Selamat membaca!
Alex kembali ke dalam restoran dengan rahang wajahnya yang tampak mengeras. Pria itu kini terus mengedarkan pandangannya dengan tajam untuk melihat sekeliling. Sampai akhirnya, kedua manik matanya mulai menemukan sosok yang dicarinya.
"Di sana rupanya pria itu." Tanpa membuang waktu, Alex pun langsung melangkahkan kakinya dengan tergesa untuk menuju seorang pria yang sudah membuat amarahnya memuncak hingga ia tak bisa menahannya.
Melihat kedatangan Alex yang sudah berdiri di sampingnya, Mark pun seketika terhenyak dan secara spontan, pria itu melontarkan sebuah pertanyaan yang disambut dengan senyuman oleh Alex.
"Ada yang bisa saya bantu Tuan?" tanya Mark dengan ramah.
"Bisa ikut dengan saya sebentar karena Sandra mencarimu!" jawab Alex yang terpaksa berbohong agar Mark mau mengikutinya.
Mendengar nama Sandra, raut wajah Mark berubah antusias menanggapinya. "Jadi Sandra ingin bertemu dengan saya, Tuan. Di mana dia sekarang?" tanya Mark dengan senyum yang mengembang.
Mark memang sudah jatuh hati terhadap Sandra sejak keduanya sering bertemu di bengkel. Bahkan tak jarang, pria itu sengaja merusak mobilnya sendiri hanya sebagai alasan agar dirinya dapat bertemu dengan Sandra.
"Iya betul, mari ikuti saya!" jawab Alex yang sudah dipenuhi amarah. Namun, sekuat hati pria itu coba menahannya, setidaknya sampai Mark mau mengikutinya ke tempat yang hanya ada mereka berdua di sana.
"Kurang aja ternyata benar dugaanku, pria ini sepertinya memang menyukai Sandra. Aku harus memberi pelajaran pada pria ini!" batin Alex mulai meremas jemarinya kuat-kuat dengan tangan yang mengepal. Batinnya terasa begitu kesal atas apa yang telah diketahuinya.
"Ayo ikuti aku! Apa kau ingin membuat Sandra menunggu?" Alex pun tersenyum tipis hingga membentuk seringai licik dari kedua sudut bibirnya. Kini pria itu pun mulai melangkahkan kakinya menuju ke arah kitchen restoran, diikuti oleh Mark yang tak banyak bertanya dan hanya diam mengekor di belakang Alex.
Setelah tiba di depan pintu kitchen, timbul rasa curiga yang terbesit dalam benak Mark. Ia pun seketika menghentikan langkahnya untuk mengikuti Alex yang baru saja membuka pintu kitchen.
"Tuan kenapa ke sini? Memangnya untuk apa Sandra menemuiku di tempat ini? Ini kan tempat para chef restoran memasak."
Alex menampilkan seringai menakutkan sambil menatap wajah Mark yang terlihat bingung. Membuat pria itu terus berpikir atas apa yang di hadapinya saat ini. Sampai akhirnya, Mark mulai membaca maksud tujuan Alex terhadapnya.
"Pria aneh ini pasti berbohong, tidak mungkin Sandra ingin menemuiku di tempat ini," batin Mark yang langsung beranjak untuk meninggalkan Alex.
Namun, baru dua langkah ia pergi, Alex dengan cepat menarik kerah belakang kemejanya dan menyeret tubuh Mark untuk masuk.
"Apa-apaan ini?" Mark meluapkan amarahnya dan tak terima dengan perlakuan kasar Alex.
Mendengar pertanyaan Mark, Alex pun langsung melepas cengkraman tangannya dengan kasar. Mereka kini saling berhadapan dan menatap tajam seolah menunjukan kekuatannya masing-masing. Namun, perlahan ingatan Mark mulai mengenali wajah yang kini ada di hadapannya. Wajah yang tak asing baginya dan langsung menciutkan nyalinya.
"Kau itu Alex Decker, mafia yang terkenal di seluruh kota Paris." Mark menelan salivanya dengan kasar. Kini dahinya sudah terlihat berkeringat saat mengetahui bahwa pria yang ada di depan matanya adalah sosok paling berbahaya sekota Paris.
Tanpa berkata apa pun, Alex langsung memelintir tangan Mark ke belakang tubuhnya dan menghempaskan pria itu ke atas sebuah meja alumunium.
"Sakit, lepaskan!" protes Mark sambil meringis kesakitan karena tangannya terasa hampir patah ketika Alex menekannya dengan sekuat tenaga.
"Tadi tangan ini yang kau gunakan untuk menyentuh Sandra, benar begitu!" bentak Alex yang sudah dikuasai oleh amarah.
Mark mengernyitkan dahinya saat mendengar perkataan yang terlontar dari mulut Alex. Wajahnya kini sudah dipenuhi buliran peluh yang mulai mengucur dari keningnya. Sambil menahan rasa sakit dan ketakutannya, pria itu terus mencerna setiap perkataan Alex dan membuatnya semakin penasaran akan maksud perkataan sang mafia.
"Memang ada hubungan apa Sandra denganmu, Alex?" tanya Mark dengan suaranya yang terdengar serak karena menahan sakit pada tangannya.
"Dia adalah mainanku jadi aku tidak suka bila ada orang lain yang menyentuhnya. Apa kau paham!" jawab Alex dengan mengancam. Suara lantangnya yang penuh penekanan, menambah ketakutan Mark akan situasi yang dihadapinya saat ini.
"Kurang ajar juga Alex, kenapa dia menjadikan Sandra mainannya? Aku tidak akan membiarkan itu terjadi," batin Mark yang tiba-tiba memiliki keberanian saat mendengar wanita yang dicintainya disakiti oleh Alex.
Tanpa Alex diduga sedikit pun, Mark berhasil mendorong tubuhnya hingga membuat cengkraman tangan Alex terlepas darinya. Keduanya pun langsung terlibat perkelahian dengan mempertahankan alasannya masing-masing.
Mark mulai melancarkan pukulannya dengan sekuat tenaga. Namun, bagi Alex itu adalah serangan yang sangat mudah untuk dipatahkan karena ia berhasil menepisnya hanya dengan menggunakan satu tangan. Setelah menghindar dari serangan Mark berikutnya, kini giliran Alex yang menyerang pria itu dengan menendang bagian samping tubuh Mark yang masih dapat dihindarinya. Namun, tidak dengan serangan kedua Alex yang dapat membuat Mark terjatuh. Ya, secara tiba-tiba Alex melakukan tendangan memutar hingga mengenai wajah Mark. Tak hanya itu, ia pun menarik paksa pria itu untuk berdiri dan tanpa ampun, langsung memukulinya beberapa kali yang diakhiri dengan sebuah serangan menggunakan lututnya yang tepat mengenai bagian perut Mark.
"Ternyata desas-desus yang beredar itu benar. Pria ini ternyata memang seorang mafia yang paling kejam di kota Paris, tapi bagiku, pria yang menyakiti hati wanita adalah seorang pecundang," batin Mark yang masih terkapar di lantai sambil mengusap bercak darah yang keluar dari mulutnya.
Alex menatap dengan penuh kemenangan. Senyuman tipis yang terulas menandakan bahwa saat ini, ia tengah merasa puas atas apa yang dilihatnya. "Itu hukuman untukmu karena kau telah mengganggu mainanku!" kecamnya dengan penuh penekanan.
Perkataan Alex membuat Mark kembali menajamkan sorot matanya untuk melihat wajah Alex. Ia seakan tidak gentar menghadapi pria yang saat ini tengah berdiri di depannya. Seorang pria yang notabenya adalah mafia.
"Aku tidak takut padamu, walau kau seorang mafia sekalipun karena bagiku pria sejati itu tidak akan pernah mempermainkan seorang wanita." Mark mulai bangkit dari posisinya dan melangkah maju dengan cepat untuk memulai kembali menyerang Alex.
Namun, kali ini Mark berhasil menghempaskan tubuh Alex dengan sebuah tendangan keras yang membuat tubuhnya terbentur meja aluminium yang ada di belakangnya.
Alex pun berdecih kesal. Ia kembali menghampiri Mark untuk memberikan serangan balasan padanya. Kini Alex memulainya dengan meninju wajah pria itu dengan sekuat tenaganya. Namun, Mark tak mau kalah dan melabuhkan beberapa pukulan tepat mengenai rahang Alex. Sampai akhirnya, perlawanan Mark pun berakhir ketika Alex berhasil membuatnya terkapar dengan tendangan akrobatik-nya yang tepat mengenai kepala pria itu.
Alex pun membungkuk ke arah Mark yang masih tampak lemah di lantai.
"Ayo bangun pria sok jagoan!" Alex menarik kerah kemeja Mark untuk memaksanya berdiri. Setelah Mark bangkit, Alex pun kembali menendang bagian perut pria itu dengan menggunakan lututnya hingga membuat bercak darah keluar dari mulut Mark yang langsung meringis kesakitan.
Kini Mark kembali terkapar di lantai. Namun, Alex yang merasa belum puas kembali menendang tubuh pria itu secara membabi buta tanpa belas kasihan sedikit pun.
"Mati, kau!" Alex terus menendangi Mark tanpa ampun. Amarah yang tengah memuncak membuatnya mulai naik pitam dan bermaksud akan membunuh pria yang sudah tak berdaya di bawah kuasanya.
"Aku sudah muak denganmu!" Tanpa berpikir panjang lagi Alex mengambil sebuah pistol dari balik jasnya dan langsung mengarahkan pistol miliknya ke arah kepala Mark.
"Aku tidak suka bila kau terlalu peduli dengan mainanku!" kecam Alex penuh penekanan.
Tanpa basa-basi lagi, Alex mulai menarik pelatuk pada pistolnya. Sementara Mark masih terus melihat dengan tatapan nanar. Saat ini, ia hanya bisa pasrah dengan apa yang akan dilakukan oleh Alex.
"Apa aku akan mati hari ini?" batin Mark masih memegangi perutnya yang terasa nyeri akibat tendangan Alex.
Bersambung ✍️