kejadian. Imajinasinya berusaha mereka adegan penyerengan itu. Namun, ia tidak menemukan bercak darah di sekitaran lokasi. Bukankah seharusnya jika terjadi penyerangan otomatis akan ada bercak darah dimana-mana. Tapi anehnya, di lokasi tidak tampak sama sekali bekas-bekas penyerangan tersebut. Bahkan, Daniel juga mengajukan beberapa pertanyaan dari warga yang tinggal di sekitar, mereka mengatakan kalau mereka sama sekali tidak mendengar kebisingan atau ribut-ribut orang kelahi. Daniel pun menyusuri jalanan yang cukup gelap itu. Berharap ada cctv yang bisa membantunya memudahkan penyelidikan.
Di seberang lokasi ditemukannya mayat, ada sebuah toko yang terdapat cctv di depan pintunya. Tanpa membuang waktu lagi, Daniel berusaha mencari tau sang pemilik toko melalui warga sekitar, beruntung tempat tinggalnya tidak begitu jauh.
"Selamat malam, pak! Maaf menganggu." Sapa Daniel kepada lelaki tua yang rambutnya sudah memutih.
"Malam, cari siapa?" Kata lekaki tua itu, Daniel pun segera menunjukkan kartu pengenalnya. Dengan susah payah hingga mentipitkan mstanya si lelaki itu membaca kartu pengenal milik Daniel.
"Silakan masuk!" Katanya.
"Tidak perlu repot-repot, pak! Saya hanya sebentar."
Langsung saja Daniel menuturkan kronologis kejadiannya, dan menuturkan apa maksud dari kedatangannya kemari.
"... Jadi bisakah saya melakukan pemeriksaan cctv yang ada di depa toko bapak?"
"Sebenarnya... Cctv saya itu mengarah ke arah pintu saja, untuk megetahui siapa saja yang datang ke toko. Tapi, saya tetap kan memberikannya barangkali bisa membantu. Sebentar saya beri salinannya dulu." Lelaki itu kemudian memasuki kediamannya. Sementara Daniel tetap menunggunya di ambang pintu.
Membutuhkan waktu selama beberapa menit untuk lelaki itu kembali menghampiri Daniel dengan usb di genggamannya.
"Ini..." Katanya sembari menyerahkan usb tersebut, "kalau tidak salah, di ujung jalan ada sebuah cctv yang sengaja di pasang oleh pengurus setempat. Kau mungkin bisa memeriksanya juga," ucap lelaki itu.
"Di ujung jalan? Baik, terima kasih, pak! Terima kasih banyak! Maaf sudah mengganggu waktunya, selamat beristirahat!" Pamit Daniel dan segera meninggalkan kediaman lelaki pemilik toko itu. Sebelum kembali melanjutkan penyelidikan, Daniel melirik arloji di tangan kirinya. Ini sudah terlalu larut, mungkin sebaiknya ia melanjutkan penyelidikan esok pagi.
Daniel segera kembali ke mobilnya, dan melaju dengan kecepatan penuh menuju ke kediamannya. Tak butuh waktu lama sebab jalanan sudah cukup lenggang. Begitu Daniel hendak memasuki huniannya, lagi-lagi pintu tetangga sebelahnya itu dalam kondisi sedikit terbuka. Pikir Daniel ini sudah benar-benar aneh, masalahnya sekarang sudah hampir tengah malam tapi kenapa pemilik membiarkan pintunya tetap terbuka sedikit seperti itu? Tak ingin mengurusi yang bukan urusannya, Daniel pun segera masuk ke kediamannya sendiri untuk melanjutkan pekerjaannya.
"Pasti kau sangat sibuk sekarang, Daniel!" Ucap seseorang dari balik pintu yang sedikit terbuka itu kala Daniel sudah terlihat memasuki kediamannya.
Begitu Daniel baru menginjakan kaki di ruang kerjanya, ponsel yang dikhususkannya untuk urusan bisnis itu berdering.
'Mr. D? Aku Tony, aku menemukan sesuatu mengenai korban mohon segera periksa pesan bergambar yang kukirim!'
Begitu kata si penelepon. Tanpa menanggapinya lagi, Daniel segera memutus panggilan tersebut dan segera memeriksa pesan bergambar seperti yang dikatakan Tony barusan.
"MGM Grand Hotel..." Gumam Daniel sembari memeriksa gambar berisi potret kertas lusuh yang dikirimkan Tony.
Daniel segera mengetikkan sesuatu pada ponselnya yang satu itu. Mengirimkan sebuah pesan singkat kepada Tony.
'Segera cari tau identitas korban.'
Setelah menghubungkan USB pada komputernya, Daniel mulai berkutat menyaksikan salinan cctv yang didapatnya itu. Benar saja, setelah berkali-kali ia telaah, salinan cctv tersebut hanya menunjukkan aktifitas di depan toko, bukan di seberangnya.
Tiba-tiba ada satu nama yang mengusik pikiran Daniel, Willy. Ini bukan seperti Willy yang ia kenal, kenapa dia bisa diam saja saat ada kasus baru seperti ini? Daniel meraih ponsel pribadi dari dalam sakunya. Menggulir kontaknya sampai menemukan nama yang ia cari dan menghubungkannya pada panggilan suara.
Hanya nada sambung yang ia dapatkan, tak ada jawaban sama sekali. Namun, Daniel tak berhenti disitu. Ia mencoba menghubunginya sekali lagi, dan tetap sama, ia tak mendapatkan jawaban. Malah ponsel bisnisnya yang kedapatan panggilan masuk. Mau tidak mau Daniel menghentikan usahanya untuk menghubungi Willy dan menjawab panggilan masuk dari ponselnya yang lain itu.
'Mr. D? Apa kau sudah berhasil menemukan sesuatu?' mendapat lemparan pertanyaan seperti itu Daniel pun hanya mampu mengusap wajahnya. Sial, hampir saja ia lupa kalau ada kasus lain yang sedang ia tangani, panggilan masuk itu dari ketua tim yang tengah mengusut pembunuhan di museum.
"Ah... Itu... Masih dalam proses. Aku masih memeriksanya," kata Daniel.
'baiklah, aku juga masih berusaha. Kalau begitu, maaf sudah mengganggu waktumu.'
Daniel hanya berdehem dan segera menutup ponselnya. Latas ia segera meraih berkas berisi data tentang kasus yang satu itu. Sembari membaca lembaran data yang terduga pelaku, Daniel juga mengoperasikan komputernya untuk berselancar mengulik informasi dari koneksinya yang begitu luas. Untuk mencari tau lebih detail lagi tentangnya. Sepertinya malam ini akan menjadi malam panjang bagi Daniel untuk berkelut dengan semua tugasnya.
Benar saja. Menurut informasi yang Daniel perileh ternyata pada jam dan hari dimana insiden itu terjadi, si terduga pelaku itu sedang berada di luar negeri. Melihat kalau terduga pelaku tersebut bukan lah orang biasa-biasa saja, seorang pengusaha yang senang bermain di dalam pasar saham sudah pasti dirinya punya pengaruh yang cukup besar dan memiliki kaki tangan untuk menjalankan aksinya. Kebetulan, oleh sebab Daniel pun bukan seseorang yang biasa-biasa saja, tentunya Daniel punya banyak koneksi orang yang tak kalah berpengaruh untuk memudahkan pekerjaannya. Ia meraih salah satu ponselnya, mencoba menghubungi seseorang yang ia kenal.
"Selamat malam, pak! Aku Mr. D, sepertinya kau masih punya hutang yang mesti dibayarkan padaku!"