Bab 26. H-5 Bagian 2

870 Kata
Mereka semua membagi tugas. Farah dan Naira mendapat tugas untuk mencari informasi siapa Ratih. Dave dan Deva mencari kabar mengenai Maya. Dan yang terakhir, Raka dan Alva pergi ke rumah sakit untuk menanyai orang tua yang memiliki bayi kembar kecelakaan waktu. Sepulang sekolah mereka langsung fokus mengerjakan tugas masing-masing. Farah dan Naira sudah mengetahui di mana alamat Ratih. Ternyata gadis itu adalah anak dari penjual sarapan pagi tempat mereka biasa sarapan di sekolah. Setelah menggali informasi, ternyata sudah 8 hari Ratih tidak pulang ke rumah. Ibunya menangis saat menceritakan bagaimana Ratih jika di rumah. Naira tidak tega sebenarnya, namun demi mendapatkan informasi agar bisa menemukan Ratih, maka mau tidak mau ia harus melakukan itu. Ibunya mengatakan bahwa sebelum Ratih menghilang ia sempat demam selama dua hari. Ia mengeluh sakit di bagian kelaminnya, namun enggan menunjukkan kepada ibunya. Tidak ada pikiran aneh sama sekali muncul di dalam benak ibunya. Ratih juga kehilangan selera makannya. Ia enggan berbicara dengan orang lain bahkan ibunya. Ia lebih memilih untuk mengurung diri di kamar selepas pulang sekolah. Ratih yang biasanya suka membantu ibunya mempersiapkan jualan sebelum berangkat sekolah, tidak lagi melakukan itu. Ibunya mengira mungkin ia berbuat salah sehingga Ratih marah kepadanya. Namun siapa sangka, dua hari kemudian Ratih tidak didapati di rumah saat ibunya pulang dari pasar. Ibunya sudah mencari ke sana ke sini, menanyai beberapa teman dekatnya, tidak juga mendapat kabar di mana Ratih Saat ditanyai kenapa tidak lapor polisi, ibunya bilang ia yakin Ratih pasti akan kembali. Tangis ibunya semakin pecah. Ia memohon kepada Naira dan Farah untuk mencarinya. Farah menenangkan ibunya Ratih dan berjanji akan mencari Ratih sampai ketemu. Usai menanyai ibunya Ratih, kini mereka berdua pergi ke tempat teman karib Ratih yang diberitahukan ibu Ratih. Sama halnya dengan apa yang diberitahukan ibu Ratih. Helmi—teman karib Ratih sejak SD mengatakan kalau belakangan hari sebelum Ratih tidak masuk sekolah ia enggan berbicara dengannya. Ratih juga sering tidur di kelas. Gadis itu sangat-sangat anti untuk tidur di kelas sebelumnya. Helmi berpikir mungkin ia kelelehan karena mempersiapkan ujian kenaikan kelas yang sebentar lagi akan diadakan. Farah dan Naira belum menemukan titik terang. Sebelum pulang sekolah mereka juga pergi menemui Pak Eko—wali kelas Ratih untuk meminta informasi dan menanyai bagaimana Ratih ketika di dalam kelas. Lagi-lagi apa yang dikatakan Pak Eko sama dengan yang dikatakan Helmi dan ibunya. Ratih seperti menjaga jarak dari mereka semua. Ada apa ini sebenarnya? Di sisi lain, Dave dan Deva harus memberanikan diri untuk mengunjungi rumah Almh. Maya. Sejujurnya Dave enggan melakukan ini. Namun apalah daya, ia terpaksa melakukan hal demikian agar bisa memecahkan teka-teki yang semakin lama semakin rumit ini. Dave menunjukkan gantungan kunci kayu yang bertuliskan nama Maya kepada Tirta. Sama seperti yang dilakukan Naira dan Farah, Dave menanyai bagaimana peringai Maya sebelum kematiannya. Tirta memberitahu bahwa belakangan sebelum kejadian itu, Maya selalu ketakutan ketika mendengar ponselnya berdering. Ia akan menjerit sekuat-kuatnya. Bukan hanya itu. Maya kerap kali teriak saat tidur. Ia selalu mimpi buruk dalam tidurnya. Tirta sempat membujuk anaknya agar mau dibawa untuk memeriksakannya. Namun Maya menolak dengan dalih ia hanya sedang tidak enak badan saja. Saat menceritakan itu, Tirta meneteskan air matanya. Andai saja ia tidak menuruti tolakan Maya, pasti hal ini tidak akan terjadi. Dan satu lagi. Sehari sebelum kematiannya, Maya sempat menelpon dan mengatakan ada sesuatu yang ia rahasiakan dari papanya. Karena saat itu Tirta sedang ada urusan dadakan di hari minggu, maka ia mengatakan kepada Maya agar memberitahukannya nanti malam saja selepas pulang dari kantor. Siapa sangka, Maya menghilang saat ia tiba di rumah. Ponselnya tertinggal di kamar. Saat Tirta menyalakanya, foto Dave yang muncul. Itu sebabnya Tirta mendatangi Dave berharap bisa menemukan putrinya. Di sisi lain lagi ada Raka dan Alva ditemani Amira menanyai bagaimana ciri-ciri yang paling signifikan dari bayi mereka. Lagi-lagi, kalau bukan karena untuk memecahkan kasus ini, niscaya mereka semua enggan melakukan hal yang menyakiti perasaan keluarga terkait. Beruntung mereka yang ditanyai dengan lapang d**a dan mengerti bahwa semua ini demi kebaikan sesama. Dengan ikhlas mereka bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan. Hanya Raka dan Alva saja yang tidak mendapatkan informasi yang dapat membantu. Benar adanya. Bayi yang ditemukan di rumah Alva dengan bayi korban kecelakaan itu berbeda. Pakaian yang ditemukan hanya untuk mengelabuhi mereka saja. Golongan darah bayi-bayi itu juga berbeda. Usai menyelesaikan tugas masing-masing, mereka sepakat untuk berkumpul di markas. Saat menuju perjalan, tiba-tiba ponsel Alva berdering. Laki-laki yang ia datangi di tempat haram waktu itu menelponnya. Ia memberitahukan bahwasannya ia telah menepati janjinya. Apa yang diminta darinya oleh Alva telah diberikan. Usai menutup telpon, Alva membuka pesan. Saat membaca pesan teks yang dikirimkan, ada sesuatu hal yang membuat Alva kaget. Nama Bu Ratna terseret ke dalam sana. Laki-laki yang menjadi satpam dadakan itu ternyata dibayar dengan tarif yang cukup besar untuk tugas kecil semacam itu. Benar dugaannya waktu itu. Bu Ratna pasti ada sangkut pautnya dengan semua ini. Tapi bukti ini saja tidak cukup Mereka harus menemukan bukti lain dan mengetahui motif apa yang mendasari Bu Ratna melakukan hal semacam ini. Satu teka-teki terpecahkan. Namun satu teka-teki lagi muncul. Mereka sudah mendapat satu bukti yang membuktikan Bu Ratna ikut campur tangan dalam kasus ini. Itu artinya ia tidak bergerak sendirian. Mereka harus menemukan lebih banyak bukti lain untuk memojokkan Bu Ratna. Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN