54. Semakin Rumit

1185 Kata
" Lan.." Lee berdiri di depan pintu kamar Dylan sambil mengetuk pintu kamar pria itu. " Dylan.." sekali lagi Lee mengetuk pintu kamar Dylan dengan lebih kuat. " Aku tahu kau didalam.." Lee membuka pintu itu dan menolaknya. " Kemana dia?" Kamar itu kosong dan ranjang juga tampak masih sangat rapi. Pria itu melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar itu, lalu tanpa menyentuh apapun disana di memperhatikan ranjang menuju ke meja di samping ranjang. " Apa itu?" Gumamnya sambil mengambil sesuatu yang tak pernah di lihat Lee sebelum ini — test kehamilan. Sebenarnya test kehamilan itu Kim yang meletakkan disana, tujuannya adalah agar Dylan bertambah serba salah pada Sarah. Apalagi wanita itu sudah pergi meninggalkan rumah. Namun sayangnya saat masuk di kamar itu, Dylan malah tak melihat testpack tersebut. Lee memutar tubuhnya sambil membawa alat test kehamilan itu, dia sangat penasaran apakah bendanya itu. Dia memandang kearah pintu yang sedikit tertutup lalu menyepitkan mata, sambil memperbaiki kaca mata putih di hidungnya. Di daun pintu itu kalau di perhatikan dengan teliti, terdapat camera tersembunyi disana, dan ukurannya sangat kecil. Semantara itu Dylan yang baru selesai dengan ritual panasnya, memeluk tubuh Sarah yang sudah terlelap karena lelah. Pria itu bergumam kesal, melihat lewat camera di kamarnya Lee sedang berdiri disana dan memandang kearah camera sambil tersenyum. Kemudian dia melihat Lee mengetik sesuatu di ponselnya. " Pasti mau menghubungiku.." gumam pria itu pelan karena tak mau mengganggu tidur Sarah. Dan benar saja, tak berselang lama ponselnya bergetar. " Ada apa?" Tanyanya setelah memperbaiki posisi tidur Sarah dan menyelimutinya, Dylan beranjak sedikit menjauhi Sarah, karena tak ingin tidur gadis itu terganggu. " Kau dimana? Aku dikamarmu sekarang.." " Lalu?" Lee menghela nafas sambil melihat kearah camera lagi, mendengar suara santai pria itu, Lee tahu Dylan sudah melihatnya disana. " Aku mau bilang sesuatu yang penting padamu, Lan.." " Aku tidak bisa melepaskan dia, Lee... Maaf!" Lee mengerutkan dahi. " Apa maksudmu?" " Aku tidak bisa melepaskan gadis itu, dia harus mati bersama ayahnya, bagaimana Jackson membunuh keluargaku, aku akan membalas setimpal bahkan lebih keji dari itu.." Tegas Dylan penuh dendam. Lee memijat pelipisnya, dia tahu tak mudah meyakinkan Dylan, apalagi sebelum ini dia dan Nick sudah pernah membuat kesilapan, dan itu pasti tak mudah bagi Dylan percaya lagi setelah ini, apapun alasannya nanti pasti Dylan akan menyangkalnya, dan akan memikirkan seribu kali untuk percaya lagi. " Kapan kau kembali.." tanya Lee mengalihkan bicara. " Ada yang ingin aku katakan, penting! Dan kau harus mendengarnya.." " Baiklah, asal kau tidak memintaku untuk melepaskan gadis itu, aku siap mendengarnya.." Sekali lagi pria itu berkata tegas dan dingin. Lee kehilangan kata kata mendengar ucapan tegas itu. " Sebaiknya aku kasih dia waktu.." gumam Lee sambil memasukkan ponsel dalam saku celananya *** Karena penasaran dengan kecurigaannya, Abigail kembali ke kamar tawanan sambil membawa selembar foto. Dia menatap foto itu dengan waktu cukup lama, lalu memandang Cristal yang sedang tertidur. Gadis itu memandang wajah Cristal dengan seksama. " Benar sama.." " Urgh.." tiba tiba Cristal terbangun dan melihat seseorang sedang terduduk di hujung kasur. Gadis itu automatik panik, dia bangun lalu mundur ke belakang. " Siapa nama kamu.." " Apa?" Tanya Cristal dengan suara serak. " Saya tidak suka mengulangi perkataan yang sama untuk kedua kalinya.." Cristal memandang Abigail terlebih dulu sebelum menjawab, Abigail dan Lee berbicara sama persis, dingin dan datar. " Cristal.." " Nama kamu yang sebenarnya.." tegas Abigail sambil memandang tajam kearah Cristal. " Flora.." Cristal menundukkan wajah karena tak berani berbalas pandang dengan Abigail. " Kenapa?" " Tidak, kenapa kamu mau berkerja di perusahaan kami, mau jadi mengintip disana.." " Tidak.." Cristal meremas jari jemarinya karena gugup. " Kenapa, Nona.." Abigail terdiam sambil menghulurkan foto itu kearah Cristal. " Menurut kamu apakah anak kecil di foto itu cantik.." Cristal yang di landa kebingungan menatap Abigail dengan alis berpaut, lalu memandang foto itu. " Ini kan.." gadis itu kembali memandang Abigail heran. " Kenapa foto saya bisa ada sama Nona.." Tanyanya semakin bingung. Semantara Abigail terdiam lagi, yang benar saja foto adik Dylan semasa kecil di akui Cristal adalah dirinya. Tanpa kata Abigail beranjak dan meninggalkan Cristal yang masih kebingungan. *** " Ini adalah adikku, Della.. aku mengambil foto ini, sehari sebelum kejadian itu.." kata Dylan, saat itu usianya baru lima belas tahun. Dan seperti biasa, setiap bercerita tentang keluarganya, Dylan pasti akan merasa sedih. " Ini kakak kamu.." tanya Abigail mengalihkan pembicaraan sambil menunjuk kearah foto seorang anak laki laki. " Iya.. dia Danny.." Dylan menjawab lirih sambil memasukkan album kembali dalam laci meja. " Woah.. cantik sekali.." Abigail mengambil foto yang ada di bawa album yang baru saja di angkat Dylan. " Ini aku simpan ya.." gadis berusia sebelas tahun itu memandang Dylan penuh permohonan. " Baiklah.." jawab Dylan karena tak tahan dengan binar mata itu yang sangat memohon. Abigail tersadar dari lamunannya lalu menggelengkan kepala, tidak mungkin! Tak lama kemudian ponselnya berbunyi. " Lee?" Gumamnya sambil mengangkat panggilan dari pria itu. " Ada apa?" " Nick masih di markas.." tanya Lee di sebarang sana. " Dia sudah kembali ke markas satu, ada apa.." " Okay.. aku akan ke sana.." kata Lee dan sudah hampir memutuskan talian. " Lee sebentar.." " Kenapa?" " Kamu menyukai gadis itu?" Lee terdiam, kemudian terdengar helahan nafas berat pria itu. " Ini tidak seperti yang kamu fikir.." " Lalu?" " Karena itu izinkan aku kesana, kamu jangan bilang siapa siapa.. ada yang ingin aku katakan sama kamu tentang Cristal, ah! Maksudku Flora.." Gadis itu terhenyak, kenapa sepertinya sangat serius. " Apa?" " Nanti saja ceritanya aku akan kesana sekarang.." *** " Kim.." panggil Brandon ketika melihat Kim yang sedang menuruni tangga sambil memakai jaketnya. " Ada apa pak tua.." jawab Kim dengan datar, sambil melangkah menuju ke pintu. " Tunggu.." Tanpa membalikkan tubuh, Kim menoleh ke belakang sambil mengangkat dagunya, tanda dia bertanya. " Salah satu teman kamu sudah mengetahui siapa gadis itu.." Kim tampak santai saja sambil tersenyum sinis. " Dylan tidak akan percaya begitu saja apalagi Lee pernah membuat kesalahan dulu atas kesilapan menangkap Sarah.." " Lalu bagaimana kalau Dylan mengenali wajah adiknya, dia belum pernah melihat wajah Flora, bukan.." Kim terdiam, sebenarnya itulah yang di takutkan Kim sejak dulu, Dylan belum pernah bertemu dengan Flora, dan bagaimana jika dia mengenalinya nanti? Karena pada dasarnya wajah Flora sangat mirip dengan Della semasa masih kecil. Lalu bagaimana sekarang apakah Dylan masih mengenali wajah adiknya yang sudah dewasa? " Biarlah itu menjadi urusanku pak tua, kau urus saja urusanmu sendiri.." Brandon mengepalkan tangan, Kim benar benar kurang ajar, namun dia harus sedikit bersabar, dia tak mau salah bicara. Apalagi bisnes gelapnya selama ini adalah pertolongan dari Kim, dia tak mau pria itu tarik diri dan membuat bisnes gelapnya dalam masalah nanti. " Dylan pasti akan memenggal kepalamu kalau sampai dia tahu kaulah punca dari semua masalah yang terjadi.." Setelah berkata begitu dia meninggalkan rumah itu, yang sebenarnya adalah miliknya juga. " Sialan.." Kim yang sudah keluar dari rumah itu, mendengar pelbagai benda yang di banting. Pasti pria tua itu sedang melepaskan kesalnya. Kim tersenyum sinis sambil memasuki mobilnya. " Aku harus kembali mengambil gelang itu.." Gumamnya dan meninggalkan rumah itu. ~ bersambung ~
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN