6. Dilema

1985 Kata
"Bagaimana caranya agar aku bisa menjadi pemenang hatimu, Ed?" *****   Arsenia Ramona. Gadis gemuk yang cantik itu terusik dari tidur lelapnya saat dering ponsel merasuki mimpinya yang indah. Ia mengerang kesal. Matanya terbuka melihat jam disudut kamarnya. "Masih jam 6 pagi, siapa sih yang telepon!?", Kesalnya. Ia mengangkat telepon dari nomor tak dikenal tersebut. "Halo”, sapanya dengan mata kantuknya yang masih terpejam. "Hai, Arsenia. Apa kabar?”, tanya sang penelepon. "Hmm.. aku baik. By the way, kau siapa ya?”, tanyanya yang hampir saja tertidur kembali. "Ah iya, maaf aku lupa. Aku Alleta, kakak iparnya Edwin”, jawabnya. Sontak mata kantuknya terbuka dan langsung terduduk mendapati dirinya ditelepon oleh wanita yang dicintai oleh tunangannya. Rasa kantuk yang sejak tadi menempel hilang entah ke mana. "Oh, ha.. hai kak Leta, maaf aku tidak tau nomor ponselmu”, ujarnya gugup. Terdengar suara gelak tawa Alleta di seberang. "Tak apa, Ar. Salahku juga tak mengenalkan diri terlebih dahulu. Oya, hari ini kau ada acara tidak?”, tanya Alleta. Arsenia menggeleng seakan Alleta ada di hadapannya, lalu dengan cepat menyadari kebodohannya bahwa Alleta tidak bisa melihatnya. "Tidak ada, kak. Aku free hari ini”, jawab Arsenia. "Ah syukurlah, aku ingin mengajakmu jalan-jalan berdua. Anggap saja girls time, aku sudah mendengar banyak hal tentangmu dari mommy. Maukah kau berjalan-jalan bersamaku hari ini? Sebagai sesama menantu keluarga daddy George kita akan dekat nantinya kan hihihi",jelas Alleta. Gadis itu meringis mendengar kata 'menantu' dari Alleta. Tapi ia pikir tak ada salahnya mengenal lebih jauh keluarga Edwin. Terutama Alleta. "Oke kak, di mana kita bertemu?”, tanyanya. "Tidak perlu, aku akan menjemput di rumahmu. Jam 11 siang kujemput ya Ar, see you!",jawab Alleta. "See you too, kak”, balasnya lalu memutus sambungan telepon. Gadis itu diam. Termenung. Pikirannya kosong. Kemudian ia menguap dengan lebar seraya meregangkan tangannya. Menggapai guling kesayangannya dan... loh loh loh, ia telungkup seraya menyerukan wajahnya ke guling dan... oke. Dia tidur lagi. Dasar tukang tidur. ***** Saat ini Arsenia tengah bersenandung, entah kenapa suasana hatinya sangat bagus hari ini. Ia baru saja keluar dari kamar mandi, tubuhnya masih berbalut bathrobe berwarna putih s**u. Arsenia melangkah menuju meja riasnya dengan mulutnya yang masih setia bersenandung. Ia duduk di kursi meja riasnya dan menatap wajahnya di cermin. Tiba-tiba ia menjerit kaget melihat wajahnya. "Kok!? Mataku bengkak? Wajahku juga bengkak!", pekiknya. Ia memutar kembali ingatannya dan akhirnya ia ingat apa yang menyebabkan wajahnya bengkak seperti ini. "Ini pasti karena aku tidur lagi dengan posisi telungkup! Astagaaa!! Wajahku... hiks",racaunya. Ia mengambil concealer untuk menutupi kantung matanya yang membengkak. "Aih.. aku jadi harus repot-repot memakai concealer seperti ini, huft! Ingatkan aku untuk tidak tidur telungkup seperti itu lagi”, gumamnya. Setelah selesai, ia melangkah menuju lemari pakaiannya. Ia memilih dress berwarna putih dan diperindah dengan sabuk kecil berwarna biru. Sekilas dress tersebut terlihat transparan dengan jenis kain berupa jaring-jaring. Tapi jika dilihat dari dekat, ada kain tile yakni semacam kain berwarna kulit yang menempel dibalik jaring-jaring tersebut. Tangan kirinya menekan rambutnya yang dibuat bergelombang. Hmm.. not bad, walau wajahku masih terlihat lesu karena kantung mata ini, pikirnya. ***** Arsenia Saat ini pukul jam 11.00 dan benar saja, seseorang telah mengetuk pintu rumahku yang bisa kupastikan itu adalah kak Alleta. Aku jadi ingat saat Edwin menjemputku di hari pertunangan kami, malamnya ia bilang akan menjemput pukul 8 pagi dan besoknya pukul 8 teng ia sudah berdiri dengan tampannya di depan pintu rumahku. Aku membuka pintu dan seketika wajah ceria Kak Alleta sudah menyambutku. "Hai Arsenia, kau cantik sekali! Sudah siap untuk girls Time?",tanyanya. Aku tersenyum. Dia adalah wanita yang menyenangkan. Aku bisa menilainya dari pertama kali bertemu. Wajar jika banyak pria yang menyukainya. "Tentu saja! Ayo kak”, jawabku penuh semangat. Jangan salah sangka. Aku tidak membencinya hanya karena dirinya dicintai oleh tunanganku. Itu bukan alasan untuk membenci kak Alleta. Dan aku menyukai kak Alleta, sosoknya memang menyenangkan. Aku tak mengerti akan dibawa ke mana aku, sepertinya aku harus bertanya. "Kak”, sautku "Yes?", jawabnya. "Hmm.. kita mau ke mana ya?”, tanyaku. Kak Alleta tersenyum. Lihat. Aku saja yang perempuan terpesona dengan senyumannya. "Kita akan makan siang dulu di cafe langgananku. Di sana banyak menu-menu yang enak baik western maupun oriental. Kau suka tidak?" "Tentu saja, kebetulan aku juga sudah lapar”, jawabku. Ia terkekeh mendengar jawabanku. "Kau lucu sekali, pantas mommy menyukaimu. Aku juga menyukaimu dan tak sabar menanti hari di mana kau menjadi istri Edwin kecilku”, ucapnya. Edwin kecilku. Catat baik-baik. Edwin kecilku. Jadi memang hanya Edwin yang merasakan cinta pada kakak iparnya. Pada kenyataannya Alleta menganggap Edwin adiknya. Tidak lebih! Kau dengar itu, Ed? Kau memang gila. Aku tersenyum menatap kak Alleta. ***** "Kau mau pesan apa, Ar?", tanya Alleta. "Hmm.. aku ingin fetucini carbonara dan lemon slush",jawab Arsenia. Arsenia memperhatikan Alleta yang tengah memberikan pesanan kepada pelayan dalam diam. Gadis itu tengah berpikir, bagaimana caranya bisa menjadi seperti Alleta agar Edwin berpaling padanya. Tapi tidak mungkin kan? "Kak”, saut Arsenia. "Ya?" Arsenia tersenyum menatap Alleta. "Ajari aku agar bisa menjadi wanita mengagumkan seperti kakak”, pinta Arsenia. Sontak Alleta tergelak mendengar permintaan gadis di hadapannya. Kok? Diketawain? Pikir Arsenia. "Kau sangat menarik, Ar. Taukah kau, kau sangat cocok dengan Edwin. Edwin yang ramah dan hangat dan kau yang ceria dan lucu. Kalian pasangan serasi”, ujar Alleta. "Benarkah kami serasi?", tanya Arsenia bersemangat. Alleta mengangguk. "Hum.. kalian cocok satu sama lain, dan soal pertanyaanmu tadi. Kau tak perlu belajar menjadi seperti aku karena kau sudah menjadi wanita yang mengagumkan, Arsenia",lanjut Alleta. "Benarkah?" "Tentu saja. Setiap wanita memiliki pesonanya masing-masing dengan atau tanpa mereka sadari. Jadi tidak perlu merasa minder dan ingin menjadi seperti orang lain karena kau mengagumkan dengan caramu sendiri”, jawab Alleta. Arsenia tersenyum. Sekarang ia tau jawaban kenapa Edwin mencintai kakak iparnya. "Hmm.. baiklah, oh ya maukah kakak menceritakan semua hal tentang Edwin. Dia terlalu pelit bercerita”, pinta Arsenia seraya memberengut. "Hmm.. Edwin itu anak yang manja, dulu aku yang sering menemaninya bermain karena mom, dad, dan Edward sangat sibuk mengurus Angkasa Corps. Awalnya Edwin kesepian, malah sempat kabur dari rumah dan hampir saja kecelakaan jika bukan ibuku yang menolong. Dari situ aku sering bermain dengannya. Dia paling suka makan es krim, sandwich, dan sup tomat. Oh ya dia juga suka ayam panggang sebagai teman makan sup tomatnya. Hmm.. apalagi ya, oh ya dia memang anak yang sangat baik dengan semua orang, herannya ia tak pernah mau menjalin hubungan dengan wanita hingga akhirnya bertunangan denganmu.. kami sangat senang melihat tunangan Edwin gadis yang baik dan menyenangkan sepertimu”, jelas Alleta. "Hum.. aku tak menyangka Ed pernah merasa kesepian, karena kulihat mom dan dad adalah sosok orang tua yang sangat menyayangi anak-anaknya. Begitu pula kak Edward, sepertinya kak Edward juga sangat peduli pada Ed”, ucap Arsenia. Alleta terkekeh bertepatan saat pesanan mereka datang. "Ceritanya sangat panjang, Ar. Kita lanjut sambil makan saja ya”, ujar Alleta yang dibalas anggukan Arsenia yang juga menatap makanannya dengan penuh semangat. "Selamat makan”, seru keduanya. "Nah, kulanjutkan. Sampai mana kita tadi, ah! Soal mom, dad, dan suamiku. Ketika Edwin berumur 10 tahun mom dan dad terlalu sibuk bekerja, begitu pun Edward. Sikap Edward kepada Ed pun sangat dingin dan bisa dibilang kasar. Itulah yang menyebabkan Ed kabur dan bertemu ibuku. Jadi berkat Ed lah aku bertemu dengan belahan jiwaku”, jelas Alleta. Arsenia melongo mendengar penjelasan calon iparnya, ternyata Edwin memiliki jasa besar terhadap kebahagiaan kehidupan kakaknya. "Lalu? Bagaimana cara kakak mengubah sikap kak Edward yang kasar itu?”, tanyanya penasaran. "Hmm.. aku akan menceritakan kisah cintaku padamu. Dulu Edward sangat membenci diriku karena tubuhku yang... gemuk. Ia bahkan selalu menyebutku panggilan nona 'besar'. Berbeda denganku yang sudah jatuh cinta dari awal pertemuan kami, pertemuan kami semakin sering karena Edwin selalu ingin bermain bersamaku. Dan Edward benci melihatku. Tapi mom dan dad begitu menyayangiku dan menganggap aku adalah anak mereka. Karena itu Edward tak berani melawan jika daddy sudah memutuskan aku ikut mereka. Awalnya dia mengancam dan memakiku dengan kejam, ia bahkan melakukan beberapa kekerasan. Tapi aku hanya diam saja. Sampai puncaknya aku benar-benar marah dan berbalik membencinya”, jelas Alleta. Arsenia semakin tercengang menatapnya. "Lalu.. ehm... bagaimana bisa kakak bisa berbalik membenci kak Edward?", tanya Arsenia. "Dia memakiku dengan sebutan w*************a hanya karena berbicara dengan tamu di dalam ruang kerjanya ketika dirinya meeting. Padahal aku diminta tolong oleh mommy mengantarkan makan siang dan dompet Edward yang tertinggal di-mansion. Saat aku masuk ke ruangannya ternyata ada rekannya dan tak mungkin kami hanya akan berdiam-diaman kan? Tapi dia murka melihat kami akrab. Aku dipermalukan di depan seluruh karyawannya, tapi bukan itu yang utama. Dia telah menyentuh keluargaku, maka aku tidak akan membiarkannya. Aku menamparnya, balas memakinya bahkan melempar wajah tampannya dengan uang dan dompet suamiku, dan memutuskan pergi dari kehidupannya sesuai yang dia inginkan”, jawab Alleta seraya terkekeh. "Terus.. terus.. bagaimana kelanjutannya kak?", tanya Arsenia bersemangat. "Aku meninggalkannya, berusaha menata kembali hatiku yang sudah terlanjur dicuri olehnya. Aku bertekad melupakannya, akhirnya aku bekerja di bank Sentral dan setelah 3 tahun aku menghilang, takdir mempertemukan kami kembali dalam sebuah meeting antara kantorku dan perusahaannya. Dan dari situ, situasi berubah 360°. Dia yang mengejarku, memohon cintaku dan aku memakinya seperti yang ia lakukan padaku dulu. Ternyata 3 tahun telah mengubah dirinya, ia menjadi pribadi yang lebih hangat dan sikap buruknya pada Edwin telah hilang karena aku selalu mengingatkan untuk bersikap baik pada adiknya sendiri. Tapi tidak sampai situ saja, pada satu malam aku meninggalkannya lagi ketika telah memberinya harapan, aku pergi tanpa informasi sedikit pun. Dan butuh waktu 7 tahun untuk kami bertemu kembali. Dan tidak ada alasan bagi kami untuk mengelak lebih dalam cinta yang sudah lama kami tahan”, lanjut Alleta. Wanita itu tersenyum mengenang perjalanan cintanya dengan suami tercinta. "WOAAAAH!!!! TAK KUSANGKA KISAH KAKAK SEPERTI n****+-n****+ ROMAN ITUU!!",Pekik Arsenia bersemangat. Sontak Alleta tergelak menatap gadis lucu di depannya. "Waah, kisah kalian sangat menakjubkan. Semoga aku dan Edwin bisa berakhir bahagia seperti kalian”, rapal Arsenia. "Tentu saja, kulihat hubungan kalian lancar. Ed juga tidak pernah mengeluh, mommy dan daddy senang melihat perkembangan hubungan kalian berjalan baik”, ucap Alleta. Arsenia tersenyum. Sandiwara yang bagus, Ed. Pikirnya. "Wah tidak terasa sudah hampir dua jam kita ngobrol di cafe ini, ayo kita ke butik”, ajak Alleta. Arsenia mengernyit. "Butik?", ulang Arsenia. "Yup! Butik”, jelas Alleta. "Mau ngapain kak?", tanya Arsenia. "Ed belum memberitahumu?", tanya Alleta bingung. Arsenia menggeleng. "Dasar, kebiasaan pelupanya tidak hilang anak itu. Besok kita akan menghadiri acara peresmian pembukaan cabang baru Angkasa Corps, dan kau datang sebagai tunangan Ed. Konsepnya garden luxury party, jadi ayo kita cari busana untuk besok”, ajak Alleta seraya menarik tangan Arsenia. ***** "Kak, yakin dengan baju yang kubeli ini?”, tanya Arsenia pada Alleta. Kini mereka tengah berjalan keluar pusat perbelanjaan mewah di Jakarta dengan tangan yang penuh paperbag berisi belanjaan mereka. "Tentu saja, Ar. Kau sangat cantik mengenakan dress tadi”, jawab Alleta bersemangat. "Tapi, Edwin bilang aku tidak boleh pakai baju terlalu mengekspos tubuhku”, ucap Arsenia. Alleta tergelak mendengar pernyataan Arsenia. "Oh ternyata adikku sudah dewasa, sikap posesifnya sudah dimunculkan untuk gadis yang dicintainya”, seru Alleta. Sontak wajah Arsenia merona. Ia merutuki kebodohannya yang dengan tanpa beban mengucapkan kalimat itu. "Kau tenang saja, sesekali buat tunanganmu cemburu karena pria di sekitarmu menaruh perhatian padamu hihihi",ujar Alleta bersekutu. "Ah sudah datang rupanya”, ucap Alleta ketika Arsenia hendak menjawab. Gadis itu menoleh dan sontak menahan nafasnya melihat tunangannya telah berdiri bersandar pada mobil dengan pakaian santainya. Tentunya dengan senyum yang.... errggghhhh! Tapi tiba-tiba dirinya menyadari. Senyum menawan itu bukan untuknya, melainkan untuk wanita yang berjalan di sampingnya. Gadis itu tersenyum sendu. Melirik wanita anggun nan mengagumkan yang tengah tersenyum. Jika begini, bagaimana caranya agar aku bisa menjadi pemenang hatimu, Ed? *****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN