Feroka Mahardika

1511 Kata
Sebuah pernikahan bukanlah ajang untuk kepuasan batin, menikah karena terpaksapun bukanlah awal dari malapetaka dalam rumah tangganya yang baru, banyak dari mereka yang menikah karena perjodohan dapat bertahan sampai hanya maut yang dapat memisahkan. Takdir seseorang didepan tidak ada yang tau. Saat ini mungkin menolak tapi nanti bisa jadi dia tidak akan sanggup kehilangan. Jodoh setiap orang sudah ada tertulis dalam kitab Lauhul Mahfuz. Feroka Mahardika, seorang yang sudah sukses di usia mudanya, dan kini Fero sedang menikmati hasil dari kerja kerasnya. Fero saat ini berumur 30 tahun. Dibalik keberhasilannya saat ini,  ada satu hal yang selalu mengganjal dalam pikirannya. Fero selalu ditagih untuk segera menikah oleh orang tuanya, jika hal itu tidak dilakukan oleh Fero maka sang Papah, Wirawan ... akan menarik kembali investasi yang ada di perusahaannya dan itu akan mengrugikan bagi dirinya. Sang Papah, Wirawan adalah investor utama di perusahaannya saat ini, jika sampai beliau benar-benar menarik kembali sahamnya maka investor-invesetor lain, akan ikut menarik juga. Sebab Fero dapat berkenalan dan bekerja sama dengan investor lain berkat pengajuan dari sang Papahnya. Larut malam yang sungguh manis tapi tidak bagi Fero, saat ini dia tengah berada disalah satu klub malam yang ada di pusat Jakarta. Dia sudah meminum beberapa gelas vodka yang telah diracik sedemikian rupa oleh bartender langganannya. Bartender itu ialah Sony, sahabat dari Fero sendiri sekaligus pemilik klub malam tersebut. Dentuman musik mendominasi ruangan yang bergemelap cahaya warna-warni itu. Alunan indah diskotik dari sang dj, mengiringi mereka yang sedang menari di area dance klub tersebut. Fero meneguk kembali vodkanya lalu dia menyangga serta menangkup wajahnya, dia merasa sedikit stres jika sudah memikirkan pernikahannya yang disangkut pautkan dengan perusahaannya. Fero sendiri belum siap untuk menikah, baginya pernikahan adalah sebuah bencana besar bagi hidupnya. Setelah menikah semuanya akan berubah, tanggung jawab dia juga akan semakin bertambah. Baginya wanita hanyalah menyusahkan, maka dari itu dia tidak pernah memikirkan untuk hal itu. Ya, saat ini Fero adalah sosok seorang playboy yang sering bermain dengan seorang wanita hanya untuk kepuasan semata tanpa ada ikatan resmi diantara keduanya. Setelah Fero puas dengan satu wanita maka dia akan memberi bayaran kepada wanita, lalu akan mencari wanita yang lain. Begitulah kehidupan Fero diluar dari pekerjaannya sebagai seorang pengusaha. Sony berjalan menghampiri Fero sesaat setelah melayani pesanan pengunjungnya, meskipun pegawainya sudah banyak tapi Sony akan terus terjun langsung untuk memantau perkembangan klubnya, bagian favorit dari Sony yang sangat dia suka adalah kegiatannya ketika dirinya sedang meracik sebuah minuman hingga menciptakan aneka minum baru. Lebih dari sepuluh tahun Fero dan Sony berteman baik. Dan keduanya dari awal perintisan usahanya masing-masing, mereka sudah saling berbagi keluh kesah dan suport satu sama lain. “Udah lah Fer, lo nggak usah terlalu pikirin. Ikutin aja keinginan orang tua lo. Sekali-kalilah lo berbakti kepada mereka,”  ujar Sony. “Berbakti sih berbakti, tapi bukan berarti harus mengatur masa depan anaknya. Seorang anak berhak menentukan masa depannya sendiri.” “Memangnya apalagi yang akan lo targetin, sekarang lo udah menjadi pengusaha muda. Siapa yang nggak kenal sama lo, Feroka Mahardika. Semua orang kenal siapa lo, lagian kenapa nggak lo kenalin aja salah satu wanita yang lo tidurin itu?!” “Pernikahan nggak segampang itu, bagi gue wanita itu hanya malapetaka,” balas Fero. “Malapakteka darimana? Buktinya lo menikmati setiap sentuhannya. Gue nggak habis pikir lagi ... sama cara berpikir lo.” “Perlu lo ketahui, wanita itu beban bagi gue, gue nggak bisa bertahan hanya dengan satu wanita,” Fero menyisir rambutnya kebelakang. “Dan lo tau, siapa yang bakal dijodohkan sama gue?” “Ya mana gue tau, orang lo belum ngasih tau,” potong Sony. “Gue dijodohkan dengan wanita bercadar. Gila nggak tuh orang tua gue, jelas saja gue pusing. Nggak ada bagus-bagusnya coba tuh wanita, yang ada hanya bikin malu.” “Mungkin orang tua lo, pengen anaknya cepat taubat makanya dinikahkan dengan wanita yang seperti itu. Yaudah sih ambil sisi baiknya aja.” “Nggak! Nggak bisa  ...  gue nggak bisa,” racaunya dengan meminum kembali vodkanya. “Terus lo mau nolak? Udah bersedia lo kehilangan perusahaan? Perusahaannya yang lo rintis mati-matian dari nol, yakin lo mau buang gitu aja, hanya untuk menolak pernikahan ini.” “Gue nggak tau, gue nggak tau lagi.” “Fer, lo udah dewasa maka cara berpikir lo juga harus dewasa. Lo pengusaha muda, masa dengan permasalahan seperti ini lo bikin ribet sih.” “Maksud lo?” “Lo emang bukan playboy sejati ya, masa harus gue kasih saran dulu baru lo ngerti.” Fero dibuat bingung oleh kalimat demi kalimat yang dilontarkan oleh sahabatnya, Sony. Fero menaikkan satu alisnya, dia belum mengerti arah pembicaraan dari Sony. Sony menepuk jidatnya. “Astaga ...  masih aja lo belum paham. Gini ya Fer, meskipun lo udah nikah dengan satu wanita, tapi posisi lo itu akan tetap bebas, lo tetap bisa cari wanita lain diluar sana. Yang penting lo harus main cantik, jangan sampai ketahuan istri lo lah. Ribetnya dimana? Itu juga kalau lo masih mau bertahan jadi playboy kecuali emang lo udah insaf beneran.” “Sumpah, otak lo nggak nyampai sama isi pemikiran gue. Bukan itu maksud gue Sony ...  hidup itu bukan tentang s**********n wanita doang. Ini masalah jati diri dan martabat gue.” “Maksud lo gimana sih, jadi yang disini yang g****k lo apa gue?” tanya Sony. “Cuci otak gih sana!” “Lupa ingatan dong gue, itu malah jadi g****k beneran kaya orang t***l nggak inget apa-apa.” “Emang lo kan begitu, g****k, t***l, bloon, bodoh ....” “Terus aja lo sebutin semuanya njir, sahabat macam lo ini?!” “Kaya p****t babi lo sensitif bangt. Ahh udah ahh ... tau gue lagi pusing.” “Jadi maksud arah pembicaraan lo itu apasih? Nggak ngerti gue.” “Gini, kalau gue nikah sama tuh orang, otomatis setiap ada acara kantor atau pertemuan antara klien, mereka akan menanyakan keberadaan istri gue, sekarang aja gue belum nikah ditanyain terus. Nggak habis pikir lagi gue, kenapa masalah kantor selalu menanyakan hubungan pribadi gue. Klien gue emang pada kepo banget, kesel gue.” “Ya lo tinggal jawabnya, kabar istri lo baik. Dimana susahnya coba?” Pletakkk  Fero menjitak kepala Sony. “Bodoh, pasti mereka akan berkomentar kenapa istrinya tidak dibawa keacara, padahal yang lain dibawa istrinya,” jawab Fero memperagakan ucapan salah satu kliennya. “Yaudah bawa tinggal bawa aja sih Fer, aduh gemes banget gue sama lo.” “Astaga ... dari tadi gue ngomong kagak konek-konek emang otak lo ya ... Sony, gue itu malu punya istri bercadar, apa gunanya dia, percuma nggak bisa diajak kemana-mana yang ada malah bikin malu, mereka pasti menyangka bahwa gue menikah dengan seorang teroris,” jelas Fero. “Yaudah, lo suruh istri lo tetap dirumah ajalah. Nggak usah lo bawa keluar kalau itu malu-maluin.” “Bener omongan lo emang bener! Tapi coba lo pikir, ketika gue menikah otomatis mereka semua akan tau, bodoh. Gue itu pengusaha yang merambat jadi publik figur. Bagaimana gue menyembunyikan jati diri istri gue coba.” “Ya lo menikah secara sembunyi-bunyilah.” “Lo pikir semua ini yang ngerencanain gue? Jelas-jelas yang ngerencanain ini semua adalah orang tua gue, gue tuh cuman harus mengikuti apa kata mereka. Itu yang bikin gue pusing, lo ngerti nggak sih posisi gue Son.” Fero meminum vodkanya dan meminta lagi kepada bartander yang lain. “Susah ya kalau gitu. Yaudahlah pasrah. Ikutin aja apa kata bokap-nyokap lo.” “Gue bilang tadi juga apa? Gue tuh kaya boneka tau nggak sih lo, yang harus mengikuti apa kata mereka.” “Btw, lo udah ketemu belum sama calonnya?” tanya Sony. “Belum, dua hari lagi gue akan menemuinya.” “Gue jadi mikir, apa yang dipikirannya ya ketika dia tau kalau lo itu suka mainin wanita, dan bahkan meninduri mereka.” Fero mengangkat kedua bahunya, menandakan di tidak peduli. “Mungkin gue akan jujur ke dia. Dan gue sendiri juga, nggak akan pernah berhenti untuk sesuatu yang gue suka ini.” “Jadi meskipun lo udah nikah tapi lo bakal tetap bermain dengan wanita lain?” “Menurut lo?! Lagian wanita yang seperti dia itu apa enaknya sih, palingan juga bodinya biasa-biasa ajalah, kalah jauh sama wanita-wanita yang pernah gue tiduri. Bahkan gue, sampai berpikir bahwa wajah dia itu buruk rupa makanya ditutupi kaya gitu.” “Dasar emang otak b***t lo nggak pernah bisa hilang. Tapi kalau sebaliknya bagaimana? Kalau dia bahkan lebih-lebih apapun dari wanita-wanita lo itu, gue yakin lo bakal jatuh cinta,” tukas Sony. “Gue jatuh cinta sama wanita? Ya nggak mungkinlah. Gue aja tidur bareng sama mereka semua itu tanpa cinta. Terus bagaimana gue bisa jatuh cinta sama istri gue nanti tanpa tidur bersama, ngaco lo.” “Maksud lo, ketika lo sudah nikah nanti, lo nggak bakal tidur bareng sama dia?” “Iyalah, apartemen gue kan punya tiga kamar,  jadi kita nanti akan pisah kamarlah. Nggak ada gairah-gairahnya gue lihat dia.” “Hati-hati lo sama ucapan lo, nih gue kasih tau. Orang yang selalu hadir disekitar kita dengan perhatiannya yang luar biasa, maka dari itu yang akan membuat kita nyaman berada didekatnya. Mungkin saat ini lo belum nyaman karena belum terbiasa. Karena sejatinya cinta hadir sebab kenyamanan, dan kenyamanan itu hadir karena terbiasa,” jelas Sony. “Kenapa lo jadi bucin gini sih? Yaudah kenapa nggak lo aja yang nikahin dia gantiin gue?” “Yang anaknya bokap lo itu siapa bambang? Hadehh ...  gigit nih!” Saling beradu argumen itu yang sering terjadi diantara keduanya. Persahabatan yang diiringi dengan pertengkaran-pertengkaran kecil membuat mereka menjadi tau satu sama lain, watak dari masing-masing. Keduanya memiliki persamaan, sama-sama seorang playboy, suka memainkan wanita hanya untuk kesenangannya. Ketika masa kuliahpun mereka berdua sangat terkenal dengan sebutan 'two-playboy' karena kegiatan keduanya yang suka berlomba-lomba untuk mendapatkan wanita sebanyak mungkin. Namun tetap saja, Fero adalah rajanya sedangkan Sony berada diurutan bawahnya. Pernah juga Sony fakum dari playboynya, tapi itu tidak berlangsung lama karena wanitanya sendiri berselingkuh darinya. Dari mulai itu dia kembali menjadi playboy sejati dan hingga bertahan sampai saat ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN