Rayhan sedang sibuk dengan berkas-berkasnya ketika ponselnya berbunyi dengan nyaring. Ada nama Anastasya disana, mantan kekasih Rayhan yang dia putuskan sepihak. Karena pada dasarnya Rayhan memang tidak menyukai gadis itu. Dulu dia hanya menggunakannya untuk memancing kemarahan Dimas tapi gagal dan sepertinya gadis itu benar-benar menyukai Rayhan.
“Ada apa An?” Jawab Rayhan malas.
“Bisa ketemu gak sore ini, aku—”
“Gak bisa gue ada Meeting.” Potong Rayhan cepat. Laki-laki itu berbohong karena memang sore ini ada rapat gabungan dengan beberapa canbang perusahaannya. Tidak lama setelah itu Dimas masuk ke ruangannya sehingga membuat Rayhan harus menutup telpon sebelum memberikan kesempatan untuk Ana berbicara lagi. “An gue tutup telponnya, ada Dimas mau ngomongin kerjaan.” Ucap Rayhan lagi kemudian segera mematikan ponselnya.
“Lu masih berhubungan sama Ana?” Tanya Dimas penasaran. Rayhan mendesah.
“Dia telponin gue terus Dim, gue pusing.”
“Ana itu anaknya baperan, selagi lu belum memperjelas semuanya dia akan terus gangguin lo. Saran gue sih lo temui dia, beri dia penjelasan yang bisa dia terima. Sekalipun kalian berpisah menurut gue tetap perlu memperjelas segalanya, seperti tidak memberi dia harapan lagi buat mengharapkan lo.” Dimas memberi saran yang menurut Rayhan memang masuk akal.
“Oke deh nanti gue temui dia, udah risih juga gue berasa gue berdosa banget.” Dimas tertawa.
“Lo emang berdosa kali.” Rayhan tertawa tidak membantah perkataan Dimas.
“Ini berkas buat rapat nanti sore, gue gak bisa hadir.” Rayhan menerima berkas itu sambil mengangguk.
“Tapi Meeting di Bali lo yang dateng yak, gue gak bisa.” Dimas mengernyit menyadari sesuatu. Karena selain Sena, Rayhan juga sangat terobsesi dengan game. Bukan hanya memainkannya tapi sepupunya itu bahkan mendalami tentang teknik animasi dan pembuatan game itu sendiri. Dimas akui itu merupakan bakat, walaupun oleh ayah Rayhan hal itu dianggap omong kosong tidak berguna tapi bagi Dimas tidak ada yang salah dengan hobby. Selagi tidak terlalu memaksakan keadaan. Dan Dimas bisa melihat bahwa Rayhan anak yang bertanggungjawab sejauh ini. Laki-laki itu tetap mengerjakan semua tanggungjawabnya di kantor dengan baik. Hal itu membuat Dimas justru mendukung hobby Rayhan, karena sepupunya itu terlihat begitu bahagia menekuninya.
“Lo mau ngegame yah?” Rayhan meringis. Tepat sekali dugaan Dimas.
“Lo jangan bilang sama bokap yah, gue ada kompetisi kali ini.” Rengek Rayhan.
“Tergantung penawaran lo menarik apa nggak.” Dimas menyeringai.
“Sialan gue diancem.” Rayhan menatap Dimas kesal. “Oke, gue tlaktir Seafood sepuasnya.” Dimas menggeleng menanggapi tawaran Rayhan.
“Gue gak semurahan itu Han.” Seringai Dimas.
“Lo sepupu sialan!” Teriak Rayhan kesal. Dimas tertawa.
“Gue mau jam tangan lo yang kemarin.” Ucap Dimas sambil menaik turun kan alisnya.
“Itu gak ada yang jual Dim, lo b******k banget emang.” Gerutu Rayhan. Dimas semakin tertawa, menyenangkan menggoda Rayhan belakangan ini. Jam tangan yang di miliki Rayhan bukanlah barang mahal, tapi termasuk spesial karena jam tangan itu dari kayu buatan tangan. Rayhan mendapatkannya dari salah seorang teman yang memiliki perusahaan jam ternama. Jam itu satu-satunya di dunia yang merupakan rancangan spesial dari Rayhan sendiri. Dan Dimas menyukainya sehingga sekarang sedang dalam proses perebutan kekuasaan terhadap jam tangan unik itu.
“Terserah lo sih, gue udah bermurah hati.” Rayhan berdecak kesal tapi kemudian mengalah.
“Oke-oke gue kasih ke lo, puas kan lo. Sepupu sialan.” Ucap Rayhan masih kesal. Dimas tertawa penuh kemenangan. Dimas tahu jam tangan itu sangat berarti untuk Rayhan, laki-laki itu bahkan jarang menggunakannya untuk acara biasa. Dimas melakukan ini hanya ingin tahu seberapa penting kompetisi Game itu untuk Rayhan jika dibandingakan dengan jam tangan merek ternama yang tidak dijual dimanapun itu. Biarpun jam tangan itu bukan terbuat dari bahan yang mahal, tapi merek jam tangan itu sangat ternama dan tidak dijual dimanapun karena memang ekslusif hanya di miliki oleh Rayhan.
Dimas senang karena Rayhan lebih memilih untuk mempertahankan kompetisi game itu, sehingga Dimas memiliki alasan kuat untuk mendukung sepupunya itu karena sudah mengetahui seberapa besar tekadnya.
***
Mengikuti saran Dimas, akhirnya Rayhan berada di kafe sekarang. Sedang menunggu Ana untuk memperjelas segalanya. Tidak lama wanita itu datang sambil tersenyum sumringah.
“Udah nunggu lama?” Tanyanya, Rayhan menggeleng.
“Kamu mau minum apa?” Kali ini Rayhan yang bertanya.
“Samain aja kaya kamu.” Lagi-lagi Ana menjawab dengan senyuman manis yang terlihat begitu bahagia. Membuat Rayhan sedikit tidak tega tentang apa yang akan dia katakan nanti.
“Jadi An, aku ajak kamu ketemuan di sini mau memperjelas segalanya tentang kita. Aku harap kamu tidak salah paham.” Ucap Rayhan memulai. Ana mendesah, tapi kemudian dia mengangguk mengerti.
“Terimakasih untuk cinta yang pernah hadir diantara kita. Tapi sejak awal kita memulainya kamu sudah tahu dengan jelas kan apa tujuanku? Sekarang semua masalahku dengan Dimas sudah selesai, begitupula dengan sandiwara kita berdua. Jadi aku mohon jangan mengharapkan apapun lagi dariku An. Kamu berhak bahagia, dan mendapatkan pria baik di luar sana. Aku juga memiliki seseorang yang aku cintai dan sedang aku perjuangkan.” Penjelasan Rayhan membuat Ana berkaca-kaca. Rayhan sejujurnya tidak tahan dengan suasana seperti ini tapi bagaimanapun Dimas benar bahwa semuanya harus dihadapi.
“Ketika semua orang mengatakan kamu jahat dulu, aku adalah yang paling tahu bahwa sebenarnya hatimu baik. Aku mengabaikan semua orang karena secara tidak sengaja aku menjadi mengenalmu begitu dekat. Dan semakin lama perasaanku padamu menjadi sulit untuk aku kendalikan. Tapi aku berterimakasih padamu karena mengatakan padaku dengan baik-baik tentang semua keadaan ini dan perasaanmu padaku, sehingga aku memiliki alasan untuk benar-benar melupakanmu. Aku mohon jangan membenciku atau menjauhiku setelah ini, karena aku masih mau menjadi temanmu.” Di luar dugaan, ternyata Ana jauh lebih dewasa dari yang Rayhan bayangkan sehingga semua ini tidak begitu menyesakkan.
“Mana mungkin aku melakukan itu padamu. Hapus air matamu! Jangan menangis lagi mulai sekarang karena kamu berhak bahagia. Kita akan tetap menjadi teman sampai kapanpun dan aku akan tetap membantumu dengan tulus ketika kamu membutuhkan bantuan.” Mereka berdua sama-sama tersenyum kemudian Ana mengulurkan tangannya dan mereka bersalaman sebagai simbol perpisahan yang baik-baik saja.
“Darimu aku belajar bahwa sebagai seorang lelaki tanggung jawab tentang hubungan bukan hanya menjaga perasaan saja ketika masih bersama, tapi laki-laki juga memiliki tanggungjawab untuk mengakhiri hubungan dengan baik-baik sepertimu karena laki-laki lah yang memulainya. Ini bukan akhir yang aku harapkan, tapi aku bahagia karena sampai akhir kau tetap berusaha menjaga perasaanku.” Ucap Ana lagi. Rayhan tersenyum lega karena semuanya berakhir baik. Ada gunanya juga saran dari sepupu sialannya itu. Kemudian mereka kembali mengobrol dengan bahagia layaknya seorang teman yang sangat akrab. Tanpa Rayhan sadari bahwa di salah satu sudut kafe itu ada seorang wanita yang memperhatikannya dengan serius hingga matanya bertemu dengan mata gadis itu.
“Sena ngapain disini?” Gumamanya seorang diri. Ana yang penasaran mengikuti arah pandang Rayhan dan menemukan seorang gadis sedang duduk bersama seorang laki-laki tapi memusatkan perhatiannya pada Rayhan dengan kesal. Ana bisa merasakan situasi yang sedang terjadi.
“Jadi dia gadis yang kamu suka?” Ana bertanya dan Rayhan mengangguk.
“Sepertinya dia salah paham dengan kita.” Ucap Rayhan gelisah.
“Kamu mau aku menghampirinya dan menjelaskan semuanya?” Tawar Ana bijak tapi Rayhan menggeleng.
“Dia tidak akan mendengarkanmu, lagipula dia juga sedang bersama laki-laki lain. Ahh perjuangan ini pasti akan sangat panjang.” Desah Rayhan. Ana tersenyum karena sepertinya dia paham posisi Rayhan kali ini.
“Jadi kamu di tolak?’ Rayhan mengangguk dan ditertawakan oleh Ana.
“Berhenti tertawa atau aku akan membencimu seumur hidupku1” Ana berhenti tertawa dengan susah payah mengetahui Rayhan kembali di tolak. Sebab Ana tahu bahwa Rayhan pernah di tolak oleh beberapa wanita yang sekarang malah bersanding dengan sepupunya itu. Sekaligus merasa bahwa gadis bernama Sena itu sungguh bodoh karena menolak laki-laki sebaik Rayhan.
***