Setelah mendengar penjelasan Jackson tadi, Nick terus pergi menemui Cristal di kamar tawanan.
Dia ingin melihat wajah yang kata Jackson adik kepada Dylan, dan benarkah dia mirip Dylan seperti yang di katakan Abigail.
Nick melihat gadis itu sedang terduduk di atas ranjang sambil memandang ketakutan kearahnya.
Dan Cristal sangat mengingat wajah pria itu, salah satu yang ada di rumah lama mereka waktu itu.
Dia benar benar mirip Dylan, Dylan harus tahu ini. Fikir Nick dan bergegas keluar dari kamar itu.
Semantara itu Cristal yang di tinggal begitu saja merasa lega, dan bingung bersamaan.
***
" Morning.." Kata Dylan sambil memandang Sarah yang baru bangun.
Sarah hanya mengangguk kaku, lalu menarik selimut, karena gadis itu masih dalam keadaan polos.
" Ayo mandi bersama.." pria itu sedikit menunduk dan mencium kening wanita itu.
Detik kemudian mengusap kepala Sarah yang rambutnya masih berantakan.
Untuk seketika Sarah lupa siapa pria di depannya itu, tanpa dia sadar hatinya menghangat mendapatkan sentuhan lembut itu.
" Aku ingin mengatakan sesuatu padamu.." kata pria itu lagi. " Apa kamu ada sesuatu juga yang ingin kamu katakan, atau mungkin sesuatu yang kamu sembunyikan.."
Mendengar pertanyaan itu, Sarah tersentak kaget, apakah pria itu mengetahui sesuatu? Atau Dylan sudah tahu kalau dia sedang mengandung? Bagaimana ini? Apa pria itu akan membunuhnya hari ini?
Dylan memandang tangan wanita itu yang sedang memegang erat hujung selimut, wajahnya juga mendadak pucat.
Pria itu tersenyum sinis, dan Sarah menyadarinya.
Gadis itu terus menggelengkan kepala, tidak! Dia tak mau mati dengan mengenaskan di tangan Dylan.
Tanpa sadar airmata mengalir di kedua pipi Sarah.
Dia mundur perlahan, Dylan yang sadar gerakan gadis itu, terus menarik selimut dari tubuh Sarah.
" Aarh.!"
Dylan menulikan telinga mendengar teriakan Sarah, karena saat ini fokus kedua matanya hanya pada tubuh polos gadis itu, yang di nikmatinya semalaman.
" Tuan, Jangan lagi.." kata Sarah saat melihat tatapan m***m pria itu
Dylan tak berkata apa apa, terus saja menarik lengan gadis di iringi teriakan ketakutan Sarah.
" Diam.." geram Dylan karena Sarah berteriak histeris meminta di lepaskan.
" Sttt.. diam.." pria itu berkata dengan lembut, namun percayalah kata kata itu cukup memberi tanda peringatan.
Sarah membungkam mulutnya dengan kedua tangannya, tetapi bahu gadis itu masih bergetar menahan tangisan.
" Good girl.." perlahan Dylan mengangkat tubuh Sarah dan dengan enteng membawanya ke kamar mandi.
Sesampai di kamar mandi, Dylan sedikit menundukkan tubuh, lalu menurunkan tubuh Sarah dalam bathtub.
" Tuan.." gumam Sarah seakan tak percaya, dia merasakan air hangat dalam bathtub itu, rasa pegal dan lelah karena semalaman pria itu menghajarnya dengan kenikmatan hilang entah kemana.
" Ya sayang.." jawab Dylan sambil melepaskan handuknya lalu di buang dengan asal.
Gadis itu memalingkan wajahnya melihat tubuh polos pria itu.
Dylan tersenyum kecil, lalu ikut masuk ke dalam bathtub.
" Kemari.." kata Dylan sambil menarik pelan lengan Sarah. " Jangan membuatku marah.." lanjutnya penuh peringatan karena gadis itu hanya membatu.
Wajah cantik Sarah yang tadi sempat merasa tenang kini kembali ketakutan.
Dylan yang menyadari ketakutan gadis itu sedikit menyesal, lagi lagi dia membuat gadisnya ketakutan, dia memang kesulitan mengontrol emosinya setiap ada yang menolak keinginannya,
Tapi dia Sarah, Aku harus mencoba mengontrol emosiku saat bersamanya aku tak mungkin membuat dia terus ketakutan. Bisik hati pria itu.
" Ayo naik."
Sarah mengangguk lalu naik atas pangkuan pria itu.
Dia terdiam seketika, merasakan sesuatu yang mengganjal di bokongnya.
" Kamu cantik, saat lagi malu malu seperti ini.." bisik pria itu tepat di bibir gadis itu.
Sarah hanya diam membisu sambil memegang kedua bahu pria itu.
" Tatap aku, Sayang.." pinta Dylan sambil mendorong dagu gadis itu keatas.
Cukup lama kedua hanya berbalas pandang tanpa mengeluarkan kata.
Perlahan Dylan menarik tubuh gadis itu dan memeluknya dengan erat.
" Maafkan semua kesalahanku padamu, Quin Sarah.."
Deg!
Sarah gelagapan mendengar permintaan maaf pria itu, tapi kenapa terdengar ikhlas?
Dia menarik tubuhnya mau melepaskan diri, namun Dylan tak membiarkannya menjauh.
" Maaf, aku banyak buat kesalahan padamu."
Sarah masih tak bersuara, tetapi dia hanya diam, ia tak lagi meronta minta di lepaskan.
" hari ini aku ingin menceritakan sesuatu sama kamu, tapi sebelum itu apa kamu ada pertanyaan?"
Sarah masih terdiam, tak berani bersuara, dia takut pria itu hanya berpura pura.
" Katakan, aku janji akan menjawabnya.." pria itu berkata dengan sangat lembut sambil mengusap kepala Sarah.
Sarah menatap kedua mata pria itu mencari kebenaran di sana, tetapi sepertinya pria itu serius dengan ucapannya.
" Aku ingin bertanya.." gadis itu mula membuat suara, tetapi dia masih tampak gugup.
" Kenapa tuan menahan ku dan menyiksaku?"
Sarah memcoba meleraikan pelukan, tapi lagi lagi pria itu tak membiarkan.
" Aku salah faham.."
" Salah faham? Maksudnya?"
Dylan menghela nafas panjang dan mulai menceritakan dari awal menculik Sarah dan atas tujuannya apa menculik Sarah tanpa terkecuali.
Mendengar penjelasan pria itu tanpa terasa mata gadis itu berkaca kaca, antara marah dan ketakutan.
Ternyata mereka hanya salah culik, bagaimana bisa seorang mafia salah menangkap orang?
" Lepaskan!" Dengan sekuat tenaga Sarah menolak d**a pria itu menjauh, sehingga terlepas.
Dylan menatap tak percaya kearah gadis itu, terlihat Sarah memandangnya dengan penuh keberanian, inilah yang di takutkan Dylan, dia takut gadis itu akan marah besar padanya karena itu dari kemarin dia hanya mendiamkan diri tanpa mengungkit apapun.
" Aku membencimu.."
" Sayang dengarkan penjelasanku.."
Sarah menggelengkan kepala, dia tak mau mendengar apapun dari mulut pria itu.
" Tidak, tidak mau.. aku tidak mau mendengar apapun darimu.."
Sarah beranjak mau keluar dari bathtub, tetapi terus di tahan pria itu.
" Apapun alasannya aku mau kamu mendengarkan penjelasanku tanpa terkecuali.." pria itu tiba tiba berkata kasar di iringi tatapan tajamnya.
" Apapun alasannya kamu tetap salah sama aku.." ucap gadis itu sengit dengan bibirnya bergetar.
" Karena itu aku ingin kamu mau mendengarkan penjelasanku.." jawab Dylan tak kalah sengit.
Tanpa persetujuan gadis itu, Dylan menariknya kembali dalam pelukannya.
Memang terkesan egois namun itu saja caranya agar gadis itu tak pergi dari hidupnya.
Sarah menangis sampai sesenggukan dalam pelukan Dylan, dia benar benar marah, tapi kemarahannya itu tak di pedulikan Dylan.
Hingga tak lama kemudian, Sarah sudah lebih tenang.
" Rumah ini adalah rumah mendiang keluargaku.." kata Dylan mula menceritakan masa lalunya.
" Daddy, mommy, kedua kakak ku dan adik perempuanku mati terbunuh dalam rumah ini.."
Bibir pria itu bergetar menceritakan masa lalunya. " Hanya aku yang hidup.."
Sarah mendongak saat merasakan bahunya basah, Ya, pria itu sedang menangis.
" Maafkan aku, memang terdengar egois setelah aku menyiksamu selama ini, lalu aku memintamu untuk bertahan bersamaku.."
" Kamu bisa menghukumku, atau tak peduli denganku, tapi aku mohon jangan tinggalkan aku.."
" Kenapa?" Tanya gadis itu memberanikan diri. " Kenapa aku tak boleh pergi dari kamu, sedangkan aku bukan siapa siapa.."
Dylan tersenyum, Ya, dia sudah mengetahuinya jika Sarah dengan mengandung anaknya.
Lee menghubunginya tadi malam, dan bertanya tentang test pack itu fungsinya untuk apa.
" Aku hanya mau bertanya ini apa? Aku baru pertama kali melihat yang begini, aku melihatnya tadi di atas mejamu." Ucap pria itu sambil menunjukkan test pack itu di depan layar ponsel, karena mereka lagi video call.
Dylan yang juga tak mengetahui apa itu, bertanya pada Natasha.
Lalu wanita hamil itu menjawab dengan santai. " Itu test kehamilan.."
" Apa maksudnya ini hamil?" Tanya pria itu dengan polos.
" Kalau dua garis tandanya iya.." wanita itu masih berkata santai.
" Iya disini dua garis merah.." kata Lee sambil melihat test kehamilan itu dengan seksama.
" Sebentar itu punya siapa?" Tanya Natasha kemudian, Lee dan Dylan hanya diam hingga tak lama kemudian video call berakhir.
Semula Dylan enggan mempercayai jika itu milik Sarah, namun melihat rakaman cctv sebelumnya, dan melihat Sarah dan Kim di dalam kamarnya.
Dylan terus mempercayainya, lagi lagi Kim berbuat ulah.
" Dulu iya bukan siapa siapa tapi sekarang kamu adalah bahagian dari hidupku.."
Kedua mata gadis itu berkelip kelip lucu, tak faham! Apa maksud Dylan dengan bahagian dari hidupnya?
Melihat itu Dylan tertawa.
Lalu menarik tengkuk gadis itu dan menciumnya.
Sarah terkesiap kaget saat Dylan memegang dan mengusap perutnya yang masih rata.
" Aku berjanji akan menjadi daddy yang terbaik untuk anak kita.."
~ Bersambung ~