"Termasuk menghangatkan." Alexy menyunggingkan smirk nya.
___________________
"Hari ini kita ada jadwal meeting tiga puluh lima menit lagi." Ucapnya seolah ucapan Alexy seperti angin lalu untuknya.
"Ck!! Terlalu kaku." Kesal Alexy karena Leonard, sekretarisnya tidak bisa digoda. Lain halnya dengan Kai yang akan malu-malu setelah Alexy menggodanya.
"Anda harus menghapal materi yang harus anda berikan kepada para pemegang saham." Leonard memberikan beberapa berkas yang harus dipelajari Alexy sebelum meeting berlangsung.
"Sial." Mako Alexy saat melihat tumpukan berkas dihadapannya.
*******
Selang tiga jam Alexy baru keluar dari ruangan meeting dengan wajah kusut. Beberapa kali memaki karena betapa menyebalkan para tetua yang menanam saham pada perusahaan itu. Sampai di ruangannya pun Alexy tidak hentinya memaki, menumpahkan kekesalannya dengan memaki.
"Untuk anda." Leonard memberikan Alexy air putih.
Alexy menatap Leonard, entah kenapa Alexy merasa tertarik dengan Leonard yang belum genap satu hari bersamanya. Mata tajam pria itu seolah menghipnotis Alexy untuk mendekat padanya. Bukan menerima, Alexy malah menarik tangan Leonard agar lebih mendekat.
"Aku suka panas." Ucap Alexy ambigu.
"Saya sedang tidak ingin bercanda dengan anda. Anda harus bersikap profesional dalam bekerja." Jawabnya panjang lebar.
"Apa maksudmu?" Alexy menatap Leonard dengan kedua tangan bertumpu di dagunya.
Leonard tidak menjawab.
"Aku minta kopi panas." Ucap Alexy sambil berdiri mendekati Leonard.
"Apa kau berpikir lain?" Alexy menyunggingkan satu sudut bibirnya.
Leonard terlihat sedikit salah tingkah karena memang dia berpikir lain. Tapi Leonard sebisa mungkin menyembunyikannya.
"Saya akan buatkan kopi untuk anda." Leonard pergi membuatkan kopi untuk Alexy.
"Jangan pakai gula, karena kau sudah manis." Mungkin menggoda Leonard akan menjadi hobi barunya.
Sepeninggal Leonard, Alexy menyunggingkan senyumnya. "Menarik." Cicit alexy.
Ponsel Alexy bergetar, panggilan masuk dari nama Bang Kai tertera di layarnya. Alexy pun segera mengangkat panggilan itu.
"Kamu merindukanku, calon suami?" Ucap Alexy.
"Jangan menggodaku, gadis barbar." Kesal Kai terdengar dari seberang telpon. Tapi tanpa Alexy tahu, Kai menyukai jika Alexy sedang menggodanya. Dan memang Kai merindukan Alexy, wanita yang tiba-tiba berstatus calon istri akibat perjodohan dadakan yang dibuat oleh Dominic.
Bohong jika Kai bilang tidak terkejut. Dia sangat terkejut. Tapi bibirnya dengan lancang lancar mengucapkan setuju. Sky Bennett, pria berusia dua puluh lima tahun, bersahabat dengan Alexy Dominika Archer sejak sekolah menengah pertama. Alexy junior Kai di salah satu sekolah ternama di New York. Dan karna mereka bertetangga pun membuat mereka menjadi dekat.
Alexy semasa sekolah menjadi pusat perhatian penghuni pria disekolahnya. Selain karena cantik, Alexy memiliki body yang sangat aduhai dimata pria. Hanya saja sikap barbar nya yang menjadi minus untuk Alexy. Tapi tidak menyurutkan kaum Adam untuk menyukai Alexy.
Kai selalu berada disamping Alexy bagaikan upil dan hidung. Dimanapun Alexy ada, disitu selalu ada Kai disamping Alexy. Teman-teman mereka menyebut Alexy dan Kai couple goals.
Tentu saja, untuk wanita Alexy populer dikalangan pria, kalau Kai populer dikalangan wanita. Wajah tampan dengan tubuh profesional membuat Kai menjadi idaman para wanita. Bukankah mereka sebagai pasangan goals? Cantik dan tampan. Banyak yang iri dengan kedekataan mereka. Dan sekarang dapat bersama Alexy adalah hal paling bahagia untuk Kai.
Mencintai seseorang sejak lama bukanlah hal yang mudah. Apalagi menjaga persahabatan meski salah satu dari mereka menginginkan lebih dari sahabat. Apapun itu, Kai mengangggap jika masalalu dijadikan sebagai kenangan untuknya. Ennta itu buruk atau tidak, masalalu adalah bagian dari kita.
"Kai!! Woy.. Kenapa diam saja? Aku matikan." Kesal Alexy karena Kai diam saja larut dalam lamunan kenangan masa lalunya.
"Hah?" Kai tersadar dari llamunannya.
"Tidak jelas kamu. Aku sibuk, kalau tidak mau telpon matikan saja." Alexy hendak mematikan panggilannya, tapi Kai dengan cepat berteriak memanggil Alexy.
"Lex!!" Teriaknya.
"Apa? Cepat katakan, aku sibuk." Jawab Alexy malas. Ternyata dia lebih tertarik dengan yang dilakukan Leonard di hadapannya. Leonard memang satu ruangan dengan Alexy. ada bangku lain untuk Leonard kerja karena untuk memudahkan Alexy jika membutuhkan sesuatu.
"Nanti aku jemput ya? Kita dinner." Ajak Kai.
"Okay!!" Jawab Alexy singkat.
"Ok, Bye." Kai mematikan panggilannya.
"Apa yang sedang kau lakukan?" Tanya Alexy melihat Leonard sedang meminum kopi kemasan. Aroma dari kopi itu membuat Alexy penasaran.
"Kopi." Jawabnya singkat.
"Aku tahu itu kopi. Maksudku kenapa punyaku dengan punyamu berbeda." Kesal Alexy karena kopi milik Leonard lebih menggugah.
"Anda minta kopi hitam tadi." Leonard tidak mau kalah.
"Aku tidak peduli, aku mau itu." Alexy meminta kopi Leonard.
"Saya akan buatkan lagi." Leonard pun ingin membuatkan untuk Boss nya. Tapi Alexy menolak keras. Yang dia inginkan kopi yangg ada di gelas Leonard, bukan kopi baru.
"Aku mau ini." Alexy merebut kopi yang ada di tangan Leonard.
Leonard yang memang bawahan pun hanya diam saja saat kopinya direbut oleh Alexy.
"Apa kau hari-hari selalu seperti ini?" Tanya Alexy. Leonard mengerutkan kening nya bingung dengan pertanyaan Alexy.
"Apa maksud anda?" Tanya Leonard.
"Kau terlihat cuek. Apa kau memang orang pendiam atau bagaimana?" Tanya Alexy penasaran dengan sekertarisnya.
"Sebaiknya anda bekerja." Leonard mengalihkan topik.
"Aku hanya ingin mengenal sekertarisku. Bisa saja kau orang jahat." Alexy menatap Leonard dengan tatapan sulit diartikan.
"Saya melamar pekerjaan ini dengan seleksi sangat ketat. Tidak mungkin orang keamanan anda melakukan kesalahan, bukan?"Leonard memandang Alexy, atasannya.
"Benar juga. Tapi apa tidak boleh aku mengenal dekat sekertarisku?" Alexy tersenyum tidak jelas.
"Apa yang ingin anda ketahui tentang saya?" Tanya Leonard. Menolak pun sepertinya Alexy akan memaksa.
"Apa kau punya kekasih?" Tanya Alexy membuat Leonard malas. Karena pertanyaanya sama sekali tidak ada hubungannya dengan pekerjaan.
"Aku bertanya serius." Alexy menuggu jawabn Leonard.
"Belum." Jawabnya singkat.
"Baguslah." Jawab Alexy cepat.
"Apanya yang bagus." Tanya Leonard bingung dengan jawaban bosnya.
"Tentu saja bagus. Kau tahu bukan wanita manusia paling merepotkan kecuali aku dan my Mom." Ucapnya.
Leonard menatap aneh atasannya itu. Wanita dihadapannya itu mengatakan jika dia tidak menyukai wanita, padahal dia sejenis wanita. Entahlah, wanita memang sulit dimengerti. Leonard lebih memilih mengabaikan celotehan atasannya.
"Sebaiknya anda duduk ditempat anda. Ada yang harus dikerjakan untuk nanti." Usir Leonard secara halus. Sejujurnya Alexy memang mengganggunya karena kaki Alexy dengan santainya ditaruh diatas meja Leonard. Yang membuat fokus Leonard terpecah itu kaki jenjang Alexy yang ada di hadapannya.
"Baiklah, aku terusir oleh sekertarisku sendiri." Guraunya. Alexy pun pergi. Leonard baru bisa menghembuskan nafasnya lega. Wanita benar-benar menyeramkan.
Alexy sudah duduk di kursi kebesarannnya. Leonard melihat ponsel bos nya tertinggal di meja kerjanya. Dia pun mengembalikan ponsel itu ke meja Alexy. Saat sudah didepan meja kerja Alexy, Leonard melihat betapa berantakannya meja itu. Leonard berinisiatif membereskan tumpukan kertas yang berjajar tidak rapih di meja Bosnya.
Alexy memperhatikan Leonard dengan tatapan tajamnya. Dia menatap wajah Leonard yang semakin tampan jika dilihat dari dekat. Tapi tiba-tiba fokus Alexy tertuju kepada bibir Leonard. Entah kenapa Alexy mengingat mimpinya tentang pria asing itu saat melihat wajah Leonard. Alexy mengulurkan tangannya untuk mentup bagian mata Leonard dan memperhatiakan nya. Alexy terkejut melihat betapa miripnya Leonard dengan pria yang dimimpinya
"Siapa kau sebenarnya." Tanya Alexy kepada Leonard yang tertegun.