Kini, Mayra tengah berdiri di atap kantor sambil menatap gedung pencakar langit lainnya yang kini menjadi tujuan mata indahnya, Mayra tak sanggup menerima kenyataan, jika ia adalah biang kerok dari semua kekacauan yang menimpa perusahaan, kini perusahaan tengah kacau, karena harus membayar kerugian yang lumayan besar, karena keteledorannya, karena kecerobohonnya. Mayra merasakan elusan di kepalanya, membuatnya menoleh menatap suaminya. Rafael lalu duduk di kursi yang sudah di siapkan untuk para karyawan jika membutuhkan udara segar. "Duduklah di sini." kata Rafael, membuat Mayra duduk tanpa semangat. "Maafkan aku." kata Mayra, membuat Rafael mengelus rambutnya. "Untuk apa minta maaf, Sayang?" "Kamu pasti menemuiku karena mendengar kecerobohanku." kata Mayra, membuat Rafael menariknya