18. Pembalasan Mengerikan

1064 Kata
Suara musik disko terus menggema mengiringi ruangan. Ada beberapa kelompok wanita datang dengan penampilan mewah. Namun yang lebih mencolok adalah kelompok terakhir. Mereka duduk di pojokan, tempat biasa digunakan untuk minum. Tidak lama setelah duduk, ada seorang pelayan VVIP datang. "Permisi, kalian semua sudah ditunggu." Total wanita itu ada lima orang. Mereka adalah tamu undangan yang merupakan pasangan dari bawahan Leo diperusahaan yang datang ke rumahnya. "Aku sudah tak sabar," ujar salah satu dari mereka. Semuanya tertawa senang, tak mengira akan mendapatkan undangan dari Leo. Siapa yang menolak? Tidak ada. Yang jelas undangan itu dijadikan kesempatan untuk menarik perhatian Leo. Begitu pintu dibuka, seorang pria duduk sambil memegang segelas anggur di tangannya. Di meja sudah tersaji berbagai jenis minuman. Bahkan Leo sendiri yang menuang ke gelas mereka satu persatu. "Kalian sudah datang," ujar Leo dengan gaya arogan nya. Semua wanita itu tampak menggila, bergegas mendekat sang kasanova. "Kami baru sampai," jawab salah satu dari mereka. Wanita yang berambut panjang memakai gaun merah selutut. Penampilannya cukup seksi dengan dua buah pepaya menggantung sempurna. "Duduklah…!" Leo berucap begitu manis untuk membuat mereka terpedaya. "Kenapa ragu? Aku mengundang kalian hanya untuk minta maaf." Minta maaf, mimpi? Dalam kamus Leo tak ada kata maaf bagi mereka semua yang telah mempermalukan Vania dengan buruk. Akhirnya mereka duduk dengan santai sambil mengambil minuman masing-masing tanpa curiga sama sekali. "Kita bersulang…!" ajak Leo. Semuanya setuju minum semua anggur digelas sampai tandas. Selang beberapa detik, obat sudah menunjukkan reaksi. "Kenapa panas?" ujar salah satu dari mereka. "Benar… pendingin ruangan sepertinya tidak bekerja." Wanita yang tak jauh dari Leo mulai panik dan gelisah. Ia segera mendekati pria itu, berharap mau menyentuhnya. Sayang sekali, Leo tak mau ternoda dengan wanita seperti mereka. "Michael…!" teriak Leo cukup keras. Michael yang berada di kamar sebelah langsung keluar dengan beberapa pria. "Urus mereka dengan baik!" titah Leo sambil berbisik, "Rekam dengan jelas." Pria itu pun pergi karena tak mau berlama-lama dengan mereka. Itu balasan yang setimpal untuk apa yang mereka lakukan terhadap Vania. Setelah Leo pergi, Michael menggelengkan kepala beberapa kali. "Kerjakan dengan baik. Aku akan menonton." Siapa yang tidak ingin menonton adegan live hot masal seperti itu. Michael bukan orang munafik yang tidak menginginkannya. Hanya saja, dia akan memilih dengan siapa bermain aman. Suara erangan eksotis dan e****s kian menggema tanpa adanya jeda. Mereka menggila karena gairah memuncak. Haus akan hal tabu, belaian dan sentuhan kaum pria. Hingga akhirnya, para wanita itu terkapar tak berdaya dibawah kungkungan beberapa pria yang tidak dikenal. "Tugas yang cukup sulit untuk menahan diri." Merasa cukup mengenai bukti rekaman, Michael pergi meninggalkan tempat itu. Ia sendiri merasa jijik bila berada di ruangan yang sama mencium aroma cinta di mana-mana. "Kasihan mereka. Harus kehilangan kehormatannya." Ada dari mereka yang masih tersegel rapi. Sayang sekali harus hilang karena ulahnya sendiri. "Dia benar-benar mengerikan." Michael pun keluar dari klub itu. Ternyata Leo sedang menunggu di dalam mobil. "Cih, sepertinya kau tak percaya denganku," katanya sambil memberikan ponsel kepada Leo. "Datang ke kafe. Tugasmu melindungi Vania. Jangan sampai bocah tengil itu mengusiknya." "Leo, aku sedang ingin bebas. Bisakah kau tidak menggangguku?" "Ingat statusmu! Kembalilah ke tempat semula." Leo menatap tajam ke arah Michael. Tidak lama kemudian Ben datang. "Tuan," panggil Ben. "Kau datang rupanya. Urus mereka dengan baik." Leo menyalakan mesin mobil, "... dan kau, bantu Ben," tunjuknya kepada Michael. Mobil itu melaju dengan cepat meninggalkan klub malam. Sementara Michael merasa frustasi dengan situasi yang dihadapi. "Ben, apakah aku tak pusing?" "Aku sudah terbiasa. Lebih baik kita melakukan tugas dengan baik." Terkadang Michael tak habis pikir, apakah Ben itu adalah robot. Dia begitu patuh dan tak pernah mengendur dengan tugas yang diberikan. Michael pun mengajak Ben masuk ke tempat para wanita yang melakukan hal tabu. Begitu pintu terbuka, bau menyengat membuat pemuda itu mual. "Kenapa sangat bau sekali?" Dia bahkan hendak muntah. "Kau sudah mendapatkan bukti," kata Ben sambil mendekat ke wanita yang tergelatak dilantai tanpa pakaian. "Aku sudah merekamnya. Bahkan sudah memberikan kepada tuanmu," jawab Michael sambil menutup hidungnya. "Bawa beberapa orang untuk mengirim mereka semua ke hotel." Ben mengeluarkan ponselnya lalu mengabadikan mereka. "Kenapa kau tak menghubungi kekasih mereka?" "Karena tuan tak suka cara itu." Ben jongkok, merasa kasihan dengan para wanita itu. "... ada yang masih suci. Sayang sekali harus kehilangan mahkota berharga." "Dia benar-benar tidak pandang bulu sama sekali." Michael bertepuk tangan sebanyak dua kali. Sontak beberapa orang masuk ke dalam ruangan. "Bawa mereka ke hotel terdekat lewat jalur rahasia!" Akhirnya mereka dibawa satu persatu oleh orang suruhan Michael. Kemudian ia memanggil beberapa pelayan untuk membersihkan tempat itu. "Aku sudah bekerja dengan baik," kata Michael sambil tersenyum. "Dimana ruang kerjamu?" Ben sama sekali tidak bisa di ajak bercanda. Kenapa bos kaku punya bawahan kaku juga. "Ada apa?" tanya Michael. Mereka sudah masuk ke dalam ruang kerja. "Jika kau sudah kembali ke kafe, tolong lindungi Nona Vania. Jangan sampai pria lain mendekatinya." "Hais…, dia juga bilang. Aku tahu itu." Ben memberikan selembar cek kepada Michael. "Awasi pergerakan Raul. Jika ada sesuatu yang mencurigakan kau harus lapor padaku." "Raul…, siapa itu?" Ben pun menunjukkan foto Raul bersama dengan Vania. "Dia adalah Raul, kakak Nona Vania." Tangan Michael menyentuh dagu. Ia dan Leo sudah kenal lama. Entah kebetulan atau takdir, beberapa hari lalu ada seorang gadis yang ingin bekerja di kafe. Awalnya Michael menolak karena sudah banyak pelayan. Tapi karena Ben tiba-tiba menghubungi nya, penolakan itu berakhir jadi penerimaan. "Jadi, ini yang namanya Vania." Michael belum pernah bertemu dengan Vania, karena segala masalah kafe di urus oleh pegawai terpercaya. "Cantik juga. Dia terlalu muda untuk Leo." "Jangan menaruh minat padanya," ancam Ben. Michael menatap foto itu dengan lekat. Tiba-tiba ia teringat oleh Vanya. "Tidak mungkin. Mana ada reinkarnasi di dunia ini!" "Apa maksudmu?" Ben tidak suka dengan perkataan Michael. "Dia sangat mirip dengan Vanya." Ben terdiam, karena tidak berhak menjawab perkataan Michael. "Aku berharap kau melakukan tugas dengan baik." Pria tua itu pun memilih pergi begitu saja. "Jadi, apakah Leo tak bisa melupakan gadis itu?" Bukan kabar baru lagi kalau Vanya sudah meninggalkan dunia ini. Hanya Leo saja yang tidak tahu. "Kau sudah terjerat dalam pesona iblis." Leo adalah pria yang tidak dapat diprediksi sama sekali. Dia bisa melakukan apa saja, termasuk hal kejam sekalipun. Contohnya pelajaran kepada para wanita itu. Mungkin perasaan besi seperti Leo bisa luluh dengan adanya Vania. "Aku tak mau berurusan dengannya!" erang Michael sangat frustasi. Dulu Leo bukan orang kejam. Mungkin karena Vanya, dia berubah menjadi iblis seperti sekarang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN