Selamat membaca!
Di dalam perjalanan, pikiran Alex sudah tertuju pada sosok wanita yang menjadi alasannya hingga ia bisa memenangkan pertarungannya dengan David, permintaan Sandra yang memintanya kembali dengan selamat.
"Kenapa wanita itu selalu ada di dalam pikiranku ya? Apa mungkin aku sudah jatuh cinta padanya?" batin Alex dengan segala pertanyaan yang memenuhi isi kepalanya.
Perjalanan tak berlangsung lama, ketiga mobil kini sudah tiba di pelataran rumah kediaman Decker.
"Ayo Alex, biar Daddy bantu! Lain kali habisi musuh yang kau hadapi dengan cepat, tidak usah terlalu lama, sampai menguras tenagamu seperti ini. Ingat Alex! Yang kuat itu belum tentu menang, tapi yang menang sudah pasti kuat."
"Iya Dad." Alex menarik kedua sudut bibirnya, membenarkan semua perkataan ayahnya itu.
Chris mulai keluar dari mobil dengan memapah tubuh Alex yang tampak lemah dengan beberapa luka memar di wajah juga seluruh bagian tubuhnya.
Saat mereka hendak memasuki halaman rumah, Sandra sudah terlihat berada di sana, menunggu dengan raut wajah penuh kecemasan karena menanti kedatangan Alex.
Alex pun menatap Sandra yang tak berkata apa pun saat melangkah di hadapannya. Namun, dari sorot mata wanita itu, ia dapat membaca dengan jelas bahwa saat ini Sandra sudah lebih tenang setelah melihat kondisi Alex yang masih hidup.
"Hai, jangan hanya berdiri saja di situ, cepat masuk dan rawat aku!" ketus Alex menautkan kedua alisnya.
Chris mengernyitkan dahinya, saat mendengar permintaan putranya kepada Sandra. Walaupun diam, tapi Chris mengerti bahwa putranya saat ini sudah mulai mencintai Sandra. Jika tidak, sangat tidak mungkin seorang Alex, sampai mau bersusah payah menyelamatkan nyawa seorang wanita yang telah dilakukannya.
Sandra hanya mengangguk sambil mengikuti Alex dan Chris yang terus melangkah ke dalam rumah.
"Untung saja pria menyebalkan ini telah menyelamatkanku, jika tidak aku malas merawatnya, tapi entah kenapa melihatnya masih hidup, membuat hatiku menjadi tenang. Apa mungkin aku sudah mulai mencintainya?" batin Sandra menatap punggung Alex yang terus melangkah di depannya dengan dipapah oleh Chris.
Setelah tiba di dalam kamar, Chris mulai merebahkan tubuh Alex dengan perlahan di ranjang besarnya dan Sandra juga tampak di sana sudah membawa sebuah wadah yang berisikan air dingin dan handuk kecil untuk mengompres memar pada wajah Alex, sekaligus membersihkan luka tersebut.
"Ayo sini, biar aku bersihkan dulu lukamu!" Sandra mulai mengusap memar pada wajah Alex dengan perlahan. Walaupun terasa perih. Namun, Alex seperti merasa nyaman dengan segala perhatian Sandra terhadapnya.
"Sepertinya memang benar, perasaanku sudah mulai terpaut dengan wanita ini, tapi aku tidak ingin menunjukkan pada Sandra, karena harga diri seorang Alex Decker lebih besar dari sebuah cinta," batin Alex mulai dapat membaca apa yang saat ini dirasakannya.
Setelah selesai membersihkan semua luka di seluruh wajah dan tubuh Alex. Pandangan keduanya sejenak saling bertaut, sampai akhirnya ucapan Sandra membuyarkan lamunan mereka.
"Tuan Alex, boleh aku tanya sesuatu?"
Alex bergeming dengan lamunannya, ia mulai mempertajam sorot mata sambil menautkan kedua alisnya.
"Tanya saja!" jawab Alex singkat mengusir rasa kagumnya kepada Sandra, sosok wanita yang benar-benar memiliki sifat yang sama persis dengan Sierra.
"Setelah menikah, apa Tuan tidak bisa berhenti menjadi seorang mafia?"
Alex tersedak salivanya sendiri, saat mendengar apa yang dikatakan Sandra. Sebuah pertanyaan yang pernah dilontarkan Sierra sebelum mereka menikah dulu. Namun, nahas pernikahan itu tak pernah terjadi karena sebuah insiden yang membuat Sierra tiada, semua kenangan itu tersemat dalam pikiran Alex yang seketika diingatnya.
"Jika aku bisa mencintaimu, mungkin aku bisa mempertimbangkan keinginanmu! Tapi memangnya kenapa aku harus berhenti?" Alex mengangkat sebelah alisnya dengan tatapan penuh selidik.
Sandra pun terdiam dengan wajah penuh keraguan, sambil mengesah pelan ia coba mengatakan pada Alex, "Sudahlah! Nanti ada saatnya Tuan akan tahu alasannya." Sandra kini mulai beranjak meninggalkan Alex menuju keluar kamar.
Sementara itu Alex hanya menatap kepergian Sandra dengan pertanyaan yang kini memenuhi isi kepalanya.
"Sebenarnya apa alasannya memintaku untuk berhenti jadi seorang mafia? Dulu aku pun belum sempat menanyakan hal ini pada Sierra," gumam Alex, sambil merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Menahan rasa sakit yang hampir terasa di semua bagian tubuhnya.
Alex kembali teringat akan sosok Sierra yang membuatnya kembali bangkit lalu mengambil sebuah foto dari dalam nakas yang masih berada dalam jangkauannya.
"Sepertinya kedatangan Sandra sudah berhasil menggantikanmu di hatiku Sierra, walau mungkin sampai kapan pun aku tidak akan pernah bisa melupakanmu. Bahkan sampai saat ini aku masih belum mengetahui siapa yang sudah memasang bom pada mobilku. Aku memang bodoh tidak bisa menjagamu!" Alex terlihat geram, sambil menggenggam erat bingkai foto yang berada di tangannya.
()()()()
Di tempat berbeda, jauh dari kota Paris. Seorang wanita terlihat sedang duduk di sebuah cafe di kota Amsterdam, kota yang sebenarnya bukan merupakan tempat tinggalnya. Keberadaannya di Amsterdam memang bukan keinginannya. Namun, semakin lama ia sudah bisa menerima apa yang harus dijalaninya.
"Bagaimana kabar Alex ya? Sejujurnya aku sangat merindukannya, tapi aku tidak bisa kembali ke Paris." Wanita itu masih tampak memandangi langit senja dengan sendu. Menikmati keindahan langit yang mulai menghitam, walau bias merahnya tampak masih terlihat.
Kini sosok wanita itu masih tampak ragu atas keputusannya. Di satu sisi, ia sangat ingin kembali bersama Alex. Namun di sisi lainnya, ancaman Chris masih teringang jelas di telinganya. Ancaman yang begitu nyata hingga ia tak punya keberanian untuk membantah.
"Andai waktu itu aku tidak melihat Tuan Chris bersama keluarganya yang lain, mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi." Sierra mengesah kasar mengingat semua kenangan masa lalunya.
Tak lama kemudian, bunyi ponsel miliknya membuyarkan semua lamunannya. Tanpa menunggu, wanita itu pun langsung mengambil ponsel dari dalam tas dan kemudian menjawab panggilan telepon itu.
"Halo Sierra, Alex besok akan menikah dengan seorang wanita yang bernama Sandra, apa kamu rela melepas Alex begitu saja?" tanya seorang wanita dari seberang sana dengan rasa penasaran.
Perkataan dari sahabatnya yang bernama Mauren Hayden, membuatnya tercekat begitu kaget. Rasa bimbang kini semakin berkecamuk di hati Sierra. Namun, saat dirinya kembali teringat ancaman Chris, Sierra hanya dapat tertunduk lesu dan tak mampu berharap apa pun dari keadaannya saat ini.
"Ya enggak apa-apa Ren, sudah jalannya Alex bersama wanita lain. Lagipula kalau aku kembali ke Paris, apa yang bisa aku lakukan? Tuan Chris mengancam akan membunuh seluruh keluargaku jika aku membocorkan apa yang aku lihat kepada Mommy Grace dan juga Alex."
"Kamu itu bodoh ya Sierra, coba kamu temui lagi Tuan Chris dan katakan kepadanya, kalau kamu menikah dengan Alex, kamu akan tetap menjaga rahasianya sampai kapanpun, yakinkan Tuan Chris!"
Sierra berpikir sejenak mencerna setiap perkataan dari sahabatnya itu. Tiba-tiba seulas senyuman terlukis di raut wajahnya yang dengan cepat langsung bangkit dan menyambar sebuah jaket yang berada di atas meja. Kemudian langkah pun mulai tertuju ke area parkir menuju mobilnya.
Bersambung✍️