8. Permintaan Nadia.

1206 Kata
Sena menyusuri lorong Rumah Sakit sambil merasa seperti ada yang mencubit hatinya. Bukankah seharusnya dia merasa senang karena jika Rayhan memiliki seorang wanita disampingnya, tidak akan ada alasan lagi untuk terus mengganggunya? Tapi entah kenapa ada perasaan kosong di hati Sena membayangkan Rayhan tidak lagi datang untuk menawarinya tumpangan. Begitu sampai di pelataran Rumah Sakit, hujan turun dengan derasnya. Membuat Sena mendesah dengan lelah. Wanita itu kemudian mengambil ponselnya dan mencoba mengirim pesan pada Satria untuk meminta bantuan karena dia tahu bahwa kakaknya sedang ada pekerjaan penting. “Sat, udah keluar kerja belum? Bisa tolong jemput aku nggak? Soalnya hujan deras banget aku di Rumah Sakit. Hari ini kamu katanya bawa mobil kan?” Sena sedikit ragu menulisnya tapi kemudian dia nekad mengirimkan pesan itu untuk Satria. “Sorry banget Sen, aku lembur jadi gak bisa. Kamu naik taxy aja yah. Bawa uang nggak? Kalau nggak aku transfer.” Jawaban Satria membuat Sena mendesah. Kemudian memilih duduk di kursi dekat resepsionis menunggu hujan reda. Padahal hari semakin gelap dan dia takut gelap. Dia tidak suka naik kendaraan umum sendirian jika hari sudah malam. Semua orang yang dekat dengannya mengetahui itu, tapi sepertinya Satria lupa. “Hey, kok belum pulang?” Seorang wanita yang tadi berada di samping Rayhan tiba-tiba saja sudah duduk di samping Sena dan senyuman lebar sambil mengulurkan tangan mengajak berkenalan. Sena ikut tersenyum canggung sambil menanggapi. “Gue Nadia, sepupu Rayhan.” Ucap wanita itu membuat Sena ikut tersenyum dan entah kenapa mendengar kenyataan bahwa wanita itu adalah sepupu Rayhan membuat Sena merasakan perasaan rimgan di hatinya. Seolah ada beban yang terhempaskan. “Sena kak, iya lagi nunggu temen tapi kayaknya gak bisa jemput jadi nunggu hujan agak reda mau naik Taxi.” Ujar Sena jujur. “Gue heran Rayhan kayaknya dukun, dia bisa tahu kalau lo gak dijemput dan nyuruh gue datang ke sini.” Nadia mengucapkan itu sambil terkekeh. Sebenarnya Nadia masih ingin berlama-lama bercengkrama dengan berondong ganteng bernama Joe itu, tapi Nadia juga penasaran dengan Sena jadi dia berlari mengejar Sena dan benar ternyata gadis itu belum pulang. “Rayhan yang nyuruh?” Ujar Sena linglung. Nadia mengangguk sambil berdiri menarik Sena ikut berdiri juga. “Dia nyuruh gue nganterin lo pulang, ayok pulang sekarang aja. Hari udah mau gelap kata Rayhan lo takut gelap kan?” Nadia tersenyum manis sambil menggandeng Sena yang ikut berjalan tanpa perlawanan menuju tempat parkir. Dan detik itu, Sena merasa sangat tersentuh di hatinya. Entah kenapa hatinya seperti membesar mengetahui Rayhan semengerti itu tentangnya. Dan tentang Rayhan yang mengirim sepupu cantiknya itu untuk datang dan menyelamatkan Sena dari ketakutan. Sekarang Sena mulai paham kenapa Bima bisa lebih berat ke Rayhan daripada ke Satria. “Terimakasih banyak kak.” Ujar Sena tulus. Matanya sedikit berkaca-kaca menerima perhatian Rayhan yang entah kenapa sangat membuat hatinya hangat ini. “Santai aja, lagian gue juga pengen lebih kenal sama lo. Boleh kan?” Sena mengangguk sambil tersenyum. Membuat Nadia merasa gemas dan mulai mengerti salah satu alasan sepupunya menjadi bucin. “Kalian temen SMA yah katanya?” Nadia memulai pembicaraan ketika mereka sudah mulai melaju. “Iya kak, tapi bukan temen juga sih kak karena aku lebih sering ngobrol sama Dimas daripada sama Rayhan.” Jawaban Sena membuat Nadia tertawa. “Nah itutuh, penyebab huru-hara.”  Sena tidak mengerti dengan jawaban yang dilontarkan Nadia sambil tertawa itu. “Maksudnya kak?” Nadia kembali tertawa melihat bahwa sepertinya Sena tidak tahu apapun. “Kamu gak tahu?” Sena menggeleng dengan menggemaskan lagi. Nadia sepertinya menyukai kepolosan Sena dan merasa bahwa Rayhan memperjuangkan orang yang tepat. “Rayhan pikir kamu dekat dengan Dimas lebih dari teman, sehingga dia membeci Dimas selama bertahun-tahun dan menimbulkan banyak kesalah pahaman.” Ucap Nadia menjelaskan membuat Sena terdiam dengan kaget selama beberapa saat. “Ahh jadi itu alasan dia dulu membenciku.” Sena mengatakan isi hatinya dengan terus terang membuat Nadia lagi-lagi tertawa. “Rayhan itu terkenal play boy, banyak ceweknya, suka jahat, dan masih banyak lagi. Gue gak mau bilang dia baik sih, dia memang kadang seperti itu tapi dia adalah tipe orang yang akan menjaga apa yang di cintainya menggunakan nyawanya. Dia kadang sampai lupa bahwa dirinya juga butuh untuk sehat agar bisa terus menjaga mereka.” Nadia sengaja memberitahukan semua itu pada Sena agar hati wanita itu bisa tergerak. Setidaknya itu yang bisa dia lakukan sebagai saudara. Benar saja, Nadia bisa melihat bahwa Sena sedang berkaca-kaca walaupun mati-matian dia tutupi. Dan Nadia mulai memikirkan ide cemerlang untuk memanfaatkan Sena agar bisa membuat Rayhan keluar dari segala aturan menyebalkan papanya. “Dan lo tahu kan kalau dia suka sama lo?” “Iya tahu kak.” Jawab Sena lirih, suaranya sedikit serak membuat Nadia bersorak dalan hati. Spertinya dia berhasil membuat gadis Rayhan ingin menangis hanya dengan cerita sederhana itu saja. “Rayhan tidak bisa bergerak bebas karena dia adalah anak yang penurut. Dia harus mengikuti banyak sekali acara perjodohan yang dijadwalkan oleh ayahnya. Dia juga tidak pernah bisa melakukan apa yang di sukainya selama ini karena hidupnya harus sesuai dengan skenario ayahnya. Dan kamu tahu kenapa dia setuju mengikuti semua perjodohan sialan itu padahal dia mencintaimu?” Sena menggeleng. “Semuanya demi kamu agar tidak diusik oleh ayahnya. Dia berkorban sejauh itu untuk membuatmu tetap merasa aman. Dia gila kan?” Mata Sena semakin memerah. Dia ingin menangis sekeras-kerasnya. “Dan sebagai sepupunya aku juga ingin menuntut hal yang sama darimu agar ini terasa seimbang. Kamu mencintainya juga kan?” Kali ini Sena mengangguk sambil air matanya mulai jatuh dan buru-buru dia hapus. “Buat Rayhan keluar dari semua hal yang mengikatnya. Buat Rayhan keluar dari jalurnya. Buat Rayhan melakukan hal menggunakan usahanya sendiri. Keluarkan Rayhan dari dunia yang dibuat ayahnya. Jika kamu berhasil melakukannya maka aku akan membantumu diterima oleh keluarganya yang sedikit menyebalkan itu. Bagaimana?” Sena diam, tidak menjawab tapi Nadia bisa mendengar sedikit isakkannya. Jika Rayhan sampai tahu tentang ini Nadia yakin dia akan dimarahi abais-abisan. “Aku pikir, Rayhan membenciku dulu dan datang lagi sesukanya ketika perasaannya mulai tumbuh padaku sebagai pelampiasan karena dia berpisah dengan Ana, mantan pacarnya. Bahkan aku pernah melihat mereka duduk berdua dengan mesra di sebuah kafe. Bahkan ketika masa-masa tersulitku dulu, aku memberanikan diri menemuinya ingin berbicara dengannya setidaknya sekali seumur hidupku agar aku punya kekuatan untuk menjalani pengobatanku, tapi aku malah di bentak dan dimarahi olehnya di depan banyak orang. Sejak itu aku jadi membencinya, tapi mengetahu semua ini membuat hatiku sakit karena beberapa minggu ini aku memperlakukannya dengan jahat.” Sena benar-benar menangis membuat Nadia meringis tidak tahu bahwa suasananya akan sedalam ini. Tidak tahu bahwa perasaan Sena juga sebenarnya begitu tulus. “Anastasya itu mantan Dimas, dan Rayhan dulu bekerjasama dengannya untuk membalas Dimas. Tapi mereka sudah mengakhirinya dengan baik-baik.” Nadia menjelaskan lagi, Sena mengangguk. “Rayhan itu menyebalkan, dia tidak suka menjelaskan untuk membuatku mengerti tapi malah datang seenaknya dan menjagaku seenaknya.” Ucap Sena dan Nadia menyetujui tanggapan Sena yang ini. “Aku akan melakukannya.” Tambah Sena lagi sambil menatap Nadia. “Aku akan membuatnya keluar dari semua hal yang menyiksanya. Aku akan berusaha membuatnya keluar dari semua hal menyakitkan itu.”  Nadia tersenyum menanggapi ucapan Sena yang penuh tekad itu. “Apa yang akan lo lakukan untuk mengusahakan itu?” Nadia bertanya. ***  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN