Memikirkan

253 Kata
Kalimat itu terus berputar di kepalanya, mata yang awalnya sangat berat akibat amat terasa ngantuk kini telah hilang sudah. Saat ini Mia tengah berada di kamarnya. Sesuai dengan yang diucapkan Fero selaku sang suami, bahwasanya mereka tidak akan pernah satu kamar layaknya pasangan suami-istri. Ingin rasanya saat itu menanyakan alasannya itu kenapa, tapi setelah beberapa minggu akhirnya terkuak sudah, ternyata sang suami menganggap dirinya hanyalah seorang teroris karena mungkin terlihat karena pakaiannya yang seperti itu. Memang benar memperjuangkan keistiqomahan itu tidaklah mudah. Banyak cobaan yang datang silih berganti, teepaan demi terpaan tak begitu mudah untuk Mia lewati dengan sendiri. Sering juga ingin rasanya ia menyerah, tapi ia selalu teringat pesan dari almarhumah sahabatnya. Sang sahabat selalu mengatakan "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, Tuhan kami ialah Allah kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakan lah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu". [“Seseorang akan diuji terus menerus sehingga dia berjalan di muka bumi ini bersih dari dosa-dosanya."-(HR. Bukhari).] Betapa banyak kegetiran dan kesulitan yang dialami oleh Mia dari awal memutuskan untuk bergurah, dan mulai menjalankan keistiqomahannya. Ia pikir setelah menikah dirinya akan semakin kuat untuk mempertahankannya, tapi asumsi berbeda dengan realita yang menyapa. Pikiran Mia kini kosong, saat ini dirinya telah duduk diatas kasur dengan arah pandang lurus ke jendela yang sengaja ia buka tirainya agar mudah untuk dapat melihat ke arah luar yang setidaknya ia bisa berpikir jernih tentang langkah apa yang akan dilakukan ke depannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN