Sena menaiki angkutan umum menuju Rumah Sakit yang diberitahu oleh Bima. Tangannya membawa sebuket bunga dan entah kenapa jantungnya berdebar melebihi biasanya. Jalanan lumayan macet sore ini, membuat perjalanan Sena tidak semulus harapannya. Yang Sena tahu Rayha rajin olah raga, selalu menjaga kesehatan dan jarang sakit. Sehingga mendengar bahwa laki-laki yang sejak dulu tampak sangat bersinar itu masuk Rumah Sakit, hati Sena merasakan perasaan bersalah yang dasyat jika memang dialah penyebabnya.
Sudah sangat sore ketika akhirnya Sena sampai di Rumah Sakit tempat Rayhan dirawat. Gadis itu melangkahkan kakinya dengan mantap setelah sebelumnya bertanya pada suster tentang letak ruangan yang diberitahu Bima. Sena mulai berpikir bahwa mulai detik ini dia tidak akan memperlakukan Rayhan seperti biasanya. Gadis itu tersenyum sambil menyemangati dirinya sendiri untuk menemui laki-laki yang beberapa bulan belakangan ini selalu saja menjadi sasaran kekesalannya. Sena sudah memegang tuas pintu hendak membukanya tapi terhenti begitu mendengar ada suara tawa seorang wanita di dalam sana. Dan begitu matanya melihat dari sela-sela pintu ternyata Rayhan sedang tertawa begitu riang bersama seorang gadis tampak begitu bahhagia.
Entah kenapa mata Sena memanas. Dia berbalik dan memilih tidak jadi masuk, hendak langsung berlari menjauh tapi berpapasan dengan seorang wanita paruh baya yang mirip dengan Rayhan. Wanita itu tersenyum manis padanya.
“Temannya Ray? Kenapa gak masuk?” Tanyanya. Sena salah tingkah. Dia tidak tahu kalimat seperti apa yang seharusnya dia katakan untuk membuatnya tidak jadi masuk ke dalam dan pergi saja. Tapi terlambat karena wanita itu sudah membuka pintunya lebar dan menariknya ikut masuk.
“Ray ada temen kamu nih di depan.” Ujarnya. Sena semakin salah tingkah, sedangkan Rayhan tidak perlu ditanya senyumnya langsung cerah sekali melihat Sena datang menjenguknya.
“Siapa Ray?” Tanya wanita yang di samping Rayhan dengan senyum berbinar.
“Temen aku dari SMA.” Jawab Rayhan membuat Sena kecewa. Tapi memangnya Sena ingin di debut apa? Pada kenyataannya dari dulu dia memang hanya teman Rayhan tidak pernah lebih. Sena mendekat menyerahkan bunga yang dia bawa sambil tersenyum dibuat-buat.
“Kata bang Bima kamu sakit jadi aku mampir. Semoga cepet sembuh ya.” Ucap Sena berusaha mati-matian menyembunyikan gejolak luka di dadanya.
“Makasih yah udah datang, kamu sendiri? Naik apa?” Tanya Rayhan sedikit khawatir.
“Aku sama temen, dia udah nunggu di depan. Udah sore juga aku langsung pulang yah.” Jawab Sena berbohong. Senyum Rayhan meredup tapi kemudian dia mengangguk sambil tersenyum karena memang hari sudah hampir gelap.
“Siapa? Satria?” Sena mengangguk asal. Rayhan tampak kecewa tapi hal itu tidak mampu di baca oleh Sena yang hatinya sedang terluka.
“Loh kok buru-buru, temenin Rayhan ngobrol dulu aja nak, Siapa namanya Ray?” Rahma bertanya dengan antusias.
“Sena mah.” Jawaban Rayhan memberi Sena jawaban tentang siapa wanita berwajah mirip laki-laki itu yang terlihat masih cantik di usianya itu.
“Iya nak Sena, jarang-jarang Rayhan di jenguk sama temen wanita yang kaya kamu gini.” Rayhan berdecak mendengar ucapan ibunya.
“Mamah udah deh, Sena jadi gak nyaman tuh.”
“Ya abisnya temen-temen kamu yang suka dateng tuh yang menor-menor itu sama sexy-sexy bajunya. Sakit mata mama liatnya. Kalau kaya Sena gini kan cantik, ayu, enak diliat.” Ujar Rahma terus terang. Dalam hati Rayhan berkata bahwa itulah alasan kenapa sejak dulu hatinya tidak pernah bisa melupakan gadis sederhana itu.
“Gak pa-pa kok Han, Sena pamit dulu tante soalnya udah sore banget nanti suka di cariin sama abang kalau maghrib belum pulang.” Tolak Sena sopan. Rahma tersenyum manis sambil menerima jabat tangan sopan dari gadis teman Rayhan itu.
“Yaudah hati-hati yah pulangnya, makasih banyak yah sudah datang.” Ujar Rahma tulus kemudian mengantarkan Sena pulang hingga ke pintu. Rayhan tersenyum brbunga-bunga dan hal itu di sadari oleh wanita di sampingnya yang sejak tadi menikmati drama itu.
“Lo naksir dia yah?” Bsiknya. Rayhan memberi isyarat untuk diam padanya membuat wanita itu tertawa.
“Cantik loh Ray, kenal dimana?” Komentar Rahma.
“Temen SMA mah.” Jawab Rayhan singkat. Kemudian ketika Rahma keluar untuk keperluan administrasi barulah Rayhan berani berbicara dengan wanita di sampingnya.
“Gue gak mau keluarga tahu kalau gue naksir dia, lo tahu sendiri kan gimana papa dengan kesempurnaanya. Dia akan menyingkirkan apapun yang bukan termasuk dalam daftar rencananya. Gue gak mau Sena kenapa-napa itulah kenapa gue bilang dia temen SMA sama mamah.”
“Lo bucin juga ternyata.” Ujar wanita yang tak lain adalah sepupu Rayhan itu sambil tertawa. Namnya Nadia, dia adalah sepupu jauh Rayhan dari keluarga ibunya. Mereka memang dekat sejak dulu, tapi Nadia tinggal di London jadi memang jarang terlihat berdua. Kali ini gadis itu sedang ada kerjaan di Indonesia sehingga dia hadir menemani sepupu kesayangannya yang sedang sakit itu.
“Sialan lo.” Nadia kembali tertawa.
“Lo suka sama dia tapi perjodohan jalan terus? Lo gak mikirin perasaan dia apa gimana Han? Kalau dia tahu pasti terluka Han.”
“Itu satu-satunya cara biar papa gak terlalu ngusik kehidupan pribadi termasuk Sena Nad, pokoknya gue akan buat perjodohannya gagal tanpa gue yang di salahin. Lo tahu papa kan, kalau gue nolak dia pasti akan mati-matian cari penyebab gue nolak dan posisi Sena gak akan aman.” Nadia tersenyum salut karena baru kali ini melihat Rayhan sebegitu berjuangnya untuk seorang wanita.
“Gue rasa sekalipun lo harus hidup miskin lo gak akan mengeluh kalau itu demi Sena.” Celetuk Nadia yang tidak disangka-sangka diangguki oleh Rayhan dengan serius. Membuat Nadia kembali tertawa.
“Kata orang cinta bisa bikin gila dan lo jadi salah satu buktinya.”
“Biarin, lo juga akan gila pada waktunya Nad, semua orang akan gila pada waktunya.” Ucap Rayhan sambil tersenyum manis membuat Nadia sedikit merinding. Hingga kemudian semua bulu-bulu Nadia benar-benar berdiri ketika seseorang membuka pintu kamar rawat inap Rayhan. Seorang laki-laki tampan dengan aura paling misterius yang Nadia temui. Dia tersenyum pada Rayhan dengan akrab yang entah kenapa terlihat begitu bersinar.
“Lo bisa sakit juga kak.” Ujarnya. Rayhan tertawa.
“Bisalah gue kan manusia.” Jawab Rahan kemudian tersenyum geli melihat Nadia melongo sambil menatap temannya itu.
“Namanya Jonatan Nad, atau lebih sering dipanggil Paijo oleh teman-temannya. Dia salah satu team dalam pembuatan Game bareng gue. Joe ini sepupu gue namanya Nadia.” Ujar Rayhan memperkenalkan. Nadia kemudian tersenyum sambil menyalami manusia tampan itu dengan gugup. Wanita itu tidak mengerti kenapa bulu-bulunya bisa berdiri seperti melihat hantu. Apakah ini efek karena Jonatan atau paijo itu terlalu tampan? Tapi tunggu dulu...
“Nama kamu Jonathan kenapa mau dipanggil Paijo?” Rayhan tertawa melihat sepupunya yang tiba-tiba bertanya tanpa peduli apapun itu. Joe tersenyum.
“Aku suka dipanggil Paijo kak Nadia.” Jawaban Joe membuat Nadia tertawa.
“Tunggu dulu, Kak?”
“Aku masih kuliah semester akhir.” Jawaban Joe membuat Nadia melongo. Karena Joe terlihat sangat matang, dingin dan dewasa. Ternyata masih muda sekali.
“Anak-anak udah datang tadi siang, katanya lo bisanya malam. Kemana emang lo?”
“Gue abis lemburin desain Game kita yang kena koreksi itu kak, adi siang tadi gue tidur.”
“Gak usah dipaksa gitu Joe, lo juga perlu ngerjain skripsi kan? Santai aja lagian kompetisi selanjutnya masih jauh kok.” Ujar Rayhan. Joe tersenyum. Dan Nadia masih saja kagum melihat betapa tampannya laki-laki bernama Jonatan itu.
***